Pergaulan amat menentukan


Bobby Jones, salah satu pemain golf terbesar, baru berusia lima tahun ketika ia pertama kali mengayunkan sebuah stik golf. Pada usia dua belas tahun, ia memenangkan turnamen golf, pada saat itu ia dikenal karena sifat pemarahnya dan ia dijuluki “pelempar stik.” Jones berteman dengan seorang pria bernama kakek Bart yang bekerja paruh waktu di toko club golf itu. Bart dulunya adalah pemain golf hebat, namun mengundurkan diri ketika radang sendi menyerang kedua tangannya. Setelah Bobby kalah dalam turnamen amatir nasional ketika berumur empat belas tahun, Bart berkata, “Bobby, kamu cukup bagus untuk memenangkan turnamen itu, tapi kamu tak akan pernah menang sampai kamu bisa mengendalikan sifat pemarahmu, kamu luput melakukan satu pukulan, kamu gusar dan kemudian kamu kalah.”

Bobby tahu Bart benar dan ia berusaha memperbaiki, bukan ayunannya, melainkan menguasai hatinya. Ketika Bobby memenangkan sebuah turnamen besar pada usia dua puluh satu tahun, kakek Bart berkata, “Bobby berumur dua belas tahun ketika ia menguasai permainan golf, tapi di usia dua puluh satu tahun baru dia berhasil menguasai dirinya sendiri.”

Kehebatan Bobby dalam bermain golf tidak memberikan sukses dalam pertandingan golf itu sendiri, pengendalian diri sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikutinya, itupun tidak didapatkannya dengan mudah, sembilan tahun Bobby belajar menguasai dirinya sendiri, beruntung dia mendapatkan sahabat yang mengerti kekurangannya dan mau memberikan nasehat-nasehat yang pada akhirnya membawa kesuksesan besar dalam hidupnya.

Kelemahan dan kekurangan kita seringkali menjadi masalah yang menghambat keberhasilan kita. Sudah barang tentu pergaulan kita sehari-hari sangatlah menentukan apakah kita akan terus berada dalam kebuntuan ataukah akan membawa kita pada breakthrough dan pada akhirnya kita berada pada tangga kesuksesan.

Gusti mberkahi.

0 komentar:

Post a Comment