TERNYATA AKU BUKANLAH ORANG YANG PALING SUSAH DAN MENDERITA

Seorang pria selalu mengeluh dan mengeluh. Tidak ada keceriaan di wajahnya, tidak ada rasa optimis di hatinya. Ia berpikir Tuhan telah melakukan “kesalahan” mengijinkannya lahir ke dunia fana ini. Ia merasa dunia baginya hanya tempat penderitaan. Keadaannya yang sangat sederhana itulah alasan baginya untuk menyimpulkan bahwa dialah yang paling susah dan menderita.

Pada suatu kesempatan, ia berjalan tanpa arah dan tujuan. Ia hanya mau menghabiskan waktu saja. Suatu momen ia melewati perkampungan yang sangat miskin. Ia melihat anak-anak sedang bermain di halaman. Mereka sangat sederhana. Ada yang tidak pakai baju dan sandal pun tiada. Namun anak-anak ini sangat ceria dan gembira. Mereka bermain. Mereka tidak merasa ada yang kurang. Mereka juga tidak cemas hari esok.

Tidak lama kemudian, Ia juga melihat para orang tua sedang bekerja di ladang. Terik matahari bukanlah halangan untuk bekerja. Wajah mereka sangat gembira walau sengatan matahari itu membuat kulit mereka hitam legam. Orang tua yang sedang bekerja itu memandang pria itu dengan lembut, manis dan simpatik. Ia merasa tersentuh dengan sikap mereka. Dari kemiskinan terpancar kegembiraan. Dari senyum mereka terhias rasa optimis. Dan dari pandangan mereka terbentung sebuah asa di masa depan. Ia berkata dalam hatinya, “Ternyata aku bukanlah yang paling susah dan menderita.”

Ia melanjutkan perjalanan. Beberapa lama kemudian ia melewati sebuah pabrik. Puluhan karyawan bekerja di sana. Mereka bekerja keras. Sekali lagi ia melihat para karyawan itu gembira dan ceria. Mereka tetap berbagi rasa walau peluh keringat mengucur di sekujur tubuh mereka. Pada tahap ini, si pria ini malu akan dirinya. Rupanya apa yang ia alami tidak seberapa bila dibandingkan dengan mereka-mereka.

Perbedaannya ialah dia terlalu banyak meratapi diri dan menyesali keadaannya tanpa ada usaha dan perjuangan. Ia kembali ke rumah. Ia mulai “merancang” hidupnya.Ia tidak mau lagi mengeluh dan meratap. Ia harus mulai dan mulai. Ia berpikir kalau bukan diriku yang peduli dengan diriku sendiri, siapa lagi?

Apakah kamu pernah merasa orang yang paling susah?

Atau pernahkah anda berpikir sebagai orang yang paling menderita?

Barangkali anda juga perlu pergi melakukan “petualangan” hidup sehingga kamu melihat realitas sebenarnya di sekitarmu.

Tetapi ingatlah bahwa bukan ini yang terpenting. Yang paling utama ialah berpikir positif dan optimis.

Tuhan memberi kesempatan bagimu untuk maju dan mengecap bahagiamu.

Keluhan tidak akan memberi apapun kepadamu. Menggerutu juga hanya akan memaksamu berdiam diri tanpa melakukan apapun.

Keluhan dan Gerutuan ini akan “mencipta-mu” menjadi pribadi yang pesimis, pasif dan menunggu.

Daripada mengeluh lebih baik kita berbuat. Daripada menggerutu lebih baik kita mencoba dan berjuang.

Perjuangan yang dilandasi dengan kesabaran akan berbuah manis dan indah.

Janganlah bermimpi kamu bisa terbang seperti burung kalau kamu tidak membuat sayap lebih dahulu.

Jangan juga kamu berangan-angan melayari samudera luas kalau kamu tidak memperbaiki perahu dan membentangkan layar.

Jangan juga kamu bermimpi menjadi orang kaya kalau kamu tidak mau berjuang dan bekerja.

Tuhan memberi kesempatan dan peluang bagi setiap orang. Lumrah kalau saya katakan, orang akan sampai kepada kebahagiaan yang ia idamkan kalau ia berhasil melalui penderitaan.

Mereka juga akan bisa menjadi sukses karena belajar dan mengecap apa itu kemiskinan dan belajar darinya. Kalau kamu mau membuat “tahta” di gunung itu, maka kamu harus mendakinya lebih dahulu.

MAKA, Ternyata memang benar bahwa kita bukanlah orang yang paling susah dan menderita.

~ Enjoy Aja ~
Gusti Mberkahi

0 komentar:

Post a Comment