SUKSES berawal dari kata "Jangan Menyerah"

Jan Koum dilahirkan dalam sebuah keluarga imigran miskin asal Ukraina. Di Ukraina, ia belajar di sekolah yang sangat jelek dan tidak ada toiletnya. Rumahnya yang kecil tidak memiliki sambungan listrik.

Pada saat migrasi ke Amerika bersama ibunya, ia tetap hidup dalam kemiskinan. Ia nyaris menjadi gelandangan, tidur beratap langit, beralaskan tanah dan harus bergantung pada jaminan sosial serta mengantre kupon makanan dari pemerintah.

Hidupnya kian sulit ketika ibunya didiagnosa mengidap kanker dan hidup dengan tunjangan kesehatan seadanya.

Namun, semua keadaan sukar yang dialami Jan Koum tidak membuatnya menyerah, ia terus berjuang dan berjuang untuk bisa survive.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Koum bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko, sementara ibunya menjadi baby sitter. Lewat buku bekas yang dia beli, dia belajar komputer jaringan.

Ketika akhirnya ia drop out dari kuliahnya, ia bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket, setelah itu di toko elektronik, hingga akhirnya ia bisa diterima bekerja di Yahoo.

Di Yahoo-lah ia bertemu dengan Brian Acton, dan 9 tahun kemudian Koum dan Acton memutuskan keluar dari Yahoo dan menciptakan WhatsApp.

Saat ini, WhatsApp dibeli oleh Facebook dengan harga fantastis senilai 223 Trilyun Rupiah! Jan Koum, anak imigran miskin yang dulu harus mengantri untuk mendapat jatah makan, kini berubah menjadi seorang milyuner.

0 komentar:

Post a Comment