Alkisah di sebuah rumah mewah yang terletak dipinggiran sebuah kota, hiduplah sepasang suami istri. Dari sekilas orang yang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana usaha mereka dalam meraih kehidupan mapan yang seperti saat ini. Sayang, pasangan itu belum lengkap. Dalam kurun waktu sepuluh tahun pernikahan mereka, pasangan itu belum juga dikaruniai seorang anak pun yang mereka harapkan.

Karenanya walaupun masih saling mencinta, si suami berkeinginan menceraikan istrinya karena dianggap tak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasinya. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sedih dan duka yang mendalam, si istri akhirnya menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Dengan perasaan tidak menentu, suami istri itu menyampaikan rencana perceraian kepada orang tua mereka. Meskipun orang tua mereka tidak setuju, tapi tampaknya keputusan bulat sudah diambil si suami. Setelah berbincang-bincang cukup lama dan alot, kedua orang tua pasangan itu dengan berat hati menyetujui perceraian tersebut. Tetapi, mereka mengajukan syarat, yakni agar perceraian pasangan suami istri itu diselenggarakan dalam sebuah sebuah pesta yang sama besarnya seperti pesta saat mereka menikah dulu.

Agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan mengadakan pesta perceraian itu pun disetujui. Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Sungguh, itu merupakan pesta yang tidak membahagiakan bagi siapa saja yang hadir dalam pesta itu. Si suami tampak tertekan dan terus meminum arak sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara sang istri tampak terus melamun dan sesekali mengusap air matanya di pipinya. Di sela mabuknya si suami berkata lantang, “Istriku, saat kau pergi nanti. semua barang berharga atau apapun yang kamu suka dan kamu sayangi, Ambillah dan Bawalah !!“. Setelah berkata seperti itu, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, setelah pesta usai, si suami terbangun dari tidur dengan kepala berdenyut-denyut. Dia merasa tidak mengenali keadaan disekelilingnya selain sosok yang sudah dikenalnya bertahun-tahun yaitu sang istri yang ia cintai. Maka, dia pun bertanya “Ada dimakah aku ? Kenapa ini bukan di kamar kita ? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi ? tolong jelaskan.”

Si istri menatap penuh cinta pada suaminya dengan mata berkaca-kaca dan menjawab, “Suamiku, ini karena dirumah orang tuaku. Kemaren kau bilang didepan semua orang bahwa engkau berkata kepadaku, bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Di dunia ini tidak ada satu barang yang berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati selain kamu. karena itu kamu sekarang kubawa serta ke rumah orang tuaku. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu.”

Dengan perasaan terkejut setelah sesaat tersadar, si suami bangun dan memeluk istrinya, “Maafkan aku Istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa dalamnya cintamu padaku. Walaupun aku telah menyakitimu, dan berniat menceraikanmu, tetapi engkau masih mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun“.

Akhirnya kedua suami istri ini ini berpelukan dan saling bertangisan. Mereka akhirnya mengikat janji akan tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya
....

Share dari status teman.

Jaga Hati dan Pikiranmu, supaya Cinta itu tetap Tumbuh dan Berkembang menjadi Kasih Sayang.

Seorang dokter bersaksi bahwa ia pernah melakukan operasi terhadap gadis kecil yang hanya mempunyai harapan 10% saja untuk hidup.
Ketika para perawat sedang mempersiapkan pembiusan, gadis kecil ini bertanya kepada saya :
"Dokter bolehkah saya menanyakan sesuatu ?"
"Ya sayang, apa yg ingin kamu tanyakan?".
"Setiap malam sebelum tidur saya selalu berdoa, sekarang sebelum operasi dimulai, bolehkah saya berdoa?"
"Baiklah anak manis, engkau memang harus berdoa, jangan lupa berdoa juga untuk saya.
"Kemudian gadis kecil itu melipat kedua tanganya dan berdoa :.
"Tuhan, Engkau Maha pengasih dan penyayang berkatilah, aku malam ini dalam kegelapan, kiranya Engkau dekat denganku, lindungi aku sampai datangnya sinar mentari esok pagi, Dan berkati pula dokter yang akan mengoperasiku.
"Setelah menutup doanya gadis kecil itu berkata " sekarang saya sudah siap Dokter.
"Mata saya berkaca-kaca melihat betapa besar iman yang dimiliki gadis kecil tersebut.
Malam itu sebelum saya mulai operasi, saya berdoa.
" Tuhan yg baik, Engkau boleh tidak membantuku dalam operasi yang lain, tapi kali ini bantulah aku untuk menyelamatkan gadis kecil ini,
"Kemudian saya mulai mengoperasi gadis kecil itu.
Dan keajaiban terjadi, dia disembuhkan.
Saat berpisah dan melepas gadis kecil itu untuk kembali ke rumah, maka saya sadar sesungguhnya sayalah " pasien" yang menjalani operasi iman.
Gaya hidup gadis kecil itu mengajarkan bahwa jika kita menyerahkan seluruh masalah dan beban hidup kita ke dalam tangan Tuhan, maka Dia akan memulihkan dan menolong kita.
Dengan Berdoa dan Beriman, Membuat kita yakin bahwa Tuhan mampu memelihara Dan menjaga harapan yang kita gantungkan kepadaNya.Doa menjadikan iman sebuah kenyataan.
Selamat BERDOA dan BERIMAN di sepanjang hidup kita!

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan", katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia".

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir.

"Maaf, apakah aku harus berhenti ?", tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan...", jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, kamu yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata: "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa kamu sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Kamu adalah dirimu sendiri. Kamu cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang".

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita ?

Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur,
tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya. Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun.

"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" Sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, "Selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?"

"Eh, selamat pagi, Paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini."

Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu.."

"Wah ide paman hebat sekali!" Segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja," katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun.

Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulahnya sambil berkata " Anakku, musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun-daun yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk dibersihkan,

Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok.

Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang, setuju?" Sang kepala asrama memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti.

"Setuju, Paman. Terima kasih atas pelajarannya," segera anak itu berlari menghampiri sapunya.

Kalau kita bekerja dengan suasana hati yang tidak gembira , maka semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa berat dan mudah timbul perasaaan bosan.

Pepatah bijak mengatakan, selesaikan pekerjaaan hari ini dengan baik, besok masih ada pekerjaan baru yang harus diselesaikan.

Kalau kita telah mampu menikmati setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan dan setiap besok menjadi harapan yang menggairahkan.

Sehingga kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa "bekerja adalah ibadah."

Gusti mberkahi.
"Sebagai istri, saya tentu ingin disayang suami. Belajar masak, rajin bersih-bersih rumah, berlaku lembut penuh cinta kepada suami, dan berusaha hemat dalam penggunaan uang belanja biar disebut istri cerdas dan yang tersayang."

Setiap kali belanja kemana pun, saya pasti ngotot berusaha menawar dagangan dengan harga semurah mungkin. Diskon seribu dua ribu saya kejar, padahal energi yang dikeluarkan untuk tawar-menawar panjang bisa lebih dari itu. Tapi demi disayang suami, saya tetep ngotot. Tak jarang suami yang mengantar geleng-geleng kepala. Saya sih cuek saja, istri pelitnya ini selalu beralasan sama, "Kan biar hemat.."

Suatu sore setelah lelah keliling pasar, di perjalanan menuju parkiran mobil, seorang pedagang tanaman bunga yang berusia sepuh menawarkan dagangannya, “Bu, beli dagangan bapak, bibit bunga mawar 5 pot, cuma 25.000 per pot."

Tadinya saya cuek, tapi saya tiba-tiba teringat pekarangan mungil di rumah yang kosong. "Wah murah nih," pikir saya. "Cuma 25.000/pot, tapi ah pasti bisa ditawar!"

“Ah mahal banget Pak, masa 25.000, sudah 10.000 per pot,” dengan gaya cuek saya menawar sadis.
“Jangan Bu, ini bibit bagus. Bapak jual sudah murah. Kalau 15.000 saja gimana Bu, sudah sore, Bapak mau pulang.”
Saya ragu sejenak. Ya memang murah sih. Di toko bunga, bibit bunga mawar seperti ini paling tidak 45.000 harga 1 pot nya. Tapi bukan saya dong kalau tidak berjuang.

Saya pun berkata, “Sudalah Pak, 10.000 ribu saja satu. Kalau tidak dikasih, ya tidak apa-apa,” saya pura-pura beranjak hendak pergi.

Pedagang sepuh itu ragu sejenak, kemudian menghela nafas. “Ya sudah Bu, tidak apa-apa 10.000, tapi tolong ambil semuanya ya, Bapak mau pulang, sudah sore.”

Saya pun bersorak dalam hati, "Yeees…menang!"

“Oke pak, jadi 50.000 ribu ya untuk lima pot. Bawain sekalian ya Pak ke mobil saya, tuh yang di ujung parkiran.”

Saya pun melenggang pergi menyusul suami yang sudah duluan. Si bapak pedagang mengikuti di belakang. Sesampainya di parkiran, si bapak membantu menaruh pot-pot tadi ke dalam mobil. Setelah saya membayar 50.000 lalu, si bapak tadi segera pergi. Lalu terjadilah percakapan berikut dengan suami saya.

"Bagus kan Sayang, aku dapat 5 pot bibit bunga mawar dengan harga murah.”

“Oohh.. berapa kamu bayar?” tanya suami saya.

“50 ribu.”

“Hah…!!! Itu semua 5 pot?” Dia terkejut.

“Iya dong… Hebat kan, aku nawarnya?" Tadi bapak itu nawarinnya 25.000 untuk satu pot,” kata saya sambil tersenyum lebar dan bangga.

Kali ini, suami saya marah. "Gila kamu, sadis amat! Pokoknya aku enggak mau tahu. Kamu susul si bapak sekarang. Kamu bayar dia 125.000 ditambah upah bawain pot-pot bunga ke mobil 25.000. Nih uangnya 150.000. Kamu kejar!” Suami membentak keras.

Saya bertanya kebingungan. “Tapi…kenapa..?”
Suami saya makin keras suaranya, “Cepat susul sana, tunggu apa lagi?”

Tidak ingin dibentak lagi, saya langsung turun dari mobil dan berlari mengejar si bapak tua. Saya lihat dia hendak naik angkot di pinggir jalan.

"Pak, tunggu Pak!"

"Eh Bu, ada apa?" Si Bapak terkejut melihat kedatangan saya.

“Pak, ini uang 150.000 dari suami saya. Katanya buat Bapak. Bapak terima ya."

“Lho, Ibu kan tadi sudah bayar 50.000, benar kok uangnya,” kata si bapak keheranan.

"Kata suami saya, harga bunga bapak pantasnya dihargain segini,” kata saya sambil menyerahkan uang 150.000 ke tangannya.

Bapak itu tercenung, kemudian menjawab sambil terisak, "Terima kasih Bu... Mungkin ini jawaban doa Bapak. Sedari pagi, seharian dagangan Bapak enggak ada yang beli, yang noleh pun enggak ada. Anak istri bapak lagi sakit di rumah, enggak ada uang buat berobat. Pas Ibu nawar, Bapak pikir enggak apa-apa harga segitu asal ada uang buat beli makan secukupnya. Ini Bapak mau buru-buru pulang, kasihan mereka nunggu. Makasih ya Bu, suami ibu orang baik. Ibu juga baik, jadi istri nurut sama suami. Sudah ya Bu, Bapak pamit mau pulang…"  Dan si bapak pun berlalu.

Saya tanpa bisa berkata apa pun, berjalan kembali ke mobil. Sepanjang perjalanan, saya menangis dalam renungan dan kesadaran baru. Benar kata suami, tidak pantas menghargai jerih payah orang dengan harga semurah mungkin, hanya karena kita ingin sangat berhemat.

Berapa banyak usaha si bapak sampai bibit itu siap dijual? Tidak terpikirkan oleh saya. Sejak itu, saya berubah dan tak pernah lagi menawar kepada pedagang kecil manapun.

Percaya saja, bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan.

Gusti mberkahi. (Sumber perenungan seseorang)

Alkisah di lereng barat sebuah pegunungan, tumbuh sebatang pohon Sequoia yang sangat tinggi dan besar. Tingginya yang menjulang ke langit, membuat Sequoia termasuk pohon terbesar dan tertinggi di dunia. Umurnya pun tergolong sangat panjang. Meski menghadapi berbagai amukan ganas alam semesta—banjir, badai dan kekeringan—tapi pohon itu masih tetap tegak dan kokoh berdiri.

Namun beberapa tahun yang lalu, seekor kumbang kecil mulai membenamkan diri ke dalam kulit pohon Sequoia untuk bertelur. Mula-mula peristiwa ini tampak sangat kecil dan tak berarti, namun dengan segera, jumlah kumbang tersebut menjadi berlipat ganda. Mula-mula beratus-ratus, kemudian beribu-ribu, dan akhirnya berjuta-juta. Semula mereka hanya menggerogoti kulit kayu, tapi kemudian makin dalam dan semakin dalam lagi sehingga berhasil menembus batangnya, bahkan akhirnya kumbang-kumbang itu berhasil memakan inti batang pohon raksasa tersebut.

Pada suatu hari, hujan turun dengan sangat deras disertai angin kencang. Dan ketika halilintar menyambarnya, pohon Sequoia raksasa yang hebat itu pun roboh. Ia tumbang lebih karena pengaruh yang melemahkan dirinya, yakni dari kumbang-kumbang kecil yang begitu banyak jumlahnya, yang telah menggerogotinya secara perlahan-lahan.

Secara perlahan tapi pasti, suatu kebiasaan buruk akan menggerogoti manusia, sampai pada suatu saat—sebagaimana Sequoia—ia pun pasti roboh.

Mari, tetap konsisten berpikir dan bertindak positif (optimis, rajin, disiplin, jujur, dll).

Jika muncul sedikit saja sikap negatif, segera basmi!
Semoga bisa membuat kualitas hidup kita semakin baik pula.

Gusti mberkahi.

Suatu desa yang dikenal sangat subur suatu kali mengalami kekeringan yang luarbiasa. Banyak tanaman yang tidak dapat tumbuh kembang disana. Salah satu tanaman yang paling rusak atau tidak dapat bertumbuh adalah padi. Sejak dari dulu hasil padi di desa tersebut dikenal sangat baik namun semua itu berubah. Banyak petani yang mengeluh dan putusasa dengan keadaan ini.

Namun luarbiasa, ada salah seorang petani yang tidak mau menyerah dengan keadaan ini. Petani ini terus percaya bahwa Tuhan akan menolong dan memberi jalan keluar. Setiap hari ia selalu berdoa dan berseru kepada Tuhan bahwa mujizat pasti terjadi. Hal ini membuat petani yang lain tertawa dan banyak yang berkata, “Buat apa doa, memang dengan doa air akan turun.” Tuhan tidak tinggal diam, Tuhan bergerak tepat pada waktunya. Selang beberapa hari terdengar kabar bahwa akan ada bantuan 5 truk pengangkut air setiap harinya dari pemerintah. Petani yang tadinya tertawa tidak percaya itu dibuat tercengang-cengang dengan kejadian ini, mereka berubah menjadi bersukacita dan ikut memuji-muji Tuhan.

Tahun ini hal yang sama akan Tuhan nyatakan ditengah-tengah kita terutama bagi yang percaya kepadanya. Mungkin kita tertawa tidak percaya dengan apa Tuhan bisa lakukan dalam hidup kita namun lihatlah ketika waktunya Tuhan tiba maka tawa tidak percaya itu akan dirubah menjadi tawa sorak-sorai dan ucapan syukur. Tugas kita hanyalah percaya, apapun keadaan kita tetaplah percaya dan lihatlah karya Tuhan yang luarbiasa akan dinyatakan.

Gusti mberkahi. Amin

Dikisahkan disebuah kota yang ramai, hiduplah sepasang suami istri bersama anak-anaknya yang masih kecil. Mereka hidup bahagia dengan melewati hari-hari dengan sederhana. Dengan bekal sebagai seorang pedagang manisan, sang suami giat mencari uang demi anak dan istri tercinta.

Tak terasa waktu demi waktu telah berlalu, dan anak-anaknya pun telah kian dewasa. Si sulung yang telah menamatkan pendidikan tingginya, telah berhasil mendapatkan kerjaan yang layak. Dengan giat setiap hari dia bekerja, dan dia pun berhasil mendapatkan posisi yang baik di perusahaan, karena ketekunannya.

Tanpa disadari, waktu dan kehidupan si sulung lama kelamaan hanya dicurahkannya pada kantor dan temen-temen sekerjanya. Dia pun mulai kehilangan waktu untuk sekadar berbicara dan berbagi dengan keluarganya. Setiap pukul 6 pagi, dengan cepat dia berangkat kerja. Saat tengah malam, barulah dia menginjakkan kakinya di depan pintu rumahnya, hanya sekadar untuk beristirahat. Demikian seterusnya.

Orang tua dan adik-adiknya hanya bisa mendukungnya tanpa pernah mengeluh sedikit pun, walaupun terkadang mereka juga merindukan untuk dapat berkumpul bersama si sulung barang sejenak, sekedar untuk berbagi cerita.

Pada suatu pagi sang ayah yang telah lama menderita penyakit gula, mendadak pingsan dan kritis keadaannya. Sang istri yang begitu panik segera melarikannya ke rumah sakit untuk dirawat. Anak-anaknya yang lain pun segera menjenguk ayahnya yang kritis di rumah sakit, hanya si sulung yang tidak tampak. Adik-adiknya berusaha menghubunginya sang kakak di kantornya, namun sang kakak hanya mengatakan akan segera menjenguk setelah pekerjaannya selesai di kantor.

Semakin malam masa kritis sang ayah pun tidak membaik, dan akhirnya sang ayah pun meninggal dunia. Sang istri dan anak-anaknya pun bersedih, namun si sulung pun tidak tampak di antara mereka. Dan tak lama dari waktu sang ayah meninggal, barulah si sulung menjenguk ayahnya. Namun dia telah terlambat, karena sang ayah telah meninggalkannya untuk selamanya.

Hanya penyesalan yang menyelimuti perasaan si sulung, karena kesibukannya dalam pekerjaan mengalahkan arti sebuah keluarga dalam hatinya.

Pepatah Tiongkok lama mengatakan "keluarga adalah mutiara". Begitu berharganya nilai sebuah keluarga sehingga dia disamakan dengan mutiara. Karena dari sebuah keluargalah kita lahir, tumbuh dan dewasa. Sehingga begitu dalam makna keluarga yang harus kita patrikan di dalam hati kita kelak dan selamanya.

Kadangkala kita dengan alasan kerja mengabaikan keluarga kita, suami, istri, orang tua ataupun anak-anak kita. Namun kita lupa bahwa sesungguh kebahagiaan sejati bukan hanya diukur dari materi namun dari kehangatan sejati yang kita peroleh dari saling berbagi dalam kebersamaan sebuah keluarga.

Kita boleh bersosialisasi dengan orang diluar keluarga kita, namun alangkah bijaknya jika kita juga bisa meluangkan waktu, untuk kebersamaan yang berkualitas, untuk orang-orang terkasih.

Pada kondisi apapun juga Keluarga Tetap No. 1, Semangat Berkumpul Dengan Keluarga.

Gusti mberkahi.

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Seorang guru sekolah menengah di Los Angeles menerapkan cara yang unik dalam merangsang para siswanya untuk berpikir. Dari waktu ke waktu, ia menulis pesan-pesan singkat di papan tulis yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pelajaran-pelajaran yang sedang diajarkan.

Suatu pagi, para siswa melihat angka 25.550 di papan tulis. Seorang siswa mengangkat tangan dan bertanya mengapa gurunya menuliskan angka tersebut. Lalu ia menjelaskan bahwa 25.550 merupakan jumlah hari dalam kehidupan seseorang yang hidup hingga usia 70 tahun. Guru tersebut berusaha menekankan tentang singkatnya kehidupan dan nilai dari tiap-tiap hari.

Ketika saya masih muda dan mencoba memandang hari esok, rasanya waktu bergerak begitu lambat. Sulit untuk membayangkan apa yang sering dikatakan oleh orang-orang tua bahwa waktu berlalu begitu cepat sampai-sampai mereka dibuat terheran-heran ke mana perginya waktu tersebut.

Namun setelah saya bertambah dewasa, ternyata tahun-tahun yang berjalan memang tampak begitu pendek dan cepat berlalu, terutama bila dikaitkan dengan kekekalan.

BERSUKACITALAH DAN BERBAGI dengan mereka yang membutuhkan - Dengan begitu kita bisa BERSYUKUR

APAPUN YANG TERJADI DALAM HIDUPMU BUKANLAH KEBETULAN, jika dalam pikiranmu kau tanamkan seperti itu maka kita tidak akan selalu menyalahkan keadaan dan orang lain - Dengan begitu kita tidak akan lupa untuk BERDOA minta kekuatan kepadaNYA

JANGAN HABISKAN WAKTU DENGAN SIA-SIA, INVESTASIKANLAH WAKTU DENGAN BIJAK - Dengan begitu kita akan selalu BERUSAHA MAKSIMAL untuk menghadapi dan mencari SOLUSI tentang apapun yang ada dihadapan kita bukannya MENGHINDAR DAN MELUPAKAN.

" Karena dengan BERSYUKUR, BERDOA dan BERUSAHA bikin HIDUP LEBIH HIDUP "

SUKSES UNTUK SEMUA DITAHUN 2020 INI.

Pada suatu pagi sebuah gedung sekolah di sebuah desa terbakar. Seorang anak laki-laki pingsan dan ditarik keluar dari bangunan yang terbakar itu. Ia mengalami luka bakar yang parah pada seluruh bagian bawah tubuhnya. Dan, ia segera dibawa ke rumah sakit daerah yang terdekat.

Dari tempat tidurnya, dalam keadaan setengah sadar, si anak laki-laki yang tebakar secara mengerikan itu, secara sayup-sayup mendengar pembicaraan antara dokter dan ibunya.

Dokter memberitahukan bahwa sang anak pasti akan mati, tetapi hal tersebut merupakan hal terbaik. Karena bila ia hidup, luka bakarnya telah menghancurkan bagian bawah tubuhnya.

Anak pemberani itu tidak ingin mati. Ia bertekad untuk tetap bertahan hidup. Entah dengan cara bagaimana, ia terus dapat bertahan hidup. Hal itu membuat dokter sangat heran.

Ketika bahaya maut itu berlalu, ia sekali lagi mendengar dokter dan ibunya berbicara dengan pelan, bahwa ia pasti akan lumpuh seumur hidup dan tidak akan dapat memanfaatkan semua anggota tubuh bagian bawahnya.

Tetapi, anak ini mengeraskan tekadnya bahwa ia tidak akan lumpuh, meskipun ketika ia mencoba, ia tidak dapat bergerak. Setiap hari ibunya memijat kakinya yang kecil itu, namun kakinya tetap tidak bisa merasakan dan tidak dapat digerakkan. Namun, niatnya untuk berjalan masih tetap sekuat dahulu.

Pada suatu hari ibunya mendorong kursi rodanya keluar menuju halaman agar ia dapat menghirup udara segar. Hari itu, ia mencoba lagi dengan keras untuk berjalan. Ia menyeret dirinya sendiri melintasi rerumputan, menarik kedua kakinya di belakang tubuhnya. Ia mulai melakukan hal ini setiap hari. Tidak ada hal lain yang diinginkannya kecuali menghidupkan kedua kakinya.

Akhirnya, melalui pijatan setiap hari, tekad baja, dan keteguhan hatinya, ia mampu berdiri, kemudian mulai berjalan tertatih-tatih, berjalan sendiri, dan kemudian berlari.

Di universitas, ia membentuk sebuah tim lari. Selanjutnya di Madison Square Garden, pemuda yang secara medis diduga tidak akan pernah dapat berjalan lagi, pemuda yang teguh hatinya ini, Dr. Glenn Cunningham, memecahkan rekor dunia lari untuk jarak 1.500 meter!

Tekad yang kuat dan hati yang teguh adalah kunci mengalami kemenangan. Rintangan, halangan dan tantangan sebesar apapun akan bisa diatasi oleh orang-orang yang tidak bimbang hatinya. Hari ini, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, jangan mudah menyerah terhadap tantangan yang ada.

"Karena Tekad yang Kuat dan Tanpa Menyerah Menjadikan Dr. Glenn Cunningham Bisa Karena Terbiasa."

Gusti mberkahi.