Alkisah, suatu hari seorang kaisar sedang bersenda gurau dengan beberapa orang buta. Tanpa disengaja, pembicaraan pun sampai ke topik tentang gajah. Orang-orang buta tersebut kemudian berkata bahwa mereka tidak tahu apa itu gajah.
Kaisar kemudian memerintahkan pelayannya untuk membawakan seekor gajah kecil dari Selatan agar orang-orang buta tersebut bisa menyentuhnya dan mendeskripsikan bentuk gajah. Maka, mereka mulai menyentuh gajah tersebut.
Orang buta pertama menyentuh gading sang gajah dan berkata, “Ternyata gajah bentuknya seperti sebuah lobak besar!”
Kemudian orang buta kedua menyentuh telinga gajah dan berkata, “Gajah tidak mirip lobak, melainkan seperti sebuah tetampah raksasa.”
Orang ketiga yang menyentuh kaki gajah berkata, “Kalian semua salah! Gajah itu ya mirip sebuah pilar besar.”
Orang keempat menyentuh badan gajah, kemudian ia berkata, “Gajah itu mirip seperti sebuah dinding besar.”
Terakhir, orang buta keenam menyentuh bagian ekor gajah, “Gajah bentuknya seperti seutas tali, kok.”
Keenam orang buta itupun kemudian saling berdebat tentang bentuk sesungguhnya seekor gajah. Kaisar dan para menteri pun tidak kuat menahan tawa melihat perdebatan mereka.
Dari kisah ringan di atas, kita harus tahu bahwa pemahaman tentang suatu hal maupun orang lain, tidak bisa hanya di lihat sebelah mata saja.
Pengenalan yang terbatas dan tidak utuh mengenai sesuatu atau mengenai seseorang dapat menyesatkan atau membingungkan bahwa memberi informasi yang salah kepada orang lain. Begitupun dengan pendapat, setiap orang punya pandangan yang berbeda-beda tentang suatu kondisi.
Maka dari itu, baiknya kita saling menghargai dan mau memahami tentang pendapat dan pribadi masing-masing.
Gusti mberkahi.
0 komentar:
Post a Comment