BERUBAH DENGAN PRINSIP CERMIN


Sukses bukan sekadar berlimpah materi. Sukses adalah rangkaian amat panjang yang berkaitan dengan pemahaman pada diri kita seutuhnya. Karakter kita, masa lalu kita, pemahaman kita akan trauma masa lalu dan impian masa depan akan membuat diri kita paham bagaimana memperlakukan dan bersikap pada orang lain.

CEO dari perusahaan teknologi ternama NCR Corp, yakni Stanley C. Allyn (periode 1957–1962) pernah mengatakan bahwa manusia paling berguna di dunia dewasa ini adalah pria atau perempuan yang tahu bagaimana bergaul dengan orang lain. Hubungan manusia adalah ilmu terpenting dalam hidup.
Mampu melihat keburukan orang lain, kerap kita lakukan. Tapi kadang kita lupa untuk memikirkan kesalahan diri sendiri. Kita juga lupa bahwa sebagian masalah yang kita hadapi sebenarnya datang bukan dari orang lain, tapi malah lebih banyak dari diri kita sendiri.

Konsep melihat ke dalam diri sendiri sebelum menunjuk kesalahan orang lain itu lebih dikenal dengan Prinsip Cermin

Cermin, sebuah benda bening, akan memantulkan bayangan orang yang berada di depannya. Tidak berbeda sama sekali bayangan yang ada di dalam cermin dengan aslinya.
Lalu apa istimewanya prinsip cermin ini? Prinsip ini akan membuat kita mengerti bahwa sesungguhnya banyak dari sebuah kesalahan yang kerap kali berulang di mata kita, terjadi bukan karena orang lain yang melakukan kesalahan berulang. Tapi, bisa jadi hal tersebut karena kita memiliki sudut pandang yang berbeda.

Beberapa langkah untuk menggunakan Prinsip Cermin:

1. Siapa yang Terlihat di Cermin?
Bayangan yang kita lihat ketika sedang bercermin adalah diri kita sendiri, bukan bayangan orang lain yang tidak ada di samping kita. Itu artinya bahwa yang harus kita perhatikan adalah diri kita sendiri. Cermati makna pantulan cermin baik-baik. Pandangi diri kita baik-baik. Kenali raut wajah kita, pakaian yang kita kenakan, bahkan mungkin selera pakaian dan cara berpakaian yang menjadi style kita sehari-hari.
Makna yang bisa kita ambil adalah bila ada kesalahan yang kita rasakan berulang terjadi dari orang lain kepada kita, coba untuk berpikir lebih jernih lagi sebelum mengambil suatu kesimpulan bahwa kita benar dan orang lain yang salah. Bila satu orang melakukan kesalahan pada kita dan kita merasa ia bersalah adalah hal yang wajar. Tapi bila tiga sampai sepuluh orang di mata kita selalu salah, jangan-jangan standar kita yang harus diubah. Pola pikir kita yang harus dibenahi.
Prinsip ini sama dengan prinsip jari telunjuk. Ketika satu telunjuk kita mengarah pada orang lain, sebenarnya tiga jari kita menuding pada diri kita sendiri. Itu artinya intropeksi wajib kita lakukan menyeluruh untuk diri sendiri. Prinsip cermin jelas mengajarkan pada kita untuk mengevaluasi dalam diri sendiri.

2. Masih Diri Kita Juga di Dalam Cermin
Sekian menit di depan cermin, bahkan sekian jam di depan cermin, siapa yang kita lihat? Masih diri kita dengan apa yang kita kenakan dengan segala atribut karakter dan garis wajah kita. Bisa jadi kita tidak lagi melihat minyak rambut yang membuat tampilan rambut kita menjadi menarik. Tapi kita melihat lebih dalam lagi. Sorot mata kita, redup atau tajam. Tarikan bibir kita yang menggambarkan kita pribadi yang humoris atau justru pribadi yang sinis.
Maknanya sederhana. Yaitu bersahabat dengan diri kita. Bukan dengan tampilan luar seperti atribut pakaian atau penataan gaya rambut. Tapi, setiap helai luka yang bersarang di hati kita. Setiap trauma yang ada dan kerap membuat kita merasa menjadi orang yang selalu melihat orang lain dengan penilaian salah. Sehingga kita melakukan hal yang sama pada teman baik kita.
Bila kita memiliki pengalaman di masa lalu yang sering kali diremehkan orang lain atau dianggap tak berguna, bisa jadi luka itu mencuat dan membuat kita mudah sekali meremehkan orang lain. Bila kita tumbuh dalam lingkungan pesimis, maka jangan salahkan lingkungan kita sekarang ini yang tidak bisa membuat diri kita berubah menjadi optimis. Bisa jadi karena kita tidak pernah memiliki kemauan untuk berubah menjadi pribadi yang optimis.

3. Cek Penampilan Kita
Di dalam cermin kita bisa melihat penampilan kita. Baju yang kita kenakan bisa jadi tidak serasi warnanya. Dasi yang kita kenakan tidak lurus di bawah kerah baju. Perfeksioniskah kita dalam memandang penampilan diri kita sendiri? Jangan-jangan karena sikap selalu ingin sempurna itu yang membuat orang lain selalu saja tidak sempurna di mata kita.
Jika ada hal-hal kecil semisal tersembul satu uban di rambut kita dan itu membuat mood kita berubah total, artinya jelas. Kita adalah orang yang perfeksionis yang selalu menginginkan kesempurnaan. Jika karena cermin kita tidak bening lalu kita merasa penampilan kita secara keseluruhan buruk, maka itu suatu tanda bahwa kita adalah orang yang menganut paham kesempurnaan. Dalam kondisi semacam itu, maka mengubah pola pikir kita adalah hal yang paling efektif.

4. Ingin Berbeda? Ubah Penampilan Kita
Dari cermin yang memantulkan bayangan, kita bisa mengerti lebih dalam bahwa jika ada yang salah dalam kehidupan, bisa jadi itu adalah dari cara pandang kita sendiri.
Di dalam cermin, wajah cemberut kita bisa berubah dengan usaha kita menarik garis senyum. Di dalam cermin juga kita bisa membenahi tali pinggang kita dengan mengeraskan atau mengendorkan dengan usaha kita. Bukan dari bantuan orang lain.
Dari bayangan di dalam cermin kita juga bisa melihat mimik muka kita ketika berbicara. Apakah tegang, kaku atau sangat ramah sehingga menyenangkan orang yang berbicara dengan kita?
Mulai dari sekarang, bila merasa tidak puas dengan diri kita dan penampilan kita, ubah secepatnya. Hingga, tidak ada kesempatan untuk menyalahkan orang lain.

5. Berpindah ke Cermin yang Lain
Bila kita merasa cermin yang kita gunakan rusak alias penuh retak dan merasa bahwa apa yang ditampilkan pada cermin itu adalah bukan diri kita sebenarnya, coba pindah ke cermin lain. Lihat tampilan pada cermin kedua itu sebagai second opinion kita. Apakah bayangan dari cermin itu sama persis dengan kita atau tidak?
Jika bayangan yang ditampilkan sama, itu artinya jawabannya ada pada diri kita. Yakin dan mau berpindah ke cermin yang lain lagi? Kalau sudah begitu itu artinya kita harus mencari orang lain untuk membantu kita berubah!

Selamat bercermin. Semoga, dengan lebih menyelami segala hal mulai dari dalam diri sendiri, kita akan menemukan  lebih banyak poin pembelajaran hidup yang bermanfaat bagi diri sendiri dan saat berhubungan dengan orang lain.

Gusti mberkahi.

0 komentar:

Post a Comment