Dewa Penolong

Nun jauh disana, di salah satu sudut khayangan, terlihat sedikit kesibukan karena ada tiga calon yang akan dikirim ke dunia fana ini; lahir sebagai bayi dan tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Namun sebelumnya, mereka ditanya apa yang akan dikerjakan saat di bumi. 

Tanpa berpikir panjang, mereka serempak berkata, ”Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai kesuksesan.”

” Bagus.... bagus.... kalian bertiga sungguh luar biasa,” kata Dewa Kelahiran memberi semangat.
Ternyata ketiga orang yang awalnya mempunyai keinginan yang sama, dalam menjalani kehidupan di bumi mempunyai sikap dan tindakan yang berbeda. 

Orang pertama, melihat kehidupan ini tidak seindah yang dibayangkan. Banyak orang yang hidup sengsara dan mengalami banyak musibah. Ia lalu berubah pikiran, waktu yang seharusnya digunakan untuk mencapai kesuksesan dan kekayaan dibagi dua. Sebagian ia gunakan untuk mencapai kesuksesan yang penuh dengan tantangan dan sebagian lagi ia gunakan untuk membantu mereka-mereka yang kekurangan. Jiwa sosialnya menyentuh hati banyak orang. Ia tidak pernah meminta pamrih atas bantuannya. Ketika ia meninggal, orang-orang merasa kehilangan. Walaupun telah tiada sekian lama, namanya sebagai ”dewa penolong” masih terdengar disana-sini.

Orang yang kedua melihat dunia ini justru begitu banyak kesempatan-kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai kesuksesan dan meraih kekayaan melimpah ruah. Tak peduli apakah itu korupsi, melanggar hukum, atau mengorbankan generasi muda. Dari usahanya, termasuk dengan berdagang obat-obatan terlarang, ia menjadi kaya raya. Dari hari ke hari sepak terjangnya semakin berani, bahkan terkesan semakin rakus. Namun seperti peribahasa mengatakan, sepandai-pandai tupai melompat, sekali-kali akan jatuh juga. Akhirnya ia masuk penjara karena perbuatannya. Ketika meninggal, tidak ada orang yang merasa kehilangan, kecuali anak-anaknya.

Orang yang ketiga melihat jalan menuju kesuksesan ternyata penuh dengan tantangan dan rintangan. Akhirnya ia memilih hidup apa adanya saja, yang penting keluarga bisa hidup sehat dan cukup makan. Ia tidak berusaha/bekerja lebih keras serta enggan mengambil risiko. Setelah ia meninggal, beberapa saat kemudian, tidak ada lagi orang yang mengenalnya.

Kehidupan manakah yang Anda inginkan? Mari, janganlah kita hanya sekadar mengejar keuntungan dan harta semata-mata, karena sewaktu kita meninggalkan dunia fana ini, satu sen pun tidak bisa kita bawa. 

Sebesar apa pun properti yang kita tempati, sebanyak apapun uang yang kita miliki, saat kita pergi, hanya menempati tanah tidak lebih dari 1x2 meter persegi. Ini bukan demotivasi, tetapi realitas. Oleh sebab itu sebelum dan terutama sesudah sukses, tanamlah bibit-bibit kebaikan dan karya-karya berguna sebagai ”monumen” agar dunia selalu mengingat keberadaan dan eksistensi kita.

"Mari kita tinggalan jejak yang LUAR BIASA, dengan MEMAKSIMALKAN TALENTA yang kita miliki"

Selamat berusaha, Gusti mberkahi.

0 komentar:

Post a Comment