Aku Bisa Terbang, Ayah!


Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang dibesarkan di panti asuhan. Anak ini menyimpan keinginan untuk dapat terbang seperti burung. Di dalam hati ia selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa terbang seperti halnya burung.

Di kebun binatang, anak laki-laki itu melihat burung-burung yang lebih besar daripada tubuhnya, tetapi mengapa mereka bisa terbang? "Mengapa aku tidak bisa terbang? Apakah yang salah dalam diriku?" Anak itu bertanya dalam hatinya.

Ada lagi anak laki-laki lain yang kakinya pincang. Anak ini ingin sekali agar ia bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lainnya. "Bagaimana agar aku bisa seperti mereka?" Tanyanya dalam hati.

Suatu hari, anak laki-laki yang ingin terbang tadi, bermain jauh dari panti asuhan. Ia datang ke sebuah taman di mana ia melihat anak laki-laki yang pincang tadi sedang bermain di dalam kotak pasir. Ia berlari menemui anak yang sedang bermain tersebut dan bertanya,

"Apakah kamu pernah memiliki keinginan untuk bisa terbang?"

"Tidak," jawab anak yang pincang.

"Tapi aku pernah membayangkan bagaimana rasanya bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lain," sambungnya lagi.

"Apakah menurut kamu kita bisa berteman?" Tanya anak laki-laki dari panti asuhan.

"Tentu."

Kedua anak laki-laki itu pun bermain bersama selama berjam-jam. Mereka membangun rumah-rumahan pasir dan membuat suara-suara lucu dengan mulut mereka. Suara-suara lucu itu membuat mereka tertawa gembira. Kemudian ayah anak laki-laki yang pincang datang membawa sebuah kursi roda.

Anak laki-laki yang ingin terbang tadi mendekati ayah temannya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Baik, silahkan," jawab sang ayah.

Kemudian ia mendekati temannya yang pincang dan berkata,

"Kamu adalah temanku dan aku ingin melakukan sesuatu yang bisa membuatmu berjalan dan berlari seperti anak-anak lain. Sayang sekali aku tidak bisa. Tetapi ada sesuatu yang dapat kulakukan untukmu."

Anak itu pun menunduk dan menyuruh temannya yang pincang untuk naik ke punggungnya. Setelah itu ia berlari melintasi lapangan rumput. Ia berlari semakin lama semakin cepat sambil menggendong sahabatnya di atas punggungnya.

Hembusan angin terasa menerpa wajah kedua anak laki-laki tadi. Ayah si anak yang pincang mulai menangis ketika melihat anaknya merentangkan tangannya dan berkepak-kepak bak burung yang sedang terbang. Dengan suara penuh semangat ia berteriak,

"Aku terbang Ayah, aku terbang.."

Ini merupakan kisah nyata dimana Roger Dean Kiser, adalah anak yatim yang menggendong temannya pada punggungnya dan berlari.

Setiap orang memiliki keinginan dan harapan. Tetapi ketika keinginan itu tak terwujud, jangan bersedih. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan berbahagialah. Bersyukurlah pada Tuhan untuk keberadaan kita, karena keterbatasan bisa mendatangkan kepuasan.

terima kasih Tuhan untuk keberadaanku sekarang ini. Aku percaya selalu ada cara yang Tuhan bisa pakai untuk membuatku bahagia. Amin.

"Keadaan tidak menentukan kebahagiaan seseorang, sikap hati lah yang menentukan."

0 komentar:

Post a Comment