Ada seorang tukang tahu. Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya.

Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah.

Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Tuhan agar dagangannya laris.

Begitulah setiap hari, sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.

Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah knapa tiba2 ia terpeleset. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan ! Jangankan untung, modal pun buntung !

Mengeluhlah ia kepada Tuhan, bahkan "menyalahkan" Tuhan, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? 

Padahal ia selalu berdoa setiap pagi.

Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang. Tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yg setiap hari ia tumpangi, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas ! 

Hanya ia satu2nya calon penumpang yg selamat, "gara- gara" tahu nya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.

Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan kita, tapi terkadang diganti oleh Tuhan dengan sesuatu yg jauh lebih baik daripada yg diminta.

Tuhan Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. 

Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk !

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Tuhan mengetahui, sedang manusia tidak mengetahui''

Tuhan memberkati

 


Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :

” Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita…? “

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :

” Tidak, nak… “

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi…

” Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun…?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

” Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan…?”

Ayahnya tertawa…

” Mungkin tidak bisa juga, nak…”

” OK ayah, ini yang terakhir kali…

Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja…?”

Akhirnya ayahnya mengangguk.

“Kemungkinan besar, bisa nak…”

Anak ini tersenyum lega…

” Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah…

Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar… “

Ide atau pemikiran yg menarik bukan? 

Mungkin kita bisa tantang diri kita untuk... 

HIDUP 1 JAM TANPA :

Tanpa marah

Tanpa kesal

Tanpa hati dan niat buruk

Tanpa pikiran negatif

Tanpa menjelekkan orang lain

Tanpa iri 

Tanpa serakah 

Tanpa 'kebodohan' 

Tanpa kesombongan

Tanpa kebohongan

Tanpa kepalsuan…

SELAMAT MENCOBA, GUSTI MBERKAHI...

 

Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. 

Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, “Aaaaahhh!!!” Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, “Aaaaahhh!!!”

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, “Hai siapa kau?”. 

Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, “Hai siapa kau?”

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, “Kau pengecut..!!” Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, “Kau pengecut..!!”. 

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, “Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?”.

Ayahnya tersenyum dan berkata, “Anakku, mari perhatikan ini”. 

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, “Aku mengagumimu..!!”. Dan suara itu menjawab, “Aku mengangumimu..!!”. 

Sekali lagi ayahnya berteriak,”Kau adalah sang juara..!!”. Suara itu pun menjawab lagi,”Kau adalah sang juara..!!”.

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. 

Kemudian ayahnya menjelaskan, “Nak, SUARA PANTULAN TADI, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya inilah yang dimaksud dengan hidup itu. Ia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau lakukan dan katakan.”

Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita. 

Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak cinta kasih di dunia ini, maka berikanlah cinta kasih dari hatimu. 

Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. 

Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. 

Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. 

Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu.

 

Suatu hari seorang peserta training remaja, sebut saja namanya JJ, bertanya kepada saya, ”Bu Lisa, bagaimana caranya diet?”

Saya jawab, ”Mudah. Kurangi makan.”

“Wah, enggak bisa Bu.”

“Mengapa?”

“Ibu saya tiap hari masak. Dan masakan ibu saya semuanya sangat enak. Jadi saya tidak bisa mengurangi makan.”

“Oke. Kalau begitu, makan tiga kali sehari, tapi jangan ngemil.”

“Wah. Tidak bisa juga Bu.”

“Mengapa?”

“Pagi dan sore selalu tersedia makanan kecil buatan ibu saya. Dan semua makanan buatan ibu saya sangat enak. Jadi saya tidak bisa untuk tidak ngemil.”

“Kalau begitu tidak usah diet,” kata saya.

“Lho? Kan saya ingin diet Bu?”

“Saat ini, keinginanmu belum menjadi tujuan. Tunggu sampai keinginan itu semakin besar dan benar-benar menjadi tujuan kamu.”

“Kapan Bu?”

“Saya tidak tahu,” jawab saya sambil tertawa.

Kami pun berhenti membahas masalah itu.

Satu tahun kemudian, tanpa sengaja, saya bertemu dengan JJ di sebuah pesta pernikahan. Dia yang menyapa saya, “Bu Lisa.”

Saya menengok dan terkejut. Saya mengenali dia, tapi kini tubuhnya langsing. Jauh berbeda dengan setahun yang lalu.

“Hai. Saya sampai pangling. Kok sekarang langsing banget.”

“Iya Bu,” katanya sambil senyum-senyum.

“Diet ya?”

“Iya, Bu.”

“Tuh bisa.”

“Sekarang saya punya pacar, Bu.”

Dia pun memperkenalkan pria yang berdiri di sampingnya.

“Ooooooohh,“ saya tertawa dan menjabat tangannya.

“Dia ini Bu, tiap kali ke toko atau mal, senang menunjuk-nunjuk baju dan bilang mau membelikan saya baju itu. Tapi Bu, semua baju yang dia tunjuk adalah baju yang untuk orang yang langsing. Saya kan ingin dibelikan baju olehnya Bu, jadi saya diet,” dia menjelaskan sambil tertawa.

Saya bertanya, ”Ibu kamu masih suka masak?”

“Masih,” jawabnya malu-malu.

“Di rumah masih banyak makanan?”

“Masih.”

“Kok sekarang bisa diet?”

Dia hanya tertawa.

“Tuh kan. Dulu kamu tidak bisa diet, bukan karena salah ibu, bukan karena masakan ibu. Buktinya sekarang kamu bisa diet padahal ibu tetap masak.”

Dia mengangguk-angguk sambil tertawa.

Jangan-jangan kita seringkali bersikap demikian juga. Anda ingin mencapai sesuatu? Anda ingin menabung? Anda ingin penghasilan lebih besar? Anda ingin langsing? Anda ingin sukses? Anda ingin jadi juara? Tidak ada orang yang bisa menjadi juara/berhasil tanpa punya tujuan yang jelas, tekad yang besar, dan memperjuangkannya habis-habisan.


"Selamat Berjuang seperti para pahlawan yang mati-matian Memerdekakan Bangsa Indonesia"


Dirgahayu RI ke 75, 

Tuhan Memberkati Kita Semua.


Di Taiwan ada seorang Konglomerat & Pengusaha kaya. Hebatnya, kekayaan itu menurut banyak pihak di peroleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yang dilakukannya mampu menginspirasi banyak orang.

Suatu ketika karna penasaran, ada seorang Pemuda mau belajar menimba pengalaman dari sang Pengusaha.

“Terimakasih Bapak mau menerima saya. Terus terang saya sangat mau menimba pengalaman dari Bapak, sehingga bisa sukses juga” ujar si pemuda. 

Mendengar permintaan itu, sang Pengusaha tersenyum sejenak, lalu ia pun meminta Pemuda tadi menengadahkan tangannya.

Si pemuda pun terheran-heran. Lantas si Pengusaha menjelaskan maksudnya, “Biar aku lihat garis tanganmu. Simaklah baik-baik apa pendapatku” jawab Pengusaha. 

Setelah menengadahkan kedua tangannya, si Pengusaha pun berkata, “Liatlah telapak tanganmu ini, di sini ada beberapa garis utama yg menentukan nasib, Ada garis kehidupan, Ada garis rezeki, & Ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah... Di mana semua garis tadi?” tanya si Pengusaha. 

“Di dalam telapak tangan yang saya genggam” Jawab si pemuda yang penasaran. 

“Nah, apa artinya itu? Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Anda liat bukan? Bahwa smua garis tadi ada di tanganmu. Begitulah rahasia suksesku selama ini. Aku berjuang dan berusaha dengan berbagai cara untuk menentukan nasibku sendiri” jawab si Pengusaha. 

“Tapi coba liat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yg tak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yg berada di luar kendalimu, karena di sanalah letak kekuatan dari TUHAN. Kita tak akan mampu melakukan & itulah bagianNYA TUHAN" lanjut si Pengusaha. 

PESAN MORAL: Genggam & lakukan bagianmu dgn kerja keras, lalu bawalah kepada TUHAN bagian yang tak mampu Anda lakukan!!

Sukses itu adalah saat kita berjalan bersama TUHAN!!

DO U'R BEST & LET GOD DO THE REST !!!!


Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang dibesarkan di panti asuhan. Anak ini menyimpan keinginan untuk dapat terbang seperti burung. Di dalam hati ia selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa terbang seperti halnya burung.

Di kebun binatang, anak laki-laki itu melihat burung-burung yang lebih besar daripada tubuhnya, tetapi mengapa mereka bisa terbang? "Mengapa aku tidak bisa terbang? Apakah yang salah dalam diriku?" Anak itu bertanya dalam hatinya.

Ada lagi anak laki-laki lain yang kakinya pincang. Anak ini ingin sekali agar ia bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lainnya. "Bagaimana agar aku bisa seperti mereka?" Tanyanya dalam hati.

Suatu hari, anak laki-laki yang ingin terbang tadi, bermain jauh dari panti asuhan. Ia datang ke sebuah taman di mana ia melihat anak laki-laki yang pincang tadi sedang bermain di dalam kotak pasir. Ia berlari menemui anak yang sedang bermain tersebut dan bertanya,

"Apakah kamu pernah memiliki keinginan untuk bisa terbang?"

"Tidak," jawab anak yang pincang.

"Tapi aku pernah membayangkan bagaimana rasanya bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lain," sambungnya lagi.

"Apakah menurut kamu kita bisa berteman?" Tanya anak laki-laki dari panti asuhan.

"Tentu."

Kedua anak laki-laki itu pun bermain bersama selama berjam-jam. Mereka membangun rumah-rumahan pasir dan membuat suara-suara lucu dengan mulut mereka. Suara-suara lucu itu membuat mereka tertawa gembira. Kemudian ayah anak laki-laki yang pincang datang membawa sebuah kursi roda.

Anak laki-laki yang ingin terbang tadi mendekati ayah temannya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Baik, silahkan," jawab sang ayah.

Kemudian ia mendekati temannya yang pincang dan berkata,

"Kamu adalah temanku dan aku ingin melakukan sesuatu yang bisa membuatmu berjalan dan berlari seperti anak-anak lain. Sayang sekali aku tidak bisa. Tetapi ada sesuatu yang dapat kulakukan untukmu."

Anak itu pun menunduk dan menyuruh temannya yang pincang untuk naik ke punggungnya. Setelah itu ia berlari melintasi lapangan rumput. Ia berlari semakin lama semakin cepat sambil menggendong sahabatnya di atas punggungnya.

Hembusan angin terasa menerpa wajah kedua anak laki-laki tadi. Ayah si anak yang pincang mulai menangis ketika melihat anaknya merentangkan tangannya dan berkepak-kepak bak burung yang sedang terbang. Dengan suara penuh semangat ia berteriak,

"Aku terbang Ayah, aku terbang.."

Ini merupakan kisah nyata dimana Roger Dean Kiser, adalah anak yatim yang menggendong temannya pada punggungnya dan berlari.

Setiap orang memiliki keinginan dan harapan. Tetapi ketika keinginan itu tak terwujud, jangan bersedih. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan berbahagialah. Bersyukurlah pada Tuhan untuk keberadaan kita, karena keterbatasan bisa mendatangkan kepuasan.

terima kasih Tuhan untuk keberadaanku sekarang ini. Aku percaya selalu ada cara yang Tuhan bisa pakai untuk membuatku bahagia. Amin.

"Keadaan tidak menentukan kebahagiaan seseorang, sikap hati lah yang menentukan."


Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.

Filsuf menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.

Apakah Anda mengerti matematika?” Filsuf tersebut bertanya lagi.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.

Filsuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata:
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”

Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air,
Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”

Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”

Semua orang sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi itu wajar saja, tetapi jangan sampai membuat diri sendiri menjadi sombong maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.

Tidak lagi terlena dan terpenjara dengan kemahsyuran sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Bangsa ini tidak hanya dibentuk oleh alam, namun juga oleh kehebatan sumber daya manusia yang belum teroptimalkan. Telah banyak fakta ditorehkan anak negeri akan prestasi dan kesuksesan persaingan di dunia internasional. Salah satunya tahun ini datang dari kakak beradik, Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23).

Melalui ajang bergengsi yang diadakan oleh General Electric (GE)--perusahaan internasional yang berpusat di Amerika, Arfian dan Arie berhasil merebut juara pertama dalam “3D Printing Challenge” tahun 2014. Hal yang tergolong mengejutkan, mengingat bahwa kompetisi ini diikuti oleh hampir seluruh insiyur terkemuka dengan berbagai latar belakang hebat di dunia pendidikan.

Pemuda asal Salatiga, Jawa Tengah ini, berhasil menaklukkan persaingan dari 700 karya yang berasal dari lebih 50 negara di dunia. Keduanya mempertunjukkan karya luar biasa dengan mendesain Jet Engine Bracket sebagai salah satu komponen mengangkat mesin pesawat terbang, dengan keunggulan memangkas berat komponennya 84 persen lebih ringan dari berat prototipe sebesar 2 kilogram, atau hanya sebesar 327 gram. Posisi kedua ditempati oleh seorang insiyur Swedia yang bergelar Ph.D (baca: setingkat S3), sedangkan di posisi ketiga adalah lulusan dari Oxford University, yang notabene satu universitas terbaik di dunia.

Arfian dan Arie "hanya" lulusan SMA serta SMK di Jawa Tengah. Keinginannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi harus terkubur karena biaya dan sulitnya persaingan masuk perguruan tinggi negeri yang lebih murah dari universitas swasta di Jawa Tengah. Sebelum menggeluti bidang Design Engineering, sehari-hari keduanya melakukan pekerjaan serabutan mulai menjadi tukang bengkel hingga berjualan susu keliling desa.

Sang kakak, Arfian yang pertama kali tertarik pada bidang yang senyatanya sukar jika tidak memiliki keahlian khusus. Komputer pertama yang mereka beli adalah hasil dari keringat dan tabungan berbulan-bulan bekerja. Keduanya belajar secara otodidak dan terus berlatih dengan giat. Di tahun 2009, barulah mereka beranikan diri untuk membangun suatu wirausaha di bidang jasa design engineering, dengan nama D’Tech.

Permintaan pertama jasa mereka datang dari pengusaha asal Jerman untuk membuat sebuah desain jarum dengan bayaran USD 10 per set. Tawaran tersebut datang dari usaha marketing mereka di dunia maya dan aktif dalam bidang 3D design engineering. Hasil yang memuaskan konsumennya, membuat kedua pemuda ini kebanjiran pesanan dari luar negeri. 

Pengalaman inilah yang memberanikan mereka untuk mengikuti sebuah ajang kompetisi internasional yang semakin melambungkan nama mereka, membanggakan nama bangsa, serta membuka mata kita semua akan betapa besarnya potensi anak negeri ini.

Sumber : Andriewongso.com

 

Di tepi Danau Como yang sangat indah di Italia, terdapat sebuah vila tua yang bagus sekali. Diperkirakan usianya telah dua ratus atau tiga ratus tahun. Selama bertahun-tahun, tanah di sekitarnya dirawat dengan baik sekali oleh seorang tukang kebun tua yang dapat dipercayai. 

Pada suatu hari, beberapa orang wisatawan yang datang ke sana memberikan pujian kepada tukang kebun itu karena pekerjaannya yang sangat baik itu. 

“Pemilik kebun ini tentunya seringkali datang kemari untuk mengawasi pekerjaanmu,” kata salah seorang dari wisatawan itu.

“Oh, tidak, Tuan,” jawab si tukang kebun. “Dia baru datang kemari sekali saja, yaitu lima belas tahun yang lalu. Sejak itu saya tidak berjumpa dengan dia lagi.”

“Kalau demikian, bagaimana engkau bisa menerima perintah-perintah dari pemilik kebun ini?” tanya wisatawan lainnya.

“Perintah-perintah itu diberikan dari seorang wakilnya yang tinggal di Milan,” jawab orang tua itu.

“Tentunya dia sering datang kemari.”

“Tidak, tidak terlalu sering. Barangkali sekali dalam satu tahun.”

“Hal ini benar-benar amat mengagumkan,” kata wisatawan itu. 

“Tidak ada seorangpun yang mengawasi engkau bekerja, tetapi sekalipun demikian engkau merawat taman di sini dengan baik sekali, seolah-olah engkau berharap bahwa pemiliknya akan datang kembali ke sini hari ini!”

Apakah kalian siap bekerja seperti itu stiap hari?


Alkisah, 
hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua orang anak laki-laki (sebut saja si-Sulung dan si-Bungsu). Pada suatu hari, sang Ayah mendadak sakit keras dan diprediksi sudah mendekati ajalnya. Menyadari akan hal ini, sang Ayah pun segera memanggil kedua anak laki-lakinya si-Sulung dan si-Bungsu.

Sesudah mereka berdua bersimpuh didekat Ayah berbaring, sang Ayah pun menyatakan permintaannya kepada mereka : “Kalian berdua harus berjanji kepada Ayah……, bahwa setelah Ayah meninggal dunia nanti, kalian berdua harus menepati 2 pesan terakhir Ayah”. Sambil terisak tangis dan suasana hati yang tidak karuan, Sulung dan Bungsu pun hanya dapat manggut-manggut melihat kondisi Ayahnya yang semakin kritis.

Begini kira-kira kedua pesan Ayahnya itu: “PERTAMA, kalian harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH MENAGIH PIUTANG kepada siapapun”. Tidak ada tindakan lain dari Sulung maupun Bungsu dalam menanggapi pesan PERTAMA Ayahnya itu selain mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala meski perasaan bingung menghinggapi kedua Anak tersebut.

“KEDUA, kalian berdua harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH TERKENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG”. Semakin bingung-lah mereka terhadap permintaan Ayahnya. Tetapi sekali lagi keadaan lah yang memaksa mereka berdua untuk mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala.

Akhirnya, sesuai dengan rencana sang Ayah pun meninggal dunia dengan tenang karena telah menyatakan pesannya kepada kedua Anaknya. Prosesi pemakaman pun berlangsung dan kehidupan harus terus berjalan, karena baik Sulung maupun Bungsu memiliki Wirausaha yang harus dijalankan sebagai sandaran hidup.

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, Bulan dan Tahun. Tidak terasa 5 tahun telah berlalu sejak kematian sang Ayah. Disinilah mulai tampak perbedaan yang sangat mencolok antara Sulung dan Bungsu. Sang Ibu sebagai orang di “Tengah” pun tanggap akan hal ini. Perbedaan yang paling nyata adalah soal EKONOMI /KEUANGAN. Sang Ibu merasa iba kepada nasib si-Bungsu yang ekonominya sangat amburadul dan boleh dikatakan mulai Gulung Tikar. Sebaliknya, sang Ibu pun bangga kepada nasib si-Sulung yang boleh dibilang sangat sukses dalam bidang ekonomi.

Tergelitik rasa penasaran, iba dan bangga yang bercampur jadi satu, sang Ibu pun mengunjungi si-Bungsu untuk menanyakan perihal nasibnya:

“Wahai Bungsu, mengapa nasib mu sedemikian malangnya anakku ???”.

Si Bungsu pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah. PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN. Sedangkan teman, kolega, client, dll tidak berniat untuk mengembalikan hutang mereka jika tidak ditagih, sehingga lama-kelamaan habislah modal saya Ibu. KEDUA, Ayah melarang saya untuk KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, itulah sebabnya pergi dan pulang dari Toko, saya selalu menggunakan jasa Taxi, karena saya hanya memiliki sepeda motor, sehingga modal saya lama-kelamaan habis Ibu”.

Melihat malangnya nasih Bungsu, sang Ibu pun menghibur dengan mengatakan : “ENGKAU MEMANG ANAK YANG BERBAKTI, KARENA ENGKAU MENJAGA JANJIMU KEPADA AYAH”.

Kemudian berkunjunglah sang Ibu ke kediaman Sulung. Kali ini suasana berubah 180 derajat. Si Sulung adalah orang yang kaya raya dan sangat makmur ekonominya. Penasaran, sang Ibu pun menanyakan perihal nasibnya :

“Wahai Sulung, mengapa nasibmu sedemikian beruntung anakku ???”.

Si Sulung pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah”.

Sang Ibu pun keheranan akan jawaban Sulung dan menanyakan dengan rasa penasaran yang tinggi,

“kok bisa begitu ???”.

Sulung pun menjawab : “PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN, oleh karena itu SAYA TIDAK PERNAH MEMBERIKAN HUTANG KEPADA SIAPAPUN, sehingga modal saya tetap. KEDUA, SAYA DILARANG KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, karena saya hanya memiliki sepeda motor, maka saya berangkat ke Toko pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dan pulang dari Toko malam benar setelah matahari terbenam, sehingga SEMUA CUSTOMER SAYA TAHU BAHWA TOKO SAYA BUKA PALING PAGI & TUTUP PALING MALAM, sehingga Toko saya diserbu banyak pelanggan”.

Sang Ibu pun keheranan penuh kekaguman akan jawaban dari si-Sulung.

Selama ini anda selalu memerankan karakter Sulung / Bungsu ??? Semoga bermanfaat untuk menghadapi persoalan hidup apapun. 
Anda hanya tinggal memilih …… 
Sulung atau Bungsu ..

Sukses buat kita semua. Amin

Anthony Burgess, 40 tahun menderita tumor otak, Dokter mengatakan bahwa sisa hidupnya hny tinggal paling lama 1 tahun lagi.

Biaya pengobatan telah membuatnya jatuh miskin. Satu satu hal yg paling dia risaukan adalah saat dia meninggal, dia tidak punya apa² utk istrinya, Lynne, yg segera akan menjadi janda.

Burgess berpikir, apa yg harus aku lakukan dia tidak mau hanya menunggu saja, hingga ajal menjemputnya. Burgess tidak pernah menjadi novelis sebelumnya, tetapi dia tahu ada potensi dalam dirinya untuk menjadi seorang penulis. Sehingga dia mengharapkan royalty penjualan bukunya dpt menopang kehidupan istrinya kelak.

Lalu diapun mulai menulis tetapi dia tidak tahu bagaimana bukunya akan terpublikasikan.

"Itu adalah bulan Januari 1960," katanya, "Menurut perkiraan, saya hanya memiliki musim dingin, musim semi dan musim panas untuk hidup, dan pada musim gugur ajal akan datang menjemputku.”

Untuk mengejar sisa waktu hidupnya, Burgess menulis penuh semangat, dia menyelesaikan 5½ novel dalam tahun itu. Tetapi tahun itu berlalu, Burgess tdk meninggal. Kanker otaknya telah lenyap sama sekali. Dan itu tdk membuatnya berhenti menulis juga dan dia terus menulis hingga mewariskan 70 judul novel sebelum meninggal, Bukan karena kanker.

Dia mungkin tidak pernah pernah menulis kalau bukan adanya ancaman kanker otak tersebut.

Banyak dari kita seperti Anthony Burgess, Banyak Kehebatan yg terpendam dalam diri kita, apakah selalu menunggu sampai saat kritis baru dimunculkan.

Tanyakan pada diri kita, apa yg akan dilakukan saat menghadapi ajal seperti Anthony Burgess...

"Jika saya hanya mempunyai sisa satu tahun untuk hidup, apa yg akan saya lakukan? "

Lakukan yg Terbaik Mulai Sekarang dan JANGAN TUNDA LAGI !