Ada seorang pebisnis yang bergerak di bagian penyediaan packaging bernama Pak Johan. Suatu kali, ia mendapatkan proyek packaging sebuah perusahaan alat musik. Untuk menyelesaikan order ini, Pak Johan menggunakan jasa seorang ibu tua dalam proses pelekatan. Karena jumlah order yang masih sedikit, pekerjaan itu dapat dikerjakan di rumah. Di rumah itu jugalah, ibu ini membuka sebuah warung kecil penopang kebutuhan hidup keluarganya.
Setelah berjalan beberapa bulan, order dari perusahaan itu bertambah hingga 10 kali lipat. Ketika melihat prospek ini, sebagai seorang pengusaha, Pak Johan menghadapi sebuah pilihan sulit. Apakah ia harus terus menggunakan jasa dari ibu tua itu dengan bayaran yang lebih tinggi? Ataukah sebaiknya ia membuka sebuah divisi khusus untuk menangani proses pelekatan?
Jika dipertimbangkan dari prinsip ekonomis, tentu saja kerjasama dengan ibu ini harus berakhir. Namun, keputusan yang diambil oleh Pak Johan benar-benar diluar dugaan semua orang. Ia memutuskan melatih ibu ini untuk mengepalai divisi khusus bidang pelekatan yang dibuatnya, dimana ia sendiri turun tangan dalam merekrut dan melatih para ibu tetangga dari ibu tua ini yang mau memiliki penghasilan tambahan. Saat ini, selain rutin menerima order dari perusahaan Pak Johan, kelompok ibu-ibu ini juga sering menerima order dari luar yang tentu saja meningkatkan taraf hidup keluarga mereka.
Saudaraku, mungkin menurut Anda apa yang dilakukan oleh Pak Johan itu keputusan yang merugikan. Untuk apa seorang pengusaha seperti Pak Johan harus repot membentuk divisi yang beranggotakan ibu-ibu yang belum memiliki skill, bahkan melatih mereka dengan sukarela?
Bagi Pak Johan, keuntungan yang ia dapat dari order tersebut tidaklah sebanding nilainya dibandingkan kesempatan untuk membantu kehidupan para ibu tersebut. Ia memilih menjadi berkat bagi sesamanya. Seringkali, apa yang Anda lihat sebagai hal yang tidak berguna sesungguhnya harta karun yang tidak ternilai harganya bagi orang lain
Gusti mberkahi.
0 komentar:
Post a Comment