Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis. Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

========================================

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. 

Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. 

Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang! 

Dengan Jangan Berhenti Berusaha, Berdoa Setiap Saat dan Selalu Bersyukur. Niscaya kita akan berhasil didalam tuntunan TUHAN, Amin.


Sumber : andriewongso.com

 


Ada seorang tukang tahu. Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya.

Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah.

Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Tuhan agar dagangannya laris.

Begitulah setiap hari, sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.

Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah knapa tiba2 ia terpeleset. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan ! Jangankan untung, modal pun buntung !

Mengeluhlah ia kepada Tuhan, bahkan "menyalahkan" Tuhan, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? 

Padahal ia selalu berdoa setiap pagi.

Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang. Tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yg setiap hari ia tumpangi, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas ! 

Hanya ia satu2nya calon penumpang yg selamat, "gara- gara" tahu nya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.

Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan kita, tapi terkadang diganti oleh Tuhan dengan sesuatu yg jauh lebih baik daripada yg diminta.

Tuhan Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. 

Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk !

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Tuhan mengetahui, sedang manusia tidak mengetahui''

Tuhan memberkati

 


Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :

” Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita…? “

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :

” Tidak, nak… “

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi…

” Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun…?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

” Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan…?”

Ayahnya tertawa…

” Mungkin tidak bisa juga, nak…”

” OK ayah, ini yang terakhir kali…

Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja…?”

Akhirnya ayahnya mengangguk.

“Kemungkinan besar, bisa nak…”

Anak ini tersenyum lega…

” Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah…

Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar… “

Ide atau pemikiran yg menarik bukan? 

Mungkin kita bisa tantang diri kita untuk... 

HIDUP 1 JAM TANPA :

Tanpa marah

Tanpa kesal

Tanpa hati dan niat buruk

Tanpa pikiran negatif

Tanpa menjelekkan orang lain

Tanpa iri 

Tanpa serakah 

Tanpa 'kebodohan' 

Tanpa kesombongan

Tanpa kebohongan

Tanpa kepalsuan…

SELAMAT MENCOBA, GUSTI MBERKAHI...

 

Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. 

Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, “Aaaaahhh!!!” Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, “Aaaaahhh!!!”

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, “Hai siapa kau?”. 

Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, “Hai siapa kau?”

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, “Kau pengecut..!!” Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, “Kau pengecut..!!”. 

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, “Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?”.

Ayahnya tersenyum dan berkata, “Anakku, mari perhatikan ini”. 

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, “Aku mengagumimu..!!”. Dan suara itu menjawab, “Aku mengangumimu..!!”. 

Sekali lagi ayahnya berteriak,”Kau adalah sang juara..!!”. Suara itu pun menjawab lagi,”Kau adalah sang juara..!!”.

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. 

Kemudian ayahnya menjelaskan, “Nak, SUARA PANTULAN TADI, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya inilah yang dimaksud dengan hidup itu. Ia akan mengembalikan padamu apa saja yang kau lakukan dan katakan.”

Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita. 

Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak cinta kasih di dunia ini, maka berikanlah cinta kasih dari hatimu. 

Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. 

Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. 

Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. 

Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu.

 

Suatu hari seorang peserta training remaja, sebut saja namanya JJ, bertanya kepada saya, ”Bu Lisa, bagaimana caranya diet?”

Saya jawab, ”Mudah. Kurangi makan.”

“Wah, enggak bisa Bu.”

“Mengapa?”

“Ibu saya tiap hari masak. Dan masakan ibu saya semuanya sangat enak. Jadi saya tidak bisa mengurangi makan.”

“Oke. Kalau begitu, makan tiga kali sehari, tapi jangan ngemil.”

“Wah. Tidak bisa juga Bu.”

“Mengapa?”

“Pagi dan sore selalu tersedia makanan kecil buatan ibu saya. Dan semua makanan buatan ibu saya sangat enak. Jadi saya tidak bisa untuk tidak ngemil.”

“Kalau begitu tidak usah diet,” kata saya.

“Lho? Kan saya ingin diet Bu?”

“Saat ini, keinginanmu belum menjadi tujuan. Tunggu sampai keinginan itu semakin besar dan benar-benar menjadi tujuan kamu.”

“Kapan Bu?”

“Saya tidak tahu,” jawab saya sambil tertawa.

Kami pun berhenti membahas masalah itu.

Satu tahun kemudian, tanpa sengaja, saya bertemu dengan JJ di sebuah pesta pernikahan. Dia yang menyapa saya, “Bu Lisa.”

Saya menengok dan terkejut. Saya mengenali dia, tapi kini tubuhnya langsing. Jauh berbeda dengan setahun yang lalu.

“Hai. Saya sampai pangling. Kok sekarang langsing banget.”

“Iya Bu,” katanya sambil senyum-senyum.

“Diet ya?”

“Iya, Bu.”

“Tuh bisa.”

“Sekarang saya punya pacar, Bu.”

Dia pun memperkenalkan pria yang berdiri di sampingnya.

“Ooooooohh,“ saya tertawa dan menjabat tangannya.

“Dia ini Bu, tiap kali ke toko atau mal, senang menunjuk-nunjuk baju dan bilang mau membelikan saya baju itu. Tapi Bu, semua baju yang dia tunjuk adalah baju yang untuk orang yang langsing. Saya kan ingin dibelikan baju olehnya Bu, jadi saya diet,” dia menjelaskan sambil tertawa.

Saya bertanya, ”Ibu kamu masih suka masak?”

“Masih,” jawabnya malu-malu.

“Di rumah masih banyak makanan?”

“Masih.”

“Kok sekarang bisa diet?”

Dia hanya tertawa.

“Tuh kan. Dulu kamu tidak bisa diet, bukan karena salah ibu, bukan karena masakan ibu. Buktinya sekarang kamu bisa diet padahal ibu tetap masak.”

Dia mengangguk-angguk sambil tertawa.

Jangan-jangan kita seringkali bersikap demikian juga. Anda ingin mencapai sesuatu? Anda ingin menabung? Anda ingin penghasilan lebih besar? Anda ingin langsing? Anda ingin sukses? Anda ingin jadi juara? Tidak ada orang yang bisa menjadi juara/berhasil tanpa punya tujuan yang jelas, tekad yang besar, dan memperjuangkannya habis-habisan.


"Selamat Berjuang seperti para pahlawan yang mati-matian Memerdekakan Bangsa Indonesia"


Dirgahayu RI ke 75, 

Tuhan Memberkati Kita Semua.


Di Taiwan ada seorang Konglomerat & Pengusaha kaya. Hebatnya, kekayaan itu menurut banyak pihak di peroleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yang dilakukannya mampu menginspirasi banyak orang.

Suatu ketika karna penasaran, ada seorang Pemuda mau belajar menimba pengalaman dari sang Pengusaha.

“Terimakasih Bapak mau menerima saya. Terus terang saya sangat mau menimba pengalaman dari Bapak, sehingga bisa sukses juga” ujar si pemuda. 

Mendengar permintaan itu, sang Pengusaha tersenyum sejenak, lalu ia pun meminta Pemuda tadi menengadahkan tangannya.

Si pemuda pun terheran-heran. Lantas si Pengusaha menjelaskan maksudnya, “Biar aku lihat garis tanganmu. Simaklah baik-baik apa pendapatku” jawab Pengusaha. 

Setelah menengadahkan kedua tangannya, si Pengusaha pun berkata, “Liatlah telapak tanganmu ini, di sini ada beberapa garis utama yg menentukan nasib, Ada garis kehidupan, Ada garis rezeki, & Ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah... Di mana semua garis tadi?” tanya si Pengusaha. 

“Di dalam telapak tangan yang saya genggam” Jawab si pemuda yang penasaran. 

“Nah, apa artinya itu? Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Anda liat bukan? Bahwa smua garis tadi ada di tanganmu. Begitulah rahasia suksesku selama ini. Aku berjuang dan berusaha dengan berbagai cara untuk menentukan nasibku sendiri” jawab si Pengusaha. 

“Tapi coba liat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yg tak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yg berada di luar kendalimu, karena di sanalah letak kekuatan dari TUHAN. Kita tak akan mampu melakukan & itulah bagianNYA TUHAN" lanjut si Pengusaha. 

PESAN MORAL: Genggam & lakukan bagianmu dgn kerja keras, lalu bawalah kepada TUHAN bagian yang tak mampu Anda lakukan!!

Sukses itu adalah saat kita berjalan bersama TUHAN!!

DO U'R BEST & LET GOD DO THE REST !!!!


Suatu ketika ada seorang anak laki-laki yang dibesarkan di panti asuhan. Anak ini menyimpan keinginan untuk dapat terbang seperti burung. Di dalam hati ia selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak bisa terbang seperti halnya burung.

Di kebun binatang, anak laki-laki itu melihat burung-burung yang lebih besar daripada tubuhnya, tetapi mengapa mereka bisa terbang? "Mengapa aku tidak bisa terbang? Apakah yang salah dalam diriku?" Anak itu bertanya dalam hatinya.

Ada lagi anak laki-laki lain yang kakinya pincang. Anak ini ingin sekali agar ia bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lainnya. "Bagaimana agar aku bisa seperti mereka?" Tanyanya dalam hati.

Suatu hari, anak laki-laki yang ingin terbang tadi, bermain jauh dari panti asuhan. Ia datang ke sebuah taman di mana ia melihat anak laki-laki yang pincang tadi sedang bermain di dalam kotak pasir. Ia berlari menemui anak yang sedang bermain tersebut dan bertanya,

"Apakah kamu pernah memiliki keinginan untuk bisa terbang?"

"Tidak," jawab anak yang pincang.

"Tapi aku pernah membayangkan bagaimana rasanya bisa berjalan dan berlari seperti anak-anak lain," sambungnya lagi.

"Apakah menurut kamu kita bisa berteman?" Tanya anak laki-laki dari panti asuhan.

"Tentu."

Kedua anak laki-laki itu pun bermain bersama selama berjam-jam. Mereka membangun rumah-rumahan pasir dan membuat suara-suara lucu dengan mulut mereka. Suara-suara lucu itu membuat mereka tertawa gembira. Kemudian ayah anak laki-laki yang pincang datang membawa sebuah kursi roda.

Anak laki-laki yang ingin terbang tadi mendekati ayah temannya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Baik, silahkan," jawab sang ayah.

Kemudian ia mendekati temannya yang pincang dan berkata,

"Kamu adalah temanku dan aku ingin melakukan sesuatu yang bisa membuatmu berjalan dan berlari seperti anak-anak lain. Sayang sekali aku tidak bisa. Tetapi ada sesuatu yang dapat kulakukan untukmu."

Anak itu pun menunduk dan menyuruh temannya yang pincang untuk naik ke punggungnya. Setelah itu ia berlari melintasi lapangan rumput. Ia berlari semakin lama semakin cepat sambil menggendong sahabatnya di atas punggungnya.

Hembusan angin terasa menerpa wajah kedua anak laki-laki tadi. Ayah si anak yang pincang mulai menangis ketika melihat anaknya merentangkan tangannya dan berkepak-kepak bak burung yang sedang terbang. Dengan suara penuh semangat ia berteriak,

"Aku terbang Ayah, aku terbang.."

Ini merupakan kisah nyata dimana Roger Dean Kiser, adalah anak yatim yang menggendong temannya pada punggungnya dan berlari.

Setiap orang memiliki keinginan dan harapan. Tetapi ketika keinginan itu tak terwujud, jangan bersedih. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan berbahagialah. Bersyukurlah pada Tuhan untuk keberadaan kita, karena keterbatasan bisa mendatangkan kepuasan.

terima kasih Tuhan untuk keberadaanku sekarang ini. Aku percaya selalu ada cara yang Tuhan bisa pakai untuk membuatku bahagia. Amin.

"Keadaan tidak menentukan kebahagiaan seseorang, sikap hati lah yang menentukan."


Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.

Filsuf menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.

Apakah Anda mengerti matematika?” Filsuf tersebut bertanya lagi.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.

Filsuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata:
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”

Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air,
Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”

Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”

Semua orang sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi itu wajar saja, tetapi jangan sampai membuat diri sendiri menjadi sombong maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.

Tidak lagi terlena dan terpenjara dengan kemahsyuran sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Bangsa ini tidak hanya dibentuk oleh alam, namun juga oleh kehebatan sumber daya manusia yang belum teroptimalkan. Telah banyak fakta ditorehkan anak negeri akan prestasi dan kesuksesan persaingan di dunia internasional. Salah satunya tahun ini datang dari kakak beradik, Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23).

Melalui ajang bergengsi yang diadakan oleh General Electric (GE)--perusahaan internasional yang berpusat di Amerika, Arfian dan Arie berhasil merebut juara pertama dalam “3D Printing Challenge” tahun 2014. Hal yang tergolong mengejutkan, mengingat bahwa kompetisi ini diikuti oleh hampir seluruh insiyur terkemuka dengan berbagai latar belakang hebat di dunia pendidikan.

Pemuda asal Salatiga, Jawa Tengah ini, berhasil menaklukkan persaingan dari 700 karya yang berasal dari lebih 50 negara di dunia. Keduanya mempertunjukkan karya luar biasa dengan mendesain Jet Engine Bracket sebagai salah satu komponen mengangkat mesin pesawat terbang, dengan keunggulan memangkas berat komponennya 84 persen lebih ringan dari berat prototipe sebesar 2 kilogram, atau hanya sebesar 327 gram. Posisi kedua ditempati oleh seorang insiyur Swedia yang bergelar Ph.D (baca: setingkat S3), sedangkan di posisi ketiga adalah lulusan dari Oxford University, yang notabene satu universitas terbaik di dunia.

Arfian dan Arie "hanya" lulusan SMA serta SMK di Jawa Tengah. Keinginannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi harus terkubur karena biaya dan sulitnya persaingan masuk perguruan tinggi negeri yang lebih murah dari universitas swasta di Jawa Tengah. Sebelum menggeluti bidang Design Engineering, sehari-hari keduanya melakukan pekerjaan serabutan mulai menjadi tukang bengkel hingga berjualan susu keliling desa.

Sang kakak, Arfian yang pertama kali tertarik pada bidang yang senyatanya sukar jika tidak memiliki keahlian khusus. Komputer pertama yang mereka beli adalah hasil dari keringat dan tabungan berbulan-bulan bekerja. Keduanya belajar secara otodidak dan terus berlatih dengan giat. Di tahun 2009, barulah mereka beranikan diri untuk membangun suatu wirausaha di bidang jasa design engineering, dengan nama D’Tech.

Permintaan pertama jasa mereka datang dari pengusaha asal Jerman untuk membuat sebuah desain jarum dengan bayaran USD 10 per set. Tawaran tersebut datang dari usaha marketing mereka di dunia maya dan aktif dalam bidang 3D design engineering. Hasil yang memuaskan konsumennya, membuat kedua pemuda ini kebanjiran pesanan dari luar negeri. 

Pengalaman inilah yang memberanikan mereka untuk mengikuti sebuah ajang kompetisi internasional yang semakin melambungkan nama mereka, membanggakan nama bangsa, serta membuka mata kita semua akan betapa besarnya potensi anak negeri ini.

Sumber : Andriewongso.com

 

Di tepi Danau Como yang sangat indah di Italia, terdapat sebuah vila tua yang bagus sekali. Diperkirakan usianya telah dua ratus atau tiga ratus tahun. Selama bertahun-tahun, tanah di sekitarnya dirawat dengan baik sekali oleh seorang tukang kebun tua yang dapat dipercayai. 

Pada suatu hari, beberapa orang wisatawan yang datang ke sana memberikan pujian kepada tukang kebun itu karena pekerjaannya yang sangat baik itu. 

“Pemilik kebun ini tentunya seringkali datang kemari untuk mengawasi pekerjaanmu,” kata salah seorang dari wisatawan itu.

“Oh, tidak, Tuan,” jawab si tukang kebun. “Dia baru datang kemari sekali saja, yaitu lima belas tahun yang lalu. Sejak itu saya tidak berjumpa dengan dia lagi.”

“Kalau demikian, bagaimana engkau bisa menerima perintah-perintah dari pemilik kebun ini?” tanya wisatawan lainnya.

“Perintah-perintah itu diberikan dari seorang wakilnya yang tinggal di Milan,” jawab orang tua itu.

“Tentunya dia sering datang kemari.”

“Tidak, tidak terlalu sering. Barangkali sekali dalam satu tahun.”

“Hal ini benar-benar amat mengagumkan,” kata wisatawan itu. 

“Tidak ada seorangpun yang mengawasi engkau bekerja, tetapi sekalipun demikian engkau merawat taman di sini dengan baik sekali, seolah-olah engkau berharap bahwa pemiliknya akan datang kembali ke sini hari ini!”

Apakah kalian siap bekerja seperti itu stiap hari?


Alkisah, 
hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua orang anak laki-laki (sebut saja si-Sulung dan si-Bungsu). Pada suatu hari, sang Ayah mendadak sakit keras dan diprediksi sudah mendekati ajalnya. Menyadari akan hal ini, sang Ayah pun segera memanggil kedua anak laki-lakinya si-Sulung dan si-Bungsu.

Sesudah mereka berdua bersimpuh didekat Ayah berbaring, sang Ayah pun menyatakan permintaannya kepada mereka : “Kalian berdua harus berjanji kepada Ayah……, bahwa setelah Ayah meninggal dunia nanti, kalian berdua harus menepati 2 pesan terakhir Ayah”. Sambil terisak tangis dan suasana hati yang tidak karuan, Sulung dan Bungsu pun hanya dapat manggut-manggut melihat kondisi Ayahnya yang semakin kritis.

Begini kira-kira kedua pesan Ayahnya itu: “PERTAMA, kalian harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH MENAGIH PIUTANG kepada siapapun”. Tidak ada tindakan lain dari Sulung maupun Bungsu dalam menanggapi pesan PERTAMA Ayahnya itu selain mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala meski perasaan bingung menghinggapi kedua Anak tersebut.

“KEDUA, kalian berdua harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH TERKENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG”. Semakin bingung-lah mereka terhadap permintaan Ayahnya. Tetapi sekali lagi keadaan lah yang memaksa mereka berdua untuk mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala.

Akhirnya, sesuai dengan rencana sang Ayah pun meninggal dunia dengan tenang karena telah menyatakan pesannya kepada kedua Anaknya. Prosesi pemakaman pun berlangsung dan kehidupan harus terus berjalan, karena baik Sulung maupun Bungsu memiliki Wirausaha yang harus dijalankan sebagai sandaran hidup.

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, Bulan dan Tahun. Tidak terasa 5 tahun telah berlalu sejak kematian sang Ayah. Disinilah mulai tampak perbedaan yang sangat mencolok antara Sulung dan Bungsu. Sang Ibu sebagai orang di “Tengah” pun tanggap akan hal ini. Perbedaan yang paling nyata adalah soal EKONOMI /KEUANGAN. Sang Ibu merasa iba kepada nasib si-Bungsu yang ekonominya sangat amburadul dan boleh dikatakan mulai Gulung Tikar. Sebaliknya, sang Ibu pun bangga kepada nasib si-Sulung yang boleh dibilang sangat sukses dalam bidang ekonomi.

Tergelitik rasa penasaran, iba dan bangga yang bercampur jadi satu, sang Ibu pun mengunjungi si-Bungsu untuk menanyakan perihal nasibnya:

“Wahai Bungsu, mengapa nasib mu sedemikian malangnya anakku ???”.

Si Bungsu pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah. PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN. Sedangkan teman, kolega, client, dll tidak berniat untuk mengembalikan hutang mereka jika tidak ditagih, sehingga lama-kelamaan habislah modal saya Ibu. KEDUA, Ayah melarang saya untuk KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, itulah sebabnya pergi dan pulang dari Toko, saya selalu menggunakan jasa Taxi, karena saya hanya memiliki sepeda motor, sehingga modal saya lama-kelamaan habis Ibu”.

Melihat malangnya nasih Bungsu, sang Ibu pun menghibur dengan mengatakan : “ENGKAU MEMANG ANAK YANG BERBAKTI, KARENA ENGKAU MENJAGA JANJIMU KEPADA AYAH”.

Kemudian berkunjunglah sang Ibu ke kediaman Sulung. Kali ini suasana berubah 180 derajat. Si Sulung adalah orang yang kaya raya dan sangat makmur ekonominya. Penasaran, sang Ibu pun menanyakan perihal nasibnya :

“Wahai Sulung, mengapa nasibmu sedemikian beruntung anakku ???”.

Si Sulung pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah”.

Sang Ibu pun keheranan akan jawaban Sulung dan menanyakan dengan rasa penasaran yang tinggi,

“kok bisa begitu ???”.

Sulung pun menjawab : “PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN, oleh karena itu SAYA TIDAK PERNAH MEMBERIKAN HUTANG KEPADA SIAPAPUN, sehingga modal saya tetap. KEDUA, SAYA DILARANG KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, karena saya hanya memiliki sepeda motor, maka saya berangkat ke Toko pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dan pulang dari Toko malam benar setelah matahari terbenam, sehingga SEMUA CUSTOMER SAYA TAHU BAHWA TOKO SAYA BUKA PALING PAGI & TUTUP PALING MALAM, sehingga Toko saya diserbu banyak pelanggan”.

Sang Ibu pun keheranan penuh kekaguman akan jawaban dari si-Sulung.

Selama ini anda selalu memerankan karakter Sulung / Bungsu ??? Semoga bermanfaat untuk menghadapi persoalan hidup apapun. 
Anda hanya tinggal memilih …… 
Sulung atau Bungsu ..

Sukses buat kita semua. Amin

Anthony Burgess, 40 tahun menderita tumor otak, Dokter mengatakan bahwa sisa hidupnya hny tinggal paling lama 1 tahun lagi.

Biaya pengobatan telah membuatnya jatuh miskin. Satu satu hal yg paling dia risaukan adalah saat dia meninggal, dia tidak punya apa² utk istrinya, Lynne, yg segera akan menjadi janda.

Burgess berpikir, apa yg harus aku lakukan dia tidak mau hanya menunggu saja, hingga ajal menjemputnya. Burgess tidak pernah menjadi novelis sebelumnya, tetapi dia tahu ada potensi dalam dirinya untuk menjadi seorang penulis. Sehingga dia mengharapkan royalty penjualan bukunya dpt menopang kehidupan istrinya kelak.

Lalu diapun mulai menulis tetapi dia tidak tahu bagaimana bukunya akan terpublikasikan.

"Itu adalah bulan Januari 1960," katanya, "Menurut perkiraan, saya hanya memiliki musim dingin, musim semi dan musim panas untuk hidup, dan pada musim gugur ajal akan datang menjemputku.”

Untuk mengejar sisa waktu hidupnya, Burgess menulis penuh semangat, dia menyelesaikan 5½ novel dalam tahun itu. Tetapi tahun itu berlalu, Burgess tdk meninggal. Kanker otaknya telah lenyap sama sekali. Dan itu tdk membuatnya berhenti menulis juga dan dia terus menulis hingga mewariskan 70 judul novel sebelum meninggal, Bukan karena kanker.

Dia mungkin tidak pernah pernah menulis kalau bukan adanya ancaman kanker otak tersebut.

Banyak dari kita seperti Anthony Burgess, Banyak Kehebatan yg terpendam dalam diri kita, apakah selalu menunggu sampai saat kritis baru dimunculkan.

Tanyakan pada diri kita, apa yg akan dilakukan saat menghadapi ajal seperti Anthony Burgess...

"Jika saya hanya mempunyai sisa satu tahun untuk hidup, apa yg akan saya lakukan? "

Lakukan yg Terbaik Mulai Sekarang dan JANGAN TUNDA LAGI !

Di sebuah kota kecil, hiduplah sepasang suami istri yang telah menikah selama lima puluh tahun. Selama masa pernikahan mereka, tak ada pertengkaran berarti, kehidupan mereka selalu baik dan rukun, sehingga banyak tetangga yang kagum dengan kerukunan dan kasih dari pasangan ini.

Hanya ada satu rahasia yaitu sebuah kotak sepatu yang disimpan sang istri di atas lemari mereka dan sang istri meminta agar suaminya tidak menanyakan mengenai isi kotak sepatu itu apalagi membukanya. Sang suami menyanggupi hal itu. 

Suatu hari, sang istri mengalami sakit keras, dan sudah berada di ambang kematiannya. Dengan tubuh yang lemah, sang istri merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk membuka rahasia yang selama ini disimpannya kepada suaminya. 

Sang suami segera mengambil kotak sepatu itu lalu duduk di samping ranjang sang istri. “Bukalah kotak itu, aku rasa ini adalah saat yang tepat engkau untuk mengetahuinya,” ujar sang istri dengan suara lemah. Sang suami lalu membuka kotak itu. 

“Saat kita menikah dulu, nenekku memberikan sebuah rahasia pernikahan padaku,” ujar sang istri, “Nenekku berpesan, jika kamu melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan hatiku, aku tidak boleh kecewa atau marah padamu, yang harus aku lakukan saat aku tidak suka dengan sikapmu adalah tetap diam dan membuat sebuah boneka rajut.” 

Sang suami tersenyum lega karena ia melihat hanya ada 2 boneka rajut disitu. Berarti selama lima puluh tahun pernikahan mereka, ia hanya mengecewakan istrinya sebanyak 2 kali. Ia begitu bersyukur dan bangga dengan dirinya yang selama ini bisa menjaga perasaan istrinya dan tidak banyak mengecewakan istrinya. 

Tapi ia masih penasaran dengan arti dari uang yang sepuluh jutaan itu. Lalu ia bertanya kepada istrinya, “Kalau begitu, apa arti dari uang yang sangat banyak ini? Dari mana kamu memperolehnya?” 

Istrinya, dengan tatapan penuh kasih dan pengertian menjawab, “Uang itu adalah hasil penjualan boneka-boneka rajut yang sudah kubuat selama ini…”

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:

”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita”.

Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.

Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:

“Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…”.

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:

“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?”

Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab: “Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.

Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.

Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan apa yg anda lihat saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Maka kita PERLU BERPIKIR SEBELUM BICARA…

Semoga kita bisa mengambil suatu berkat dari kisah di atas. Amin.

Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun, tetapi memiliki kemampuan berpikir layaknya anak berusia di bawah 10 tahun sederhana dan apa adanya. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan mendidik anaknya agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik.

Suatu hari, si anak yang sangat mencintai ibunya, berkata, "Ibu, aku sangat senang melihat ibu tertawa. Wajah ibu begitu cantik dan bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap hari?"

"Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa setiap hari," ujar sang ibu.

"Bagaimana caranya berbuat baik dan bagaimana harus setiap hari?" tanya si anak.

"Berbuat baik adalah bila kamu bekerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit, atau kesepian. Kamu bisa sekadar menemaninya atau membantu meringankan pekerjaan mereka. Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu. Pesan ibu, jangan menerima upah. Setelah selesai membantu, mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan angkanya. Kalau angkanya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari. Dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa," jawab sang ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya itu.

Beberapa waktu berlalu dan ibu dari si anak meninggal. Namun karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa, setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung  membantu orang-orang tua. Kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun menjawab, "Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan yang aku kumpulkan, aku susun sesuai dengan nomor urutnya. Maka setiap hari aku seakan bisa mendengar ibuku sedang melihat aku dan tertawa bahagia di atas sana."

Si pemuda yang berpikiran sederhana itu  pun telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk menjamin tekadnya, yakni setiap hari bisa membantu orang lain.

Seorang tukang kebun mencoba mengadakan penelitian sederhana.

Ia menanam 2 tanaman yang sama pada lahan yang sama. Yang membedakan hanya bagaimana cara dia merawat tanaman tsb.

Tanaman yang pertama disirami secara rutin tiap pagi sore, sedangkan tanaman yg kedua disirami hanya 2 hari sekali.

Ketika tanaman itu bertumbuh cukup besar, tiba waktunya untuk menguji kekuatan akar tsb.

Perbedaannya cukup mencolok; Untuk tanaman yg ke satu; dibutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk mencabut akar nya. Untuk tanaman yg kedua, dibutuhkan waktu lebih lama yaitu empat menit untuk bisa mencabutnya!

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Tanaman yang pertama cukup dimanjakan dengan air yang ia dapat dengan mudah, sehingga akarnya tidak berusaha mencari ke tanah yang lebih dalam.

Sedang tanaman yang kedua karena mendapat suplai air yang lebih sedikit, maka mau tidak mau akar nya mencari ke sumber air, sehingga di dapatinya akarnya jauh lebih kuat karena masuk lebih dalam ke tanah.

Cara TUHAN mendidik kita tak jauh beda dengan ilustrasi tsb.

Bayangkan saja jika TUHAN memanjakan kita dgn mengabulkan semua doa yang kita minta atau tidak pernah mengijinkan penderitaan & masalah hidup.

Tentu ini akan membuat kita jadi orang yang manja. Tak hanya itu, kita akan menjadi orang yang cengeng.

Akibatnya akar iman kita tidak kuat & ketika permasalahan terjadi, dengan mudahnya kehidupan kita tumbang!

TUHAN sangat mengasihi kita, itulah sebabnya DIA selalu mendewasakan & melatih akar iman kita.

Mengijinkan penderitaan, masalah, tekanan hidup / keadaan yg tidak menyenangkan, dengan harapan bahwa akar iman kita terus mencari “Sumber” yang sejati.

Bagaimana dengan kita ?

Apakah kita memilih untuk menjadi orang yang manja dengan akar yg rapuh? atau menjadi orang yang didewasakan oleh TUHAN?

"TANPA MASALAH, KITA HANYA AKAN MENJADI ORANG YANG MANJA & MEMILIKI AKAR IMAN YG RAPUH!!"

Seorang manusia berbisik, "Tuhan bicaralah padaku." Dan burung kutilangpun bernyanyi. Tapi manusia itu tidak mendengarkannya.

Maka, manusia itu berteriak, "Tuhan, bicaralah padaku!" Guntur dan petirpun menggemuruh. Tapi manusia itu tidak mendengarkannya.

Manusia itu melihat sekelilingnya dan berkata, "Tuhan, biarkan aku melihat Engkau." Dan bintang pun bersinar terang. Tapi manusia itu tidak melihatnya.

Manusia itu berteriak lagi, "Tuhan, tunjukkan aku keajaibanMu" Dan seorang bayipun lahirlah. Tapi manusia itu tidak menyadarinya.

Maka, ia berseru lagi dalam keputusasaannya,"jamahlah aku, Tuhan!" Dan segera, Tuhan menjamahnya. Tapi, manusia itu malah mengusir kupu_kupu tersebut dan terus berjalan.

Sahabat Yang Dikasihi Tuhan, Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu hadir disekitar kita dalam bentuk sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era digital ini.

Manusia itu berseru, "Tuhan, aku membutuhkan pertolonganMu!" Dan datanglah status Facebook, Instagram, Twitter dengan berita-berita baik dan menguatkan. Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh kesah...

Sahabat Yang Dikasihi Tuhan, Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah, hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita.

Syukurilah segala yang telah kita terima dalam kehidupan, mulai dari hal-hal kecil yang kita nikmati sehari-hari. Dengan demikian, anda akan merasakan bahagia saat ini juga.

Dahulu kala, hiduplah seorang petani yang bertetangga dengan seorang yang berprofesi sebagai pemburu. Pemburu tersebut memiliki anjing-anjing galak yang sangat jago dalam berburu, tapi sayangnya anjing-anjing tersebut kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar & mengejar-ngejar domba-domba milik Petani.

Petani itu lalu meminta tetangganya itu untuk menjaga anjing-anjing nya. Sayangnya si Pemburu tidak mau peduli. Hingga suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa domba Petani, sampai terluka parah. Petani itu marah dan merasa tidak sabar. Ia memutuskan pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim.

Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati lalu berkata, "Saya bisa saja menghukum Pemburu itu serta memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjing nya. Tetapi sebagai akibatnya anda akan kehilangan seorang TEMAN dan mendapatkan seorang MUSUH."

"Mana yang anda inginkan, Teman atau musuh yang menjadi tetangga anda?". Ujar si Hakim.

Petani itu menjawab, bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.

"Baik, saya akan menawari kau sebuah solusi yang damai untuk kedua belah pihak. Domba-dombamu akan aman dan kamu akan tetap berteman dengan tetanggamu itu."

Mendengar solusi pak hakim, si Petani itu setuju.

Ketika sampai di rumah, Petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim, dia mengambil 3 domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada ketiga orang anak Pemburu. Karena merasa senang serta untuk menjaga mainan baru anak-anaknya, si Pemburu itu kemudian mengkerangkeng anjing-anjing pemburunya.

Maka sejak itu anjing-anjing si Pemburu tak pernah lagi menganggu domba-domba si Petani. Pemburu itu lalu mulai sering membagi hasil buruan pada si Petani. Sebagai balasannya Petani mengirimkan daging domba & keju buatannya. Dalam waktu singkat mereka menjadi sahabat yang sangat akrab.

Sebuah ungkapan inspirasi mengatakan: "Cara terbaik untuk mempengaruhi orang adalah dengan menggunakan CINTA KASIH."

Oleh karena itu, penuhilah kehidupan anda dengan cinta kasih, maka kebahagiaan akan menghampiri anda dengan sendirinya. 

Seorang pria tersesat di gurun pasir, ia hampir mati kehausan dan akhirnya ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh, terdapat sebuah pompa. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga, tapi tidak ada air yang keluar. 

Lalu ia melihat ada kendi di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus & tertem pel kertas dengan tulisan, "Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air terlebih dahulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi." 

Ia mencabut gabusnya & ternyata kendi itu berisi penuh air. "Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalo tidak berhasil? Maka tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Lalu untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?" Pikirnya. 

Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu sekali pun beresiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya. Benar!! Air keluar dengan limpahnya dan ia dapat minum sepuasnya. 

Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu, 

"Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu, sebelum bisa menerima kembali. PERCAYALAH !!!" 

Barang siapa berhati egois dan terlampau mementingkan diri sendiri, ia tidak akan beroleh kemudahan dalam hidupnya. 

Barang siapa berhati baik dan bertindak demi kepentingan orang lain maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Berkat dan damai sejahtera akan mengalir dalam hidupnya.

Seorang anak muda. Ia telah berusaha memberikan dasar yang kokoh bagi keluarganya. Namun ia menemukan kekosongan di dasar sanubarinya. Ia dilanda kecemasan dan kehilangan arah hidup. Semakin hari situasinya semakin parah. Ia memutuskan untuk pergi ke dokter sebelum menjadi amat terlambat.

Setelah mendengarkan keluhannya, dokter memberikan empat bungkus obat sambil berpesan; “Besok pagi sebelum jam sembilan pagi engkau harus menuju pantai seorang diri sambil membawa ke empat bungkus obat ini. Jangan membawa buku atau majalah. Juga jangan membawa radio atau tape. Di pantai nanti anda membuka bungkusan obat sesuai dengan waktu yang tercatat pada bungkusannya, yakni pada jam sembilan, jam dua belas, jam tiga dan jam lima. Dengan mengikuti resep yang ada di dalamnya aku yakin penyakitmu akan sembuh.”

Orang tersebut berada di antara percaya dan ragu akan resep yang diberikan dokter. Namun demikian pada hari berikutnya ia pergi juga ke pantai. Begitu tiba di pesisir pantai di pagi hari, sementara matahari pagi mulai muncul di ufuk timur dan laut biru memantulkan kembali sinarnya yang merah keemasan itu, sambil deru ombak datang silih berganti, hatinya dipenuhi kegembiraan yang amat dalam.

Tepat jam sembilan, ia membuka bungkusan obat yang pertama. Tapi tak ia dapati obat didalamnya, cuma secarik kertas dengan tulisan: “Dengarlah”. Aneh bin ajaib, orang tersebut patuh pada apa yang diperintahkan. Ia lalu duduk tenang mendengarkan desiran angin pantai serta deburan gelombang yang memecah bibir pantai. Ia bahkan secara perlahan-lahan mampu mendengarkan setiap detak jantungnya sendiri yang menyatu dengan melodi musik alam di pantai itu. Telah begitu lama ia tak pernah duduk dan menjadi sungguh tenang seperti hari ini. Ia terlampau sibuk dengan usahanya. Saat ini ia merasa seakan-akan jiwanya dibasuh bersih.

Jam dua belas tepat. Ia membuka bungkusan obat yang kedua. Tentu seperti halnya bungkusan yang pertama, tak ada obat yang didapati kecuali selembar kertas bertulis, “Mengingat”. Ia beralih dari mendengarkan musik pantai yang indah dan nyaman itu dan perlahan-lahan mengingat setiap jejak langkahnya sendiri sejak kanak-kanak. Ia mengingat masa-masa sekolahnya dulu, mengingat kedua orang tuanya yang senantiasa memancarkan kasih di wajah mereka. Ia juga mengingat semua teman yang ia cintai dan tentu juga mencintainya. Ia merasakan ada segumpal kekuatan dan kehangatan hidup memancar dari dasar batinnya.

Ketika ia membuka bungkusan ketiga saat waktu menunjukan jam tiga tepat, ia menemukan secaraik kertas dengan tulisan: “Menimbang dan menilai motivasi.” Ia memejamkam mata, memusatkan perhatiannya untuk menilai kembali niat pertama ketika ia membangun usahanya. Saat itu yang menjadi inspirasi utama ia membuka usahanya adalah secara gigih bekerja untuk melayani kebutuhan sesamanya. Namun ketika usahanya kini telah memperoleh bentuknya, ia lupa hal ini dan hanya berpikir tentang keuntungan yang bakal diperoleh. Keuntungan kini menjadi penguasa dirinya, ia telah berubah menjadi manusia yang egoistis, serta lupa memperhatikan nasib orang lain. Ia kini seakan telah mampu melihat akar penyakitnya sendiri, ia menemukan alasan yang senantiasa membuatnya cemas.

Ketika matahari telah hilang dan bentangan laut berubah merah, ia membuka bungkusan obatnya yang terakhir. Di sana tertulis: “Tulislah segala kecemasanmu di bibir pantai.” Ia menuju bibir pantai, lalu menuliskan kata “cemas”. Ombak datang serentak dan menghapus apa yang baru dituliskannya. Bibir pantai seakan disapu bersih, kata “cemas” yang baru ditulisnya hilang ditelan ombak.

Siapakah tokoh utama dalam kisah di atas??? Mungkin saya, mungkin pula anda. Pernahkah kita secara tulus mendengarkan bahasa batin kita sendiri? Atau pernahkah kita mengingat segala yang manis maupun pahit yang terjadi di masa silam namun telah membentuk siapa kita saat ini?? Apa yang menjadi motivasi utama hidup kita hari ini dan besok?? Dan apa kecemasan kita?

TULISLAH KATA CEMAS, KUATIR, DAN TAKUT DIATAS PASIR SUPAYA DAPAT HILANG DITELAN OMBAK.
TULISLAH KATA SENANG, GEMBIRA, BAHAGIA DIATAS BATU SUPAYA TIDAK DAPAT HILANG DENGAN SEKEJAP

Hari ini musim semi yang panas, aku sedang asik membaca novel dan ditemani Ipod yang mendendangkan lagu jazz favoritku, di sela-sela makan siangku di sebuah Cafe seberang jalan kantorku.

Siang itu begitu panas, anginpun seakan2 enggan bertiup. Kuperbesar volume music yang aku dengar, hmm.. . Nikmatnya hidup ini.. Tak terasa waktu berlalu, waktu istirahatku usai, lagi asik2nya membaca nih... Sambil menaruh selembar uang 100rb aku berjalan santai menyebrangi jalan.

Aku mengangguk2kan kepala mendengar suara musik yang merdu lewat earphone sambil tetap fokus membaca, lagi seru-serunya nih. Aku melangkah menyeberangi jalan, tiba-tiba pembatas buku di novelku terbang tertiup kembali ke arah cafe itu, reflek aku membalikan badanku dan mengejar pembatas buku itu.

Hmm... dapat.. untung tidak kotor kataku sambil mengibas-ngibas kan pembatas bukuku..angin yang aneh, dari mana datangnya, angin berhembus kencang di tengah panasnya musim semi?

Ketika aku kembali berjalan, aku terkejut banyak orang mendekat ke arahku, banyak yang memandangiku sambil mengeleng-gelengkan kepala. Mereka minta aku melepas earphoneku, seorang ibu paru baya bertanya, " Apakah aku baik-baik saja?" Aku tidak mengerti, Ada apa ?

Lalu ibu itu bercerita tentang hal yang sampai kini tidak bakal aku lupakan.

Ketika aku sedang asik membaca buku sambil mendengarkan ipod kesayanganku sewaktu menyeberang jalan, dari arah jalan sebuah truk yang dikemudikan seorang sopir yang ternyata mengantuk, melaju kencang ke arahku. Orang-orang berteriak mengingatkanku, tapi aku tidak mendengar. Sesaat sebelum terjadi tabrakan, aku berbalik dan berlari ... Untuk mengambil pembatas bukuku yang tertiup angin.

Aku bergidik. Tak terasa air mata mulai tumpah. Aku tinggal selangkah lagi dari ajalku, tapi tiba-tiba angin yang tidak biasanya berhembus, berhembus untuk kemudian menerbangkan pembatas bukuku dan menyelamatkanku.

Itu semua anugerah Allah untuk kamu, ibu itu berujar padaku, kakiku terasa tak kuat menopang berat tubuhku, aku berlutut dan mengucap syukur. Seandainya Ibu itu tidak bercerita tentu aku tidak akan tahu kasih Tuhan kepadaku.

Aku sadar dalam hidupku, banyak sekali kasih Tuhan dinyatakan tanpa aku sadar dan ketahui. Aku kembali menangis.

Sahabat, sering kali kita lupa untuk mengucap syukur. Seringkali ketika kita melihat keadaan kita yang terpuruk, jatuh, miskin, terlantar, kita lupa untuk mengucap syukur.

Kita lupa bahwa tanpa perlindungan Tuhan, kita pasti akan mengalami kejadian yang lebih parah dari yang kita alami sekarang, tapi karena kasihNya, kita tidak mengalaminya. 

Jangan lupa untuk selalu mengucap syukur untuk apapun dalam keadaan apa pun, karena kita tahu sekarang Dia selalu bekerja, sadar atau tanpa kita sadari .

TUHAN Mengasihi, Memberkati & Menyertai kita selalu.

Suatu hari, seorang pedagang kaya datang berlibur ke sebuah pulau yang masih asri dan agak terpencil letaknya. Saat merasa bosan, dia berjalan-jalan keluar dari villa tempat dia menginap dan menyusuri tepian pantai. Lalu, dia melihat di dekat dinding karang, seseorang sedang duduk menunggui stik pancing. Dia pun menghampiri sambil menyapa,
 
"Selamat siang.. Sedang memancing, Pak?"
 
Sambil menoleh si nelayan menjawab, "Benar, Tuan. Mancing satu-dua ikan untuk makan malam keluarga kami."
 
"Lho, kenapa cuma satu-dua ikan pak? Kan banyak ikan di laut ini. Kalau bapak mau sedikit lebih lama duduk disini, tiga-empat ekor ikan pasti dapat kan?" Si pedagang dalam hatinya mulai menilai si nelayan sebagai orang malas.
 
"Apa gunanya buat saya?" tanya si nelayan keheranan.
 
"Ambil satu-dua ekor ikan untuk disantap keluarga bapak. Sisanya kan bisa dijual. Hasil penjualan ikan bisa ditabung untuk membeli alat pancing yang lebih baik sehingga hasil pancingan bapak bisa lebih banyak lagi," katanya menjelaskan, dengan nada menggurui.
 
"Ah, apa gunanya bagi saya?" tanya si nelayan semakin keheranan.
 
"Begini, Pak. Dengan uang tabungan yang lebih banyak, bapak bisa membeli jala. Bila hasil tangkapan ikan semakin banyak, uang yang dihasilkan juga lebih banyak, bapak bisa saja membeli sebuah perahu. Dari satu perahu bisa bertambah menjadi armada penangkapan ikan. Bapak bisa memiliki perusahaan sendiri. Suatu hari bapak akan menjadi seorang nelayan yang kaya raya."
 
Nelayan yang sederhana itu memandang si turis dengan penuh tanda tanya dan kebingungan. Dia berpikir, laut dan tanah telah menyediakan banyak makanan bagi dia dan keluarganya, mengapa harus dihabiskan untuk mendapatkan uang? Mengapa dia ingin merampas kekayaan alam sebanyak-banyaknya untuk dijual kembali. Sungguh tidak masuk diakal ide yang ditawarkan kepadanya.
 
Sebaliknya, merasa hebat dengan ide bisnisnya si pedagang kembali meyakinkan, "Kalau bapak mengikuti saran saya, bapak akan menjadi kaya dan bisa memiliki apa pun yang bapak mau."
 
"Apa yang bisa saya lakukan bila saya memiliki banyak uang?" tanya si nelayan.
 
"Bapak bisa melakukan hal yang sama seperti saya lakukan, setiap tahun bisa berlibur, mengunjungi pulau seperti ini, duduk di dinding pantai sambil memancing."
 
"Lho, bukankan hal itu yang setiap hari saya lakukan tuan, kenapa harus menunggu berlibur baru memancing?" kata si nelayan menggeleng-gelengkan kepalanya semakin heran.
 
Mendengar jawaban si nelayan, si pedagang seperti tersentak kesadarannya bahwa untuk menikmati memancing ternyata tidak harus menunggu kaya raya.
 
NOTE:
Pepatah mengatakan, "Jangan mengukur baju dengan badan orang lain." Si pedagang mungkin benar melalui analisa bisnisnya. Dia pun merasa apa yang dilakukan oleh si nelayan terlalu sederhana dan monoton. Berusaha dan berjuang mendapatkan uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya adalah hal yang wajar.
 
Sedangkan bagi si nelayan, dengan pikiran yang sederhana, mampu menerima apapun yang diberikan oleh alam dengan puas dan ikhlas. Sehingga hidup dijalani setiap hari dengan rasa syukur dan berbahagia.
 
Memang ukuran "bahagia", masing-masing orang pastilah tidak sama. Semua kembali kepada keikhlasan dan cara kita mensyukuri, apapun yang kita miliki saat ini!
 
TUHAN MEMBERKATI ANDA DAN KELUARGA!

Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan yg selamat saat terjadinya serangan atas WTC. 

Pada pertemuan itu, semua org menceritakan bagaimana mrka bisa selamat. 
Dan semua kisah itu adl hanya mengenai : HAL-HAL YANG KECIL 

#Kepala keamanan perusahaan selamat pd hari itu krn mengantar anaknya hari pertama masuk TK 

#Karyawan lain msh hidup krn hari itu adl gilirannya membawa kue utk murid di kelas anakny 

#Seorg wanita terlambat dtg krn alarm jamnya tdk berbunyi tepat waktu 

#Seorang karyawan ketinggalan bus 

#Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu utk berganti pakaian 

#Seorang karyawan msk ke dlm rumah kembali utk menerima telepon yg berdering 

#Seorang karyawan tdk mendapatkan taxi 

#Sedangkan satu hal yg menahan saya sendiri adl : Sebuah Sepatu Baru. 
Saya memakai sepatu baru pagi itu dan berangkat kerja dgn bersemangat. Tetapi seblm sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat utk membeli plester. 
Inilah yg menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini. 

Sekarang, jika saya terjebak dlm kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, hrs msk ke rumah lagi utk menjawab telepon dan semua HAL KECIL yg mengganggu, saya sgt MEMAHAMI bahwa Tuhan benar2 menginginkan saya berada di sini untuk saat ini.

Suatu pagi jika kita merasa semuanya terlihat sgt kacau, anak2 lambat berpakaian, anda tdk bisa menemukan kunci mobil, selalu sampai di perempatan saat lampu merah menyala. 

Jangan terburu2 MARAH atau FRUSTASI. Karena Tuhan sdg BEKERJA utk Menjaga Kehidupan kita. 

Terkadang hal yang terjadi itu bkn hanya KEBETULAN.. Semua itu mengingatkan kita utk lebih PEKA dan SABAR.. 
TUHAN turut bekerja dlm segala hal yg terjadi utk mendatangkan kebaikan bagi kita yg berserah kepada TUHAN. 

Kiranya TUHAN selalu Memberkati kita dgn semua HAL-HAL KECIL yg tampaknya mengganggu dan semoga kita bisa mengingat akan maksud dari semua Peristiwa Kecil yang terjadi. 

*share dari seseorang yg selamat dari serangan WTC 11 sept 2001

Ada seorang anak kecil dengan segelas air putih di tangannya. Ia pergi ke dapur untuk melihat ibunya memasak. Lalu anak itu mengamati setoples penuh gula dan mengambilnya.

Anak itu mengambil satu sendok gula kemudian mengaduknya sambil sesekali tersenyum kepada ibunya.

Bukan hanya sekali saja ia menyendok gula dan memasukkannya ke dalam gelas lalu mengaduknya. Sudah hampir setengah toples gula tersebut pindah ke dalam gelas anak kecil tersebut.

Ibunya pun menjadi bertanya-tanya dengan apa yang tengah dilakukan anaknya tersebut.

“Apa yang kau lakukan nak?” “Sedang mengambil gula lalu mengaduknya dalam gelasku bu.”

“Mengapa kau menghabiskan gula ibu? Lagi pula tidak terjadi hal hebat dalam gelasmu itu.”

“Memang tidak terjadi hal yang hebat bu, namun coba itu rasakan air dalam gelasku. Manis, lebih manis setiap kali aku menambahkan gulanya. Bukan hal yang istimewa jika dilihat dari luar, namun ibu akan merasakan perbedaan yang luar biasa jika mencicipinya.”

Terkadang kita merasa sudah terlalu sering berdoa dan meminta permohonan yang sama setiap harinya kepada Tuhan. Dan bila kita lihat dari luar, memang tidak ada tanda-tanda mujizat yang Tuhan nyatakan dalam hidup kita.

Doa adalah sebuah “gula” dalam “gelasnya” Tuhan. Semakin kita banyak berdoa, maka akan semakin manis di hadapan Tuhan.

Tuhan tidak akan diam begitu saja melihat kesetiaan kita dan harapan-harapan kita dalam setiap doa yang kita panjatkan.

Tuhan sedang “mengaduk” doa-doa itu dan membuatnya menjadi manis secara keseluruhan. Sama seperti seorang penjual minuman, jika rasa manis sudah dirasa pas maka penjual itu akan memberikannya kepada sang pembeli. Demikian pula dengan Tuhan, jika doa dan semua usaha kita sudah “pas” maka Tuhan akan memberikan dan menyatakan mujizat-mujizat -Nya dalam hidup kita.

Note:
Jangan lelah berdoa,
Jangan pernah menganggap apa yang kamu doakan sia-sia,
Jangan pedulikan cibiran orang tentang apa yang kamu doakan,
Tetaplah berdoa dan berusaha, karena dengan doamu TUHAN menyatakan mukjizatNYA.

Menurut sebuah dongeng dari Cina, ada seorang raja yang sudah tua dan mulai mencari penggantinya. Maka pada suatu hari, ia memerintahkan supaya semua orang muda di dalam kerajaannya dikumpulkan di istana. 

"Saatnya sudah datang supaya aku memilih dari antara kalian seorang yang akan menggantikan aku." Anak-anak muda itu semua kaget. 

"Aku akan menyerahkan kepada kamu masing-masing sebuah biji yang sangat istimewa." Raja itu melanjutkan perkataannya. 

"Tanamkanlah, siramilah dan peliharalah baik-baik biji itu, dan kembalilah tahun depan. Aku akan menilai tanaman-tanaman yang akan kalian bawa, kemudian salah seorang dari kalian akan terpilih untuk menjadi raja berikutnya!" 

Seorang pemuda menerima bijinya bersama dengan yang lain. Namanya Ling. Penuh dengan semangat dia membawa pulang biji itu dan menceritakan segalanya kepada ibunya yang segera membantunya mencari pot bunga, mengisinya dengan tanah dan menanamkan biji itu. Setelah beberapa minggu, Ling menjadi sedih karena tanaman tidak pernah muncul, bahkan biji itu sepertinya sudah mati. Padahal semua teman-temannya bercerita bagaimana bijinya masing-masing telah menjadi tanaman yang indah! Ling merasa sungguh kecewa dan gagal.

Saatnya telah tiba untuk kembali ke istana dan membawa tanaman supaya diperiksa oleh raja. Ling merasa tidak pantas untuk menghadap raja dengan pot bunga yang isinya cuma biji yang sudah busuk dan mati! Namun sang ibu menasihatinya supaya tetap datang ke istana dan katakan apa adanya dengan jujur. Semua orang memberi hormat pada saat sang raja muncul dan mulai memeriksa tanaman-tanaman yang mereka bawa. 

"Hari ini salah seorang dari kalian akan menjadi penggantiku, " ia mengumumkan sambil menyalami mereka. Tiba-tiba ia berjumpa dengan Ling yang sudah bingung dan ketakutan di belakang, apalagi pada saat dia dipanggil oleh raja supaya maju ke depan. *"Mungkin sekarang aku akan dijatuhi hukuman karena kegagalanku ini!"* dia hanya bisa berpikir dengan penuh kecemasan.

Tetapi betapa kagetnya pada saat mendengarehormakan sang raja mengumumkan, "Lihatlah rajamu yang berikutnya!" sambil menunjuk kepada Ling. Dia merasa begitu sulit untuk percaya. Dia telah gagal menumbuhkan dan memelihara biji dari raja. Bagaimana mungkin dialah yang dapat ktan yang luar biasa itu?  

"Tahun yang lalu," sang raja berkata, "aku memberikan kamu masing-masing sebuah biji. Aku menyuruh kamu untuk menanamkannya, menyirami dan memeliharanya, dan membawanya kembali kesini pada hari ini. Sesungguhnya biji-biji yang kalian terima itu adalah biji-biji yang telah direbus dan tak mungkin bertumbuh. 

Kalian semua, kecuali Ling disini, membawa kepada saya tanaman dan pohon yang indah. Saat kalian menemukan bahwa biji dari saya tidak bisa tumbuh, kalian menggantikannya dengan biji yang lain! Hanya Ling satu-satunya yang berani dan jujur membawa ke istana pot tanaman yang berisi biji yang asli dari saya. Oleh karena itu, dialah yang kupilih menjadi penggantiku! "*

Jika kamu menanamkan kejujuran, kamu akan menuai kepercayaan. 

Jika kamu menanamkan kebaikan, kamu akan menuai sahabat-sahabat. 

Jika kamu menanamkan kerendahan-hati, kamu akan menuai kehormatan. 

Jika kamu menanamkan ketekunan, kamu akan menuai kemenangan. 

Jika kamu menanamkan kerja keras, kamu akan menuai sukses. 

Jika kamu menanamkan pengampunan, kamu akan menuai perdamaian. 

Jika kamu menanamkan iman, kamu akan menuai mukjizat-mukjizat.

Artikel ini merupakan kerja sama LINE TODAY x Quora untuk memberikan ruang diskusi yang bermanfaat. Kami juga mengajak pembaca untuk memberikan pendapat di kolom komentar.

Apakah Kamu Pernah Merasakan Keajaiban Sedekah?

Dijawab di Quora Indonesia oleh Daeng Ipul.

Ada satu kejadian yang begitu membekas buat saya. Mungkin sekitar tahun 2005 yang lalu.

Saya sedang mengantar anak ke rumah sepupunya. Biasanya dia memang dia suka minta diantar ke rumah sepupunya saat weekend. Biar ada teman mainnya katanya.

Begitu memarkir motor, ada seorang perempuan tua berpakaian lusuh mendekati saya. Saya tebak dia pengemis, dari dandanannya. Dia menyodorkan tangan seperti meminta sesuatu. Tidak ada kata-kaya, hanya gerakan.

Saya segera merogoh kantong, mencari uang berapa saja untuk saya serahkan ke dia. Saya lupa berapa nominalnya, tapi yang saya ingat dia tersenyum dan berlalu. Saya bahkan lupa apakah dia berterima kasih atau tidak.

Saya menyelesaikan urusan menitip anak, cuma sebentar sebelum saya kembali ke rumah. Tidak jauh dari rumah sepupu itu saya bertemu si pengemis tua itu.

Dia berdiri di pinggir jalan, menatap saya dengan tatapan yang sulit saya jelaskan maknanya. Saya hanya tersenyum dan mengangguk sopan, tapi saya bisa ingat sampai sekarang bagaimana tatapan matanya. Tatapan yang agak aneh menurut saya.

Tiba di rumah saya beraktivitas seperti biasa. Sampai kemudian ada telepon yang masuk. Telepon dari seorang teman yang beberapa bulan sebelumnya pernah bekerja sama dengan saya.

"Bro, minta nomor rekeningmu. Ada uangmu sama saya, fee proyek yang dulu," katanya.

Butuh waktu beberapa detik sebelum saya ingat proyek yang mana yang dia maksud. Memang kami pernah sama-sama mengerjakan proyek beberapa bulan yang lalu, tapi setahu saya proyek itu macet di tengah jalan. Sayapun sebenarnya sudah merelakan proyek itu karena si teman sudah membayar sebagian hasil kerja saya menggunakan uang pribadinya. Saya tidak menyangka kalau ternyata proyek itu masih jalan, dan teman saya masih ingat kalau ada sisa pembayaran saya yang belum dia lunasi.

Singkat cerita hari itu dia melunasi sisa pembayaran saya yang sebenarnya sudah tidak saya harapkan lagi.

Hari itu benar-benar hari yang "aneh" buat saya. Dua kejadian yang berentetan dan membuat saya berpikir, apakah ini yang dinamakan keajaiban sedekah?

Entahlah. Biar Tuhan yang menentukan. Toh saya bersedekah hari itu tanpa berharap apapun. Kalau memang kejadian piutang saya terbayar karena sedekah itu, ya Alhamdulillah. Kalau ternyata tidak ada hubungannya, ya Alhamdulillah juga karena piutang yang sudah tidak saya harapkan toh terbayar juga.

~~~

Apakah Kamu Pernah Merasakan Keajaiban Sedekah?

Dijawab di Quora Indonesia oleh Guan Ghewa.

Beberapa tahun lalu, saat baru mulai merintis usaha, ada suatu masa dimana proyek sangat sepi.

Normalnya dalam 1 bulan saya bisa dapat 1–2 proyek, tapi kali ini sudah hampir 5 bulan belum juga dapat. Saat itu bulan Oktober. Hampir memasuki akhir tahun. Target Omzet yang direncanakan di awal tahun, baru tercapai 30an persen.

Kepala saya pusing. Tidur malam ga tenang. Belum lagi ada tunggakan cicilan perusahaan yang mesti dibayarkan dan nilainya lumayan fantastis.

Ditengah rasa suntuk itu, saya berencana pergi ke bioskop untuk refreshing. Akhirnya malam hari setelah selesai semua kegiatan kantor, sayapun bergegas kesana. Sesampai di mall (bioskopnya dalam mall), saya melihat 3 orang anak kecil yang sedang menjajakan koran dan keripik di area mall.

Kemudian saya panggil mereka lalu bertanya soal tempat tinggal, sekolah dimana, dan seperti apa keseharian mereka. Teryata anak2 ini adalah anak2 yang cerdas. Terbukti dari ketiga orang ini selalu masuk 5 besar rangking di kelasnya. Cuma nasibnya saja yang ga sebagus anak2 sepantara mereka. Saking asyiknya bercerita, tidak terasa sudah jam 7 malam. Itu artinya sudah sekitar 30 menitan saya bercerita dengan mereka. Hati saya tergerak untuk mengajak mereka makan bersama. Awalnya mereka menolak karena dagangan belum laku, tapi saya jawab "sudah, dihitung aja semuanya berapa. Nanti kakak beli" betapa senangnya mereka malam itu. Kegembiraan terpancar dari rona wajah mereka..dan itu membuat saya juga ikut bahagia. Saya ajak mereka ke pizza hut untuk makan bersama. "Bebas pesan apa aja deh. Kakak yang traktir malam ini" begitu kata saya.

Mendengar itu salah satu dari anak kecil itu berkata "kak, apa boleh saya ajak juga beberapa teman disana? Mereka juga belum makan dari siang" sambil menunjuk 2 anak seusia mereka sedang duduk tidak jauh dari resto. "Oya, aja aja dek, gapapa" anak itu tersenyum senang lalu berlari memanggil teman2nya, sementara saya dan 2 orang ana lagi langsung masuk resto untuk mencari meja.

Tak berapa lama kemudian, saya mendengar riuh suara anak2 di pintu masuk resto. mereka dihalangi oleh pelayan. Saat melihat keluar saya kaget setengah mati..ternyata jumlahnya mereka hampir 20anak..hahaha..😂

"MAMPUS GUA !!!" 😵

Umpat saya dalam hati. Tapi mau gimana lagi..akhirnya saya jemput mereka untuk kemudian makan bersama. Saya minta bantuan pelayan untuk gabungkan beberapa meja sehingga muat untuk kami semua. Kami jadi pusat perhatian semua pengunjung pizza hut waktu itu. Saya makan ga tenang. Kenapa? Krna Uang saya di ATM cuma tersisa 2 jutaan. Itu artinya Kalau ga cukup, maka habislah saya. Tapi saya pikir pendek saja waktu itu "kalaupun uangnya ga cukup, nanti saya tinggalin aja HP, terus balik rumah buat ambil uang lagi".

Setelah makan saya minta billnya dan cek, ternyata 3.750.000. hampir pingsan saya liatnya..😂

Namun tiba2 tanpa disadari ada seorang bapak dari arah belakang menepuk pundak saya. Saya balik, beliau tersenyum, lalu diserahkan CCnya pada pelayan "pake punya saya aja mbak" ..saya cuma melongo dan tak tau harus berkata apa. saya tidak mengenal dia dan kami belum pernah bertemu sebelumnya. Mau basa basi nolak, tapi ntar kalo dia berubah pikiran bisa berabe..hehe.

Kami lalu duduk bersama anak2 itu, lalu dia bilang "kamu anak baik, kamu masih muda tapi sudah bisa berbuat sejauh ini. Saya sama istri sejak tadi terus memperhatikanmu. Terimakasih sudah memberi contoh yang baik"

Tak lama kemudian nota pembayaran diantar pelayan, anak2 mengucapkan terimakasih sambil berteriak gaduh.. para pengunjung yang ada disitu semua bertepuk tangan. Airmata saya jatuh tak tertahan.

Anak2 kembali diminta duduk. Salah seorang pengunjung kemudian berinisiatif memesan 1 pan pizza untuk masing2 anak. Lalu ada 1 lagi yang memesan menu lain..lalu 1 lagi..dan 1 lagi. Jadi saat kembali, anak2 itu membawa sekitar 4 atau 5 paket makanan setiap orang. Sungguh malam yang luarbiasa untuk saya. hati saya lega dan beban2 pikiran serasa terangkat semua.

Malam itu banyak yang meminta nomor kontak saya, mengajak berbincang dan menanyakan pekerjaan saya.

2 hari kemudian saya mendapat telpon dari nomor baru. Katanya dia mendapat rekomendasi dari salah seorang sahabatnya. Dia ingin membangun rumah dan sedang mencari seorang kontraktor khusus pembangunan rumah pribadi. Kami berbasa basi sedikit lewat telpon, kemudian lanjut via wa. Dia mengirimkan denah dan desain rumah untuk saya estimasi. Malamnya saya kabari via wa total biaya pembangunan rumahnya

"selamat malam pak, total semuanya sampai terima kunci, 800 juta. Terimakasih" saya ingat betul bunyi wa saya saat itu. Kemudian saya ke kamar mandi untuk cuci kaki tangan sebelum tidur. Biasanya setelah pengajuan harga, apalagi nominalnya cukup besar, butuh waktu bagi calon klien untuk berdiskusi, tawar menawar harga, revisi denah, atau tanpa kabar beberapa bulan, atau tidak dibalas dan menghilang.

Setelah dari kamar mandi, saya ke kamar, ada pesan masuk "oke, kalau begitu kapan bisa mulai pembangunannya pak ?" Orang itu balas CUMA 2 MENIT SETELAH SAYA KIRIMKAN ESTIMASI BIAYANYA !!! WHAT THE HELL !!!

saya sangat terkejut dan sampai melompat2 kegirangan. Itu proyek terbesar yang pernah saya handle sejak 2 tahun usaha saya jalan. 😁

Seminggu kemudian saya ditelpon lagi oleh orang tak dikenal, yang juga tidak butuh waktu lama untuk deal proyek, begitu seterusnya hingga bulan desember total ada 7 proyek yang deal. Target Omzet tahun itu bahkan terlampaui sampai 50%.

Itulah dahsyatnya memberi. Pemberian yang tulus, mungkin akan sedikit memberi penyesalan di hati, tapi pasti akan dibalas setimpal oleh semesta.

Btw, saya ga pernah memberi di gereja. Menurut saya itu sesuatu yang tidak berguna. Saya lebih suka memberi langsung pada orang2 yang saya anggap pentas untuk mendapatkan. Tapi semua kembali pada pribadi masing2 sih. Berbuat baiklah selama masih bisa berbuat baik 😊

~~~

Apakah kamu punya cerita serupa? Share di kolom komentar yuk!

Sumber: https://today.line.me/ID/article/vVN7vQ?utm_source=copyshare