Joni merasa sangat terkejut ketika melihat papan pengumuman dikampusnya. Di papan tersebut tertempel nilai hasil ujian akhir mata kuliah kalkulus. Dia sebenarnya tidak berharap banyak dengan nilainya ini, karena dari 4 soal ujian kemarin, hanya 1 soal saja yang dapat Dia kerjakan sampai jawaban akhir. Itupun dia tidak tahu jawabannya tersebut benar atau salah. Dia berpikir dia akan gagal dalam ujian kali ini. Tetapi ternyata sebaliknya, dia mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Dia mendapatkan nilai 80. Joni bingung, nilai siapakah itu? Dia takut jika nilainya tertukar dengan orang lain, maka Joni memberanikan diri untuk bertanya kepada dosen pengampu mata kuliah tersebut. Dia menceritakan apa yang dia kerjakan. Dengan tenang dosennya menjawab, “Saya tidak pernah melihat sebuah pekerjaan dari hasil akhirnya. Saya menghargai setiap proses yang mahasiswa kerjakan. Memang benar hanya 1 jawaban kamu yang benar, tapi 3 soal yang lainpun juga kamu kerjakan walaupun tidak sampai hasil akhir. Tetapi dari proses pengerjaanmu itu saya bisa melihat bahwa kamu sebenarnya paham meteri saya.”
Sama seperti kehidupan kita, yang tepenting bukanlah hasil akhirnya melainkan proses yang ada di dalamnya. Memang benar hasil akhir itu penting, tetapi jauh lebih penting proses bagaimana kita dapatkan hasil akhir tersebut. Melalui proses tersebut kita dapat belajar banyak hal, melalui proses pula kita dapat menjadi pribadi yang semakin dewasa.
Mudah bagi kita berkata saya siap melalui setiap proses untuk dibentuk seturut kehendak Tuhan. Satuhal yang perlu kita ketahui, sebuah proses itu tidaklah mudah. Untuk menjadi keramik yang cantik, tanah liat harus mengalami banyak proses. Tanah liat mulai di proses dengan dipisahkan dengan batu, kerikil, dan kotoran-kotoran, kemudian dibentuk di atas sebuah meja berputar, dipukul-pukul, ditekan, didorong, sampai bentuknya menjadi cantik. Tidak sampai disitu, setelah dibentuk sebuah tanah liat perlu dibakar dan dijemur beberapa kali untuk menghasilkan keramik yang begitu menawan. Proses yang sangat lama dan menyakitkan. Begitu juga dengan kita, perlu pengorbanan untuk menjadi seorang pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan. Jatuh bangun menghadapi permasalahan hidup, rasa sakit ketika dibersihkan dari segala ego, kebiasaan buruk, kesombongan kita, dan proses-proses yang lain merupakan sesuatu yang harus kita jalani. Sekarang tinggal kitanya, mau tidak menjalani proses pendewasaan diri yang berat ini.
Apa yang dirancangkan Tuhan bagi hidup kita adalah sebuah masterplan yang sempurna bagi setiap kita. Sesakit apapun proses itu, ingatlah bahwa semua itu bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita.
Gusti mberkahi.
0 komentar:
Post a Comment