JACK MA : PINTAR BUKAN JAMINAN SUKSES


Siapa tidak kenal Jack Ma? Pendiri dan CEO dari Alibaba ini orang ketiga terkaya di Tiongkok (berdasarkan “Hurun China Rich List”; 12/10/2017) dengan harta kekayaan mencapai 30 miliar dolar AS. Pria 53 tahun ini juga penasihat steering committee roadmap e-commerce Indonesia—penawaran lisan serta tertulis dari Pemerintah RI, telah disetujuinya.

Dengan berbagai prestasi dan kesuksesan yang dicapai Jack Ma, tentu orang kerap bertanya rahasia sukses darinya. Baginya, pintar bukan jaminan sukses. Satu kunci keberhasilan, menurut kelahiran Hangzhou ini, adalah emotional quotient (EQ). Sesuai namanya, EQ berkait dengan kecerdasan emosional seseorang. Khususnya, tahu bagaimana cara memperlakukan orang dengan baik.

“Karena kalian akan memahami bagaimana bekerja sama dengan orang lain,” paparnya dalam berbagai kesempatan. “Tidak peduli betapa pintar kalian, jika tidak dapat bekerja sama, kalian tidak akan pernah sukses.”

Jack Ma menambahkan bahwa love quotient (LQ) memainkan peranan besar bagi manusia, untuk menjadi orang yang lebih peduli, lebih penuh kasih terhadap sesamanya, lebih “terhormat”. Konsep LQ ini sering ia paparkan, saat sharing dalam berbagai forum bisnis dan teknologi.

Menurutnya, di masa depan, keseharian/pekerjaan akan kita didominasi oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) dan komputer. Nah, daripada mengarahkan manusia agar bisa menyamai performa mesin, kita seyogianya melihat kelebihan diri sendiri.

“Mesin tidak mempunyai hati, mesin tidak mempunyai jiwa, dan mesin tidak mempunyai hal yang dipercayai. Manusia memiliki jiwa, memiliki hal yang dipercayai, memiliki nilai. Kita adalah makhluk yang arif dan kreatif, kita tunjukkan bahwa kitalah yang mampu mengendalikan mesin-mesin.”

Katanya juga, “Abad lalu, orang saling membandingkan otot dan memberdayakan diri sendiri. Sedangkan abad ini, kita saling membandingkan kebijaksanaan dan keramahan, juga memberdayakan orang lain.”

Membentuk Karakter Sukses

Jack Ma juga menegaskan bahwa ia tidak pernah dididik untuk menjadi pengusaha. Namun, masa-masa saat menjadi ketua kelas membantunya mendapat pengalaman bekerja sama dan menghadapi orang lain. Selain itu, mampu mengakui kegagalan sendiri, mau belajar dari kesalahan orang lain, dan pantang mengeluh menjadi hal-hal yang penting dalam membentuk karakter sukses.

“Hanya orang-orang yang memahami masalah yang mampu menjadi sukses. Jadi jika Anda punya keluhan, harus ada solusinya. Jika tidak, jangan mengeluh!” pungkasnya.

0 komentar:

Post a Comment