Ada orang desa yang sekolahnya tidak tinggi dan keluarganya miskin tetapi mampu mengubah nasibnya jadi orang kaya dan sukses. Ternyata rahasianya sederhana. Dalam hidupnya ia selalu berpikir positif.

Belakangan ada ilmuwan yang meneliti bagaimana hukum alam mengenai berpikir positif. Ilmuwan tersebut adalah Kazuo Murakami, seorang profesor ahli genetika (DNA) dari Jepang. Setelah sekian lama melakukan penelitian, ia menemukan hubungan sebab-akibat yang menarik.

Menurutnya, setiap orang diberikan jumlah DNA yang sama. DNA di dalam diri seseorang ada yang positif dan ada yang negatif. Seseorang bisa berperilaku positif jika DNA positifnya yang aktif. Begitupun, ia bisa berperilaku negatif jika DNA negatifnya yang aktif. Yang menarik, DNA itu memiliki sistem yang dinamakannya on/off. Kita bisa menghidupkan DNA positif (on), bisa juga menonaktifkannya (off). Semua itu dikendalikan oleh pikiran. Jika kita berpikiran positif, DNA positif yang bekerja. Jika berpikiran negatif, maka DNA negatif yang bekerja.

Ini menjadi pembuka rahasia, bahwa siapa pun kita, di mana pun kita, jika kita mau berhasil, mulailah dengan berpikir positif agar DNA-DNA positif kita yang aktif. Ini sekaligus menunjukkan bahwa tak ada jaminan  seseorang yang orangtuanya sukses ia juga akan sukses. Tanpa disertai kebiasaan berpikir positif (selalu berpikir negatif), modal sukses itu bisa lenyap.

Karena itu setiap hari jangan kompromi atau memberi ruang untuk berpikir negatif. Pastikan kita selalu berpikir positif sehingga hidup kita semakin lama semakin bermutu. Dengan demikian sukses demi sukes yang lebih baik pasti diraih.

Semangat Mencoba. Gusti mberkahi.

Sebuah perusahaan yg sedang mencari karyawan, hanya memberikan satu kasus utk testing.

"Bila Anda mengendarai motor di tengah malam gelap gulita & hujan lebat di daerah yg penduduknya sedang diungsikan karena rawan banjir.

Anda melihat 3 orang sedang menunggu kembalinya Bis yg barusan mengangkut penduduk ke kota terdekat. Hanya ada 1 bis itu saja.

Ada nenek tua sekarat, dokter yg pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya dan seseorang idaman yg diam-diam selama ini Anda cintai.

Motor Anda hanya bisa membonceng 1 orang saja. Siapakah yg akan Anda ajak? Jelaskan!"

Anda mungkin menolong nenek itu dulu karena jika tak segera ditolong akan meninggal. Namun kalo dipikir-pikir orang yg sudah tua memang sudah mendekati ajalnya.

Anda mungkin menolong dokter dulu karena hutang budi, apalagi tenaga dokter amat diperlukan. Tapi bagaimana dgn idaman hati Anda? Bukankah ini kesempatan paling tepat utk menunjukkannya?

Apa yg Anda pilih??

Ternyata dari 2000-an pelamar, hanya 1 orang yg diterima bekerja di perusahaan itu.

Orang tsb tak menjelaskan jawabannya,
hanya menulis singkat, "Saya akan memberikan kunci motor saya kpd sang dokter dan meminta dia membawa nenek sekarat itu utk segera ditolong. Sedang saya sendiri akan tetap tinggal menemani sang idaman hati untuk menunggu Bis kembali menolong kami."

Hidup adalah sebuah anugerah dan berkat yang tak terhingga. Hidup adalah kesempatan untuk mengembangkan kasih dan kearifan.

Dalam hidup ini,,,
terkadang kita perlu merelakan sesuatu yg kita miliki dan mengakui keterbatasan kita....

Tuhan Memberkati Kita Semua. Amin.

Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia. Tepat sebelum kelas usai, siang itu semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.

Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu, mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu. Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu.

Sebagian besar siswa menulis demikian:Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Piramida
2. Taj Mahal
3. Tembok Besar Cina
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel
7. Kuil Parthenon

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut, Guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir. Tetapi saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam.

Lembar terakhir itu milik si gadis kecil pendiam…
Isinya seperti ini:
Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa, dan
7. Bisa mencintai…

Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru menutup lembaran tugas siswa-siswanya. Kemudian menundukkan kepalanya berdoa. Mengucap syukur untuk gadis kecil pendiam di kelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat.

Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban. Keajaiban itu ada di sekeliling kita untuk kita miliki.

Bersyukurlah atas semua yang kita sudah miliki hari ini…

“SelamatPagi Indonesia”

Nikmatilah Berkah Hidup hari ini

Tuhan Mencintai Anda


Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam, "Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak, "Ada perangkap tikus di rumah!....di rumah sekarang ada perangkap tikus!...." Ia mendatangi ayam dan berteriak, "Ada perangkap tikus!" Sang Ayam berkata, "Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata, "Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan." Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular. Sang ular berkata, "Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI..

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang aku lihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, engkau akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas".

Aku heran mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian aku mendengar suara ibu memanggil,

"Anakku, mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu".

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian ibu berkata, "Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas engkau dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan".

Sering selama bertahun-tahun, kita melihat ke atas dan bertanya kepada Tuhan, "Tuhan, apa yang Engkau lakukan?"

Ia menjawab, "Aku sedang menyulam kehidupanmu".

Dan aku membantah, "Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"

Kemudian Tuhan menjawab, "Anakku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini, satu saat nanti aku akan memanggilmu ke surga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu".

Selamat hari minggu, Tuhan memberkati aktivitas kita minggu ini. AMIN!

Semua mata tertuju kepada sosok wanita kurus yang sedang berdiri diatas panggung. Semua orang tegang menantikan apakah wanita tersebut dapat memenangkan tantangan dan hadiah uang yang dijanjikan.

Tantangan yang diberikan adalah memeras jeruk. Bukan jeruk biasa, namun jeruk yang sudah diperas sampai benar-benar kering dan tidak dapat menghasilkan satu tetesan pun. Banyak orang sudah mencoba tantangan tersebut, bahkan mereka yang memiliki tubuh kekar, namun semuanya gagal.

Detik-detik berlalu, tangan kecil wanita itu menggenggam jeruk tersebut kuat-kuat. Ia memeras jeruk tersebut dengan penuh konsentrasi. Ia terus memeras dan memeras, lalu ting! setetes air jeruk jatuh di dalam gelas bening kosong yang sudah disediakan. Sontak gemuruh tepuk tangan penonton memenuhi tenda pasar malam dimana pertunjukan tersebut diadakan.

“Nyonya, aku sudah mengadakan tantangan ini ratusan kali, namun belum pernah ada yang bisa memenangkannya, hanya Nyonya yang berhasil. Bagaimana Anda dapat melakukan hal tersebut?” tanya penyelenggara pertunjukan dengan keheranan. Sambil masih berlinang air mata, wanita itu menjawab, “Jika suamimu sedang sakit keras dan tak bisa mencari nafkah, sedangkan kau memiliki delapan anak yang harus kau beri makan setiap harinya, maka memeras jeruk bukanlah hal yang sulit.”

Tekanan seringkali membuat seseorang dapat melakukan jauh melampaui apa yang mereka bayangkan. Apakah Anda sedang mengalami tekanan? Jika hari-hari ini Anda sedang menghadapi tekanan yang terasa berat bagi jiwa Anda, lihatlah itu sebagai sebuah kesempatan. Jika Anda dapat menangani tekanan tersebut dengan benar maka tekanan itu justru akan menjadi turning point (titik balik) dalam kehidupan Anda.

Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata, “Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!” Penjaga kuburan itu menganggukkan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata, “Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat bunga dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya.”

Petugas penguburan itu mengangguk tanda mengerti, “Ooooh… jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan bunga, tetapi saya tidak pernah menaruh bunga itu di pusara anak Anda,” jawab pria itu. “Apa???” tanya wanita itu dengan gusar.

“Ya Nyonya, saya tidak menaruh bunga itu di sana. Karena menurut saya orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat bunga. Karena itu setiap bunga yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih.

Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman bunga-bunga itu Nyonya,” jawab pria itu. Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan kepada sopirnya agar mereka segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan. “Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu.

Anda benar, bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal. Ketika saya secara langsung mengantarkan bunga-bunga itu ke rumah sakit atau panti jompo, bunga-bunga itu tidak hanya membuat mereka bersukacita, tetapi saya juga turut bersukacita. Sampai saat ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!”

Ada kekuatan yang luar biasa dalam sukacita. Itu sebabnya Allah sendiri, yang adalah sumber pengharapan bagi kita, rindu memenuhi hidup kita dengan sukacita-Nya, supaya kita bisa menjadi kuat dan senantiasa penuh pengharapan di dalam menjalani hidup ini.

Bersukacita dan Bersyukurlah.
Gusti mberkahi.

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis. Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

============================================

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!

Dengan Jangan Berhenti Berusaha, Berdoa Setiap Saat dan Selalu Bersyukur. Niscaya kita akan berhasil didalam tuntunan TUHAN, Amin.

Sumber : andriewongso.com

Alkisah pada zaman dahulu di China ada seorang ahli nujum yang sangat ahli dalam meramal nasib seseorang. Suatu hari ada dua orang tua yang masing-masing membawa anaknya untuk diramal perjalanan hidupnya.
Setelah melihat anak yang pertama, si ahli nujum dengan takjub berkata kepada ibunya, “Anak Ibu mempunyai nasib yang luar biasa. Ia bisa berpotensi menjadi seorang pejabat atau penguasa yang luar biasa di negeri ini.” Ramalan itu membuat si ibu sangat senang dan bangga dengan anak tunggalnya. 
Ahli nujum kemudian melihat anak yang kedua. Ia sempat menggeleng-gelengkan kepala. Namun ia harus berkata jujur kepada ibunya, “Anak ini dilahirkan tanpa membawa bekal atau rejeki apa pun ke dunia ini. Ia bisa-bisa menjadi pengemis.” Mendengar ramalan ini, ibunya menjadi murung. Ahli nujum itu merasa iba kepadanya.
Lalu ia pun memberikan saran, “Jangan bersedih, Bu! Didiklah anak Anda dengan baik. Walupun ia tidak membawa ‘bekal dari langit’, didiklah ia dengan pengetahuan, sikap yang baik, dan semangat untuk menjalani hidup ini. Yakinkan ia bahwa untuk mencapai kesuksesan semuanya harus diperjuangkan.
Selanjutnya, ibu yang anaknya diramalkan menjadi penguasa sukses hanya memanja-manjakan anaknya, tanpa mendidiknya dengan baik, karena ia yakin anaknya akan menjadi penguasa yang sukses. 
Apa yang terjadi? Ternyata cara mendidiknya yang salah telah menjadikan anaknya menjadi pribadi yang kurang baik. Ia hanya bisa menghabiskan harta orangtuanya untuk bersenang-senang. Setelah semua harta warisan orangtuanya habis, ia pun jatuh miskin dan sengsaralah hidupnya.
Sementara itu, orangtua yang meyakini anaknya tidak membawa ‘bekal dari langit’ dengan penuh dedikasi mendidik anaknya; membekali hidupnya dengan daya juang, ilmu pengetahuan, etika, sikap baik, dan semangat. Akhirnya, anak ini berhasil menjadi orang yang sukses. Ia bisa menjalani hidup ini dengan baik berbekal pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh orangtuanya.

Hidup adalah PERJUANGAN.
Gusti mberkahi

19 Oktober 1987, Bintaro 32 tahun silam, dunia perkeretaapian di Tanah Air mengalami duka mendalam. Kecelakaan terbesar sepanjang sejarah kereta api terjadi. Tragedi Bintaro.

Siang itu kereta api jurusan Rangkasbitung - Jakarta KA 225 dan kereta api KA 220 jurusan Tanah Abang-Merak bertabrakan frontal di Bintaro.

Sedikitnya 156 penumpang tewas di tempat dan beberapa di rumah sakit. Dua loko yang beradu dalam kecepatan tinggi melesak ke bekakang menghantam balik gerbong di belakangnya. Banyak penumpang terjepit. Upaya pertolongan pun memakan waktu lama karena parahnya kondisi jepitan gerbong.
Itu adalah kecelakaan terbesar sepanjang sejarah kereta api di Indonesia, hingga kini.

Waktu itu kereta api menjadi andalan transportasi dan banyak warga Merak atau Rangkasbitung mengadu nasib di ibukota Jakarta. Dengan kondisi kereta api waktu itu yang tanpa mesin pendingan, tetap menjadi pilihan karena transportasi darat lain masih terbatas.

Kecelakaan itu pun melumpuhkan perjalanan antara daerah-daerah tersebut selama beberapa hari.

Dari pemantauan jurnalis ada sejumlah warga asal Semarang dan beberapa kota Jateng yang merantau dan ikut menjadi korban. Selebihnya warga lokal.

Peristiwa ini menjadi berita headline selama beberapa hari di surat kabar dan televisi.
Hingga kini masih menyisikan luka mendalam. Dan kisah pilu itu dialami masinis KA 225, Slamet Suradio yang dituduh menjadi kambing hitam kecelakaan. Ia dituduh melaju tanpa adanya Surat Pemberitahuan Tentang Persilangan). Padahal ia telah berhenti di Sudimara namun malah disuruh berjalan  oleh PPKA dan ia sudah tak bisa menahan laju ketika melihat di arah depan di jalur yang sama datang KA 220.

Di persidangan dipaksa mengakui salah. Hidupnya diteror para petinggi KA. Ia dituduh lari, padahal ia terpental dan berdarah darah. Selepas dari penjara 3 tahun istrinya diketahui diserobot sesama masinis. Pensiunpun hilang. Ia pun terlunta di Stasiun Kutoarjo berjualan rokok.

Namun di hari tuanya yang terlunta, kelompok pemerhati sejarah kisah tanah jaea dan masyarakat rela hati menyumbang dana Rp 175 juta dan angka itu jauh dari perkiraan sebelumnya. Mungkin juga nilainya jauh lebih besar dari dana pensiun yang semestinya ia terima.

Bobby Jones, salah satu pemain golf terbesar, baru berusia lima tahun ketika ia pertama kali mengayunkan sebuah stik golf. Pada usia dua belas tahun, ia memenangkan turnamen golf, pada saat itu ia dikenal karena sifat pemarahnya dan ia dijuluki “pelempar stik.” Jones berteman dengan seorang pria bernama kakek Bart yang bekerja paruh waktu di toko club golf itu. Bart dulunya adalah pemain golf hebat, namun mengundurkan diri ketika radang sendi menyerang kedua tangannya. Setelah Bobby kalah dalam turnamen amatir nasional ketika berumur empat belas tahun, Bart berkata, “Bobby, kamu cukup bagus untuk memenangkan turnamen itu, tapi kamu tak akan pernah menang sampai kamu bisa mengendalikan sifat pemarahmu, kamu luput melakukan satu pukulan, kamu gusar dan kemudian kamu kalah.”

Bobby tahu Bart benar dan ia berusaha memperbaiki, bukan ayunannya, melainkan menguasai hatinya. Ketika Bobby memenangkan sebuah turnamen besar pada usia dua puluh satu tahun, kakek Bart berkata, “Bobby berumur dua belas tahun ketika ia menguasai permainan golf, tapi di usia dua puluh satu tahun baru dia berhasil menguasai dirinya sendiri.”

Kehebatan Bobby dalam bermain golf tidak memberikan sukses dalam pertandingan golf itu sendiri, pengendalian diri sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikutinya, itupun tidak didapatkannya dengan mudah, sembilan tahun Bobby belajar menguasai dirinya sendiri, beruntung dia mendapatkan sahabat yang mengerti kekurangannya dan mau memberikan nasehat-nasehat yang pada akhirnya membawa kesuksesan besar dalam hidupnya.

Kelemahan dan kekurangan kita seringkali menjadi masalah yang menghambat keberhasilan kita. Sudah barang tentu pergaulan kita sehari-hari sangatlah menentukan apakah kita akan terus berada dalam kebuntuan ataukah akan membawa kita pada breakthrough dan pada akhirnya kita berada pada tangga kesuksesan.

Gusti mberkahi.

Ada museum tentang orang-orang terkenal yang sama sekali tidak menonjol pada masa kecil mereka.

Winston Churchill tampak begitu bodoh ketika masih kecil, sehingga ayahnya berpikir bahwa bila dewasa, ia tidak akan dapat hidup di Inggris.

Charles Darwin berprestasi sangat buruk di sekolah sehingga ayahnya pernah mengatakan kepadanya bahwa kehadirannya akan memalukan keluarga.

Penulis kenamaan G.K. Chesterton, tidak dapat membaca hingga ia duduk di bangku kelas tiga. Salah seorang gurunya pernah mengatakan kepada anak yang berbadan gemuk ini, “Jika saja kami dapat membelah kepalamu, kami mungkin tidak akan menemukan otak disana, kecuali segumpal lemak putih.”

Guru dari Thomas Edison, penemu listrik, menyebutnya sebagai anak dungu. Orangtua si jenius, Albert Einstein, merasa sangat cemas terhadap prestasi Albert yang sangat rendah di sekolah. Ia hanya mendapat nilai baik dalam mata pelajaran matematika. Pernah suatu saat, gurunya meminta kepadanya untuk meninggalkan sekolah, dengan mengatakan kepadanya, “Eintein, engkau tidak akan pernah menjadi seseorang”.

Tapi lihatlah sekarang, betapa kelirunya penghakiman yang dijatuhkan atas orang-orang itu. Mereka telah mengukir namanya abadi dalam sejarah.

Jangan pernah terburu-buru untuk menilai dengan negatif atau menganggap bodoh terhadap anak-anak kita. Lebih bijaksana jika kita sebagai orangtua memberikan kata-kata positif, dukungan semangat dan dorongan supaya mereka bertumbuh menjadi pribadi yang diberkati Tuhan. Tuhan selalu merancang hal terbaik untuk anak-anakNya, mengapa kita tidak?

Apapun keadaan seseorang, jangan pernah memberi penilaian yang negative.

Robert dan istrinya terguncang ketika pondok impian mereka, tempat mewah seluas 3.000 meter persegi dengan pemandangan gunung Timpanogos, Amerika Serikat, hancur disapu tanah longsor.

Alam hanya memerlukan waktu sepuluh detik untuk memusnahkan apa yang mereka rancang, rencanakan, bangun dan isi dengan perabot selama bertahun-tahun. Sulit sekali bagi mereka untuk melihat kasih Tuhan dalam situasi ketika mereka memunguti kepingan-kepingan harta benda mereka.

Delapan bulan kemudian, Robert sedang mengikuti sebuah pertemuan bisnis saat seorang kolega bercerita kepadanya tentang kecelakaan yang hampir terjadi pada istri mereka pada hari terjadinya longsor besar itu.

Sebelum meninggalkan pondok mereka, salah seorang putra pria ini berdoa agar mereka dapat pulang dengan selamat. Lalu saat mereka melewati jalan yang sempit, mereka bertemu dengan istri Robert, namun saat menginjak rem, mobil itu tergelincir di es. Sesaat sebelum kedua mobil itu bertabrakan, istri pria itu membelokkan mobilnya ke tumpukan salju yang dalam.

Dibutuhkan waktu hampir satu jam untuk membebaskan kendaraan itu, sepanjang waktu itu istri dan anak Robert tidak bisa lewat. Seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, istri dan anak Robert sangat mungkin akan berada di pondok mereka, tewas karena tanah longsor!

Tidak pernah terlambat dan tidak juga terlalu cepat, itulah yang selalu Tuhan buat dalam kehidupan kita. Pengetahuan kitalah yang membatasi pemahaman akan kasih Tuhan. Robert membutuhkan waktu delapan bulan untuk menyadari campur tangan Tuhan.

Ternyata jalan Tuhan tetap yang Terbaik.
Gusti mberkahi.

Lima orang anak laki-laki kembali membuat keributan di dalam rumahnya. Mereka memecahkan banyak perabotan rumah, membentak ibu mereka, dan tidak pernah mau mendengarkan saran dari orang lain kecuali dari ayah mereka.

Salah satu anak laki-laki itu berteriak, “Kami akan tetap bertingkah laku seperti ini jika kau masih berada di rumah ini. Kau bukan ibu kandung kami. Kau adalah ibu tiri dan kami benci ibu tiri!“

Wanita yang kini menjadi ibu mereka hanya tersenyum dan tidak memarahi ataupun membentak anak-anak itu. Wanita itu juga selalu terbangun pada tengah malam untuk berdoa, “Tuhan, aku tahu bahwa aku bukanlah ibu kandung mereka, dan aku juga tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi mereka. Aku hanya bisa bersabar dalam mengurus mereka. Aku mau belajar untuk tetap mengasihi mereka seperti Kau mengasihi aku. Tuhan, mampukan aku untuk bisa bertahan dalam mengurus anak-anakku. Dan beri aku seribu alasan untuk bisa memaafkan semua yang telah mereka lakukan kepadaku. Amin.”

Saat anak-anak itu tumbuh menjadi pria dewasa, mereka baru menyadari bahwa ibu tirinya adalah seorang wanita yang spesial. Mungkin sudah ribuan kesalahan dan kekacauan yang sengaja mereka buat, namun ibunya selalu menemukan seribu alasan untuk bisa memaafkan mereka.

Pernahkah kita merasa sult untuk memaafkan?

Pernahkah kita merasa jengkel ketika seseorang berulangkali melukai kita?

Saat kita melakukan kesalahan yang fatal, kita begitu memohon-mohon agar kesalahan kita dimaafkan, lantas mengapa kita tidak bisa memberikan maaf kepada orang lain?

Manusia memang tidak sempurna. Mereka akan selalu membuat kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Ada orang-orang yang lebih memilih untuk memusuhi atau membalas dendam, namun kita sebagai pribadi yg disayang Tuhan harus bisa menjadi pribadi yang berbeda.

Jangan pernah berpikir untuk membalas dendam kepada orang lain karena pembalasan itu adalah hak Tuhan.

Slamat Mencoba, Gusti Mberkahi.

Banyak perubahan yang harus kita lakukan bila kita ingin menjadi manusia yang berbeda. Perubahan yang datangnya dari kesadaran diri kita sendiri bahwa kita memang harus berubah. Perubahan ke arah positif yang bisa menjadikan hal itu kebiasaan untuk kita, dan akhirnya menjadi karakter positif bagi diri kita.
Lantas, apa saja harus kita ubah? Atau, adakah hal yang memang tak perlu kita ubah, namun sekadar dimodifikasi untuk mencapai hasil lebih baik? Beberapa perubahan berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin perlu kita lakukan dan melanjutkannya dengan action menuju target yang kita inginkan.
1. Ubah persepsi diri tentang kita
Jika kita masih merasa selalu tidak mampu menjadi besar dan berhasil dengan apa yang kita lakukan, mulailah dengan membuang pikiran buruk itu sesegera mungkin dari otak kita. Setiap manusia diberi kelebihan juga kekurangan. Yang membedakan seorang yang berhasil dan tidak berhasil adalah mereka yang berhasil mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan dan potensi mereka.
Jika kita saat ini belum mengenali diri kita sendiri, coba sisihkan waktu ntuk merenung. Bukan merenungi angan-angan kosong. Tapi sebuah perenungan panjang untuk memahami seperti apa diri kita sebenarnya. Seperti kata almarhum Steve Jobs tentang pencarian panggilan jiwa, “Teruslah mencari. Dan, jika belum kau temukan, tetaplah mencari.”
2. Ubah pemikiran tentang mimpi
Semua keberhasilan adalah hasil dari mimpi atau keinginan yang terpendam. Yang membedakan antara orang sukses dan tidak adalah bahwa orang sukses mampu membuat mimpi itu bukan sekadar mimpi. Mereka menjadikan mimpi itu sesuatu yang jelas, bisa dilakukan. Bukan lagi abstrak. Mereka juga yakin bahwa mimpi-mimpi itu harus dijadikan nyata dengan keyakinan, doa, dan kerja keras.
Jika kita merasa mimpi kita masih abstrak, coba ubah mimpi kita menjadi nyata. Membuat visualisasi mimpi itu sehingga terlihat jelas dan bisa kita gapai.
Boleh kita menggambar mobil, atau sebuah hotel bintang lima yang belum pernah kita datangi, atau tempat wisata ke luar negeri yang ingin kita kunjungi. Atau, bisa juga tumpukan uang yang ingin kita miliki. Letakkan gambar-gambar itu di dekat meja kerja kita. Sehingga, kita termotivasi untuk melakukan yang terbaik agar mimpi itu bisa menjadi kenyataan.
3. Ubah pemahaman tentang hambatan dan peluang
Setelah kita memahami seperti apa diri kita, kekurangan kelebihan, serta mimpi-mimpi kita, maka yang harus kita pahami selanjutnya adalah membuat perubahan tentang hambatan dan peluang yang ada di depan kita, yang mungkin saja akan kita lalui.
Jika hambatan yang belum kita jalani sudah memberatkan kita, coba ubah persepsi tentang hambatan. Hambatan bukan penghalang. Hambatan adalah peluang yang belum berhasil kita lalui. Jadi tentu saja untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar lagi, kita harus melalui hambatan tersebut.
Masuk dalam satu komunitas yang saling mendukung akan menjadi energi positif untuk kita. Atau, bila belum menemukan komunitas, baca buku-buku berdasarkan pengalaman sukses orang lain, sehingga kita tahu di mana perubahan yang harus kita lakukan.
4. Ubah persepsi negatif tentang orang yang tidak mendukung
Ketika kita fokus untuk meraih kesuksesan di jalan yang kita anggap benar dan pasti bisa kita lakukan, hambatan yang terberat yang akan mungkin kita dapatkan adalah bahwa orang-orang di samping kita—yakni orang-orang yang dekat dengan kita—bisa jadi tidak akan mendukung apa yang sedang kita lakukan.
Akan ada saatnya di suatu titik, kita merasa sendiri. Yang terbaik adalah mengubah persepsi kita sendiri. Orang terdekat itu bukan tidak mendukung langkah kita, tapi mereka tidak paham dengan apa yang sedang kita lakukan. Cara membuat mereka paham adalah dengan menunjukkan lewat bukti, bahwa semua mimpi yang tengah kita jalani bukan sekadar mimpi, tapi itu adalah kenyataan.
5. Ubah persepsi tentang putus asa
Perjalanan menuju suatu titik tujuan pasti melelahkan. Karena perjalanan itu bukan perjalanan yang sebentar, tapi perjalanan yang panjang. Perjalanan panjang ini juga harus kita tempuh dalam tempo berbulan-bulan, bahkan bisa dalam hitungan tahunan.
Jika kita lelah, itu biasa. Jika kita putus asa, juga lumrah terjadi. Namun, kita perlu mengubah pandangan kita bahwa perjalanan kita yang panjang adalah sia-sia. Sebaliknya, perjalanan kita yang sudah kita lakukan adalah sesuatu yang hebat yang sudah kita lakukan. Karena, kita sudah berani melangkah.
Kesuksesan hanya tinggal menunggu waktu, sama seperti seorang yang sedang menggali tanah untuk mencari mata air. Mata air itu tidak akan ditemukan dalam waktu semalam. Butuh waktu yang lama. Jika ia berhenti, maka mata air itu tetap tidak akan ditemukan. Tapi jika ia lanjutkan, mungkin satu cangkulan lagi mata air akan ditemukan dan akan mengucurkan air yang sangat deras seperti yang selama ini diharapkannya.
Jadi, mari intropeksi diri dan berubah ke arah yang lebih baik untuk menyongsong hari esok yang luar biasa. Sanggup?
Selamat Mencoba, Gusti Mberkahi..

Ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan dengan melintasi sebuah gunung yang tinggi pada waktu musim dingin. Malang baginya, di tengah perjalanannya itu dia diserang oleh badai salju yang dasyat sekali.

Ketika dia berjuang melawan badai, dia segera menjadi sangat letih. Dia menyadari bahwa dia harus berjuang terus sampai dia mendapatkan tempat untuk perlindungan, karena berhenti pada saat itu sama saja artinya dengan membekukan yang bisa menyebabkan kematiannya. Karena itu, dia terus berjuang sampai kepayahan, dan kelopak matanya tak dapat lagi menahan serangan kantuk yang amat sangat. Akan tetapi, bila dia menyerah, hal itu akan membahayakan jiwanya.

Pada saat dia sudah tidak dapat berjalan lebih jauh lagi, dia melihat bahwa ternyata ada seorang pelancong lainnya, yang tergeletak di jalan itu dengan separuh tubuhnya telah tertutup oleh salju.

Seperti digerakkan oleh suatu perasaan kemanusiaan, orang itu lantas mengerahkan segenap tenaga yang masih ada padanya, dan sambil berjalan dengan terhuyung-huyung, dia mengangkat pelancong lainnya tadi ke atas bahunya. Dengan segala daya yang masih dimilikinya, akhirnya dia bisa sampai ke sebuah tempat perlindungan.

Pada saat itu dia menyadari bahwa usahanya untuk menyelamatkan orang yang tak dikenalinya tadi telah memberikan dorongan atau motivasi ekstra kepadanya untuk menyelamatkannya.

Ketika dia sedang berusaha menyelamatkan orang lain, dia telah menyelamatkan dirinya sendiri.

"Tolonglah Orang Lain Saat Dirimu Sedang Kena Masalah. Maka Tuhan akan Membantu Masalahmu."

Gusti mberkahi.

Sebuah benda bisa dikatakan maksimal jika benda itu digunakan secara maksimal sesuai dengan fungsinya.

Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang petani dari kampung yang menjual hasil panennya dan masuk ke dalam kota. Karena uangnya banyak, maka ia pun membeli sebuah kulkas untuk dibawa kembali ke kampung.

Tetapi karena di kampung tidak ada listrik, maka ia menjadikan kulkas tersebut sebagai lemari pakaian. Sang petani ingin agar orang-orang di kampung melihatnya sebagai orang kaya, tetapi justru kulkas tidak berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya. Itulah yang disebut tidak maksimal.

Contoh lain adalah HP yang memiliki fitur-fitur canggih, tetapi karena pemiliknya adalah seseorang yang gaptek (gagap teknologi), maka HP itu tidak pernah digunakan dengan maksimal. Benda apapun harusnya digunakan sesuai keinginan pembuatnya.

Tahukah Anda bahwa Allah menciptakan Anda untuk maksud yang mulia?

Untuk itulah maka kita harus hidup maksimal sesuai dengan rancangan Tuhan.

Bagaimanakah kita bisa mengerti untuk apakah kita diciptakan?

Banyak kali kita mengejar apa yang menjadi kesukaan kita sendiri dan punya visi yang merupakan visi ciptaan kita sendiri.

Akhirnya hidup kita menjadi tidak maksimal karena seperti ilustrasi di atas, bila kulkas hanya dijadikan lemari, ataupun HP hanya dipakai untuk sekadar menelpon dan menerima panggilan, maka kapasitas yang Tuhan sudah beri tidak dipakai sebagaimana mestinya.

Bagaimana dengan Anda?
Apakah Anda sudah memaksimalkan Potensi Diri Anda?

Gusti mberkahi.

Suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di sebuah gerai toko di bandara, lalu menemukan tempat duduk.

Sambil duduk, wanita tersebut
memakan kue sambil membaca
buku yang baru dibelinya. Dalam
keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua kue yg berada diantara mereka berdua.

Wanita tersebut mencoba
mengabaikan agar tidak terjadi
keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.
Sementara si “Pencuri Kue” yang
pemberani itu menghabiskan
persediaannya.

Ia makin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun
sempat berpikir: (“Kalau aku bukan orang baik, tentu sudah kutonjok dia !”).

Setiap ia mengambil satu kue, si
lelaki itu juga mengambil satu. Ia menghela napas lega saat
penerbangannya diumumkan, dan ia segera mengumpulkan barang-barang miliknya dan menuju pintu gerbang.

Ia naik pesawat dan duduk di
kursinya, lalu mencari buku yang
hampir selesai dibacanya. Saat ia
merogoh tasnya, ia menahan
napas karena kaget. Ternyata
disitu ada kantong kuenya. Koq
milikku ada di sini, jadi kue tadi
adalah milik siapa. Milik lelaki itu?

Ah, terlambat sudah untuk
meminta maaf; ia tersandar dan
sedih. Bahwa sesungguhnya akulah yang salah, tak tahu terima kasih dan akulah sesungguhnya sang pencuri kue itu; bukan dia!

Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi seringkali terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, dan tak jarang kita berprasangka buruk.

Orang lainlah yang selalu salah,
orang lain yang patut disingkirkan, orang lain yang tak tahu diri, orang lain yang berdosa,
orang lain yang selalu bikin masalah.

Kita sering mengalami hal diatas, kita sering berpikir bahwa kita
paling benar sendiri, kita paling
suci, kita paling tinggi, kita paling pintar, dst.

Sejak detik ini, bisakah kita
memulai untuk rendah hati?
Dan tidak lagi menjadi “pencuri
kue” yang teriak “maling..!” kepada orang lain.

Gusti Mberkahi

Ada sebuah kisah yang dialami seorang saudagar. Saudagar ini terkenal sangat kaya dan memiliki banyak emas, perak serta permata.

Suatu ketika saudagar ini harus berjalan melewati sebuah padang pasir yang luas. Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan membuat sang saudagar ini kehabisan air minum. Ia berharap bisa menemukan sebuah oase dimana ia bisa mengambil air disitu, tetapi tidak ada satu oasepun yang bisa ia temukan.

Tiba-tiba dari jauh, saudagar itu melihat ada seorang yang berpakaian sederhana, membawa sebuah guci besar yang biasanya dipakai sebagai wadah air. Serta merta dikejarnya orang tersebut dengan sekuat tenaga sambal berteriak-teriak, “Kawan… kawan… tolong saya… kawan… tolong saya..!”

Ketika saudagar itu sudah bisa menyusul orang yang membawa guci itu, dengan terengah-engah saudagar itu berkata, “Kawanku yang baik, bolehkah aku minta air yang kau bawa dalam guci itu?” Namun ternyata sang pemilik air minum tidak mau memberikan air minum tersebut.

Dengan gigih dan penuh harapan saudagar ini terus meminta kepada orang tersebut untuk memberikan sedikit air minum yang ia miliki. Harapannya sia-sia karena sang pemilik air minum tetap tidak mau memberikannya.

Sampai akhirnya saudagar ini berkata, “Berikan air minum itu padaku dan aku akan memberikan emas, perak dan permata kepadamu.” Hal itu ia lakukan karena ia sangat membutuhkan air minum lebih daripada semua hartanya pada saat itu.

Akhirnya orang yang membawa guci berisi air itu memberikan air minum yang ia miliki tersebut dengan ganti emas, perak dan permata.

Demikian juga dengan keselamatan, keselamatan jauh lebih berharga dari apapun yang ada di dunia ini. Banyak orang yang terus menjaga hartanya di dunia namun mereka lupa untuk menjaga harta yang paling berharga yaitu keselamatan.

Seorang pemuda berangkat kerja di pagi hari... Memanggil taksi, dan naik...

'Selamat pagi Pak,'...katanya menyapa sang sopir taksi terlebih dulu...
'Pagi yang cerah bukan?' sambungnya sambil tersenyum,... lalu bersenandung kecil...
Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya, dengan senang hati, Ia melajukan taksinya...
Sesampainya di tempat tujuan.. Pemuda itu membayar dgn selembar 20ribuan, untuk argo yang hampir 15 ribu...

'Kembaliannya buat bapak saja...selamat bekerja Pak..' kata pemuda dgn senyum...
'Terima kasih...' jawab Pak sopir taksi dgn penuh syukur...

'Wah.. aku bisa sarapan dulu nih... Pikir sopir taksi itu...
Dan ia pun menuju ke sebuah warung.

'Biasa Pak?' tanya si mbok warung.
'Iya biasa.. Nasi sayur... Tapi.. Pagi ini tambahkan sepotong ayam'..jawab Pak sopir dengan tersenyum.

Dan, ketika membayar nasi , di tambahkannya seribu rupiah 'Buat jajan anaknya si mbok,.. 'begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan seribu, pagi itu anak si mbok berangkat kesekolah dgn senyum lebih lebar.

Ia bisa membeli 2 buah roti pagi ini... Dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah...cerita bisa berlanjut..
Bergulir... .seperti bumi selalu berputar..

Mari kita selalu berbagi,
semoga ada arus membahagiakan yg terus berputar,

Seperti,
Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu...
Begitu juga keluarga si mbok...
Teman2 si anak...
keluarga mereka...
Semua tertular kebahagiaan...

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan...
Siapkah kita menularkan kebahagiaan hari ini??

Bisa menerima itu adalah berkah...
Tapi bisa memberi adalah anugerah....

Semoga sisa hidup kita selalu bahagia
dan membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita,

AMIN

Ada seorang tukang tahu. Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya.

Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah.

Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Tuhan agar dagangannya laris.

Begitulah setiap hari, sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.

Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah knapa tiba2 ia terpeleset. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan ! Jangankan untung, modal pun buntung !

Mengeluhlah ia kepada Tuhan, bahkan "menyalahkan" Tuhan, mengapa ia diberi cobaan seperti ini?
Padahal ia selalu berdoa setiap pagi.

Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang. Tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yg setiap hari ia tumpangi, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas !
Hanya ia satu2nya calon penumpang yg selamat, "gara- gara" tahu nya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.

Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan kita, tapi terkadang diganti oleh Tuhan dengan sesuatu yg jauh lebih baik daripada yg diminta.

Tuhan Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri.
Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk !

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Tuhan mengetahui, sedang manusia tidak mengetahui''

Tuhan memberkati

Alkisah, di kesenyapan sebuah belantara, terdengar percakapan menarik antara Ibu Siput dengan anaknya. Siput kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa sejak lahir, kita harus membawa cangkang yang begitu keras dan berat ini?"

Sang ibu menjawab, “Pertanyaan yang bagus. Anakku, kita ditakdirkan dengan badan yang tidak ada tulang untuk menyangga. Kita berjalan dengan cara merayap, itu pun tidak bisa merayap dengan cepat. Jadi kita memerlukan cangkang ini untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, hujan dan terik matahari dan juga marabahaya lainnya yang setiap saat mengintai kehidupan ini.”

Masih penasaran, siput kecil bertanya lagi: “Tetapi Bu, Kakak Ulat itu juga tidak mempunyai tulang, dan merayapnya juga tidak cepat… Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang keras dan berat ini?”

Dengan tersenyum sabar, sang Ibu menjawab lagi, “ Anakku, Kakak Ulat tentu berbeda dengan kita. Dia sebentar lagi akan berubah menjadi kupu-kupu, lalu bisa terbang ke alam bebas dan akan telindungi oleh langit.”

Tak mau menyerah, siput kecil bertanya lagi, “Adik cacing tanah juga tidak memiliki tulang dan tidak merayap dengan cepat. Mereka juga tidak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang berat ini?”

Ibu Siput kembali menjawab, “ Adik cacing tanah kan punya kemampuan bisa menyusup dan masuk ke dalam tanah. Mereka dilindungi dari bahaya oleh tanah dan bumi ini.”

Siput kecil tiba-tiba menangis keras, “Huhuhu.... Ibu, kita sungguh hewan yang kasihan sekali. Langit tidak melindungi kita, tanah dan bumi juga tidak melindungi kita.”

Kali ini dengan tegas sang Ibu menjawab: “ Anakku, Tuhan Maha Adil. Itulah alasan mengapa kita mempunyai cangkang yang kuat ini! Kita tidak perlu bergantung pada langit maupun tanah, tapi kita harus bergantung pada diri sendiri. Jadi, mulai saat ini, terimalah keberadaan cangkangmu dengan perasaan gembira, karena itu adalah pelindung sejatimu yang telah diberikan Sang Pencipta kepada kaum kita.”

Setiap makhluk hidup telah diperlengkapi dengan kelebihan dan kemampuannya masing-masing. Apalagi manusia! Selain fisik, juga memiliki  akal budi dan moralitas yang membedakannya dengan makhluk lain di permukaan bumi ini. Karenanya, setiap manusia bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, bukan hidup dengan mengandalkan bantuan dari orang lain.

Mari, belajar dan bertumbuh menjadi manusia yang lentur, berdiri kokoh di kaki sendiri tetapi juga sekaligus peduli kepada sesama.

"Dengan sikap mental kemandirian kita akan berani menatap ke depan dan siap berjuang merubah nasib serta meraih kehidupan sukses yang gemilang. Amin."

Suatu hari seorang peserta training remaja, sebut saja namanya JJ, bertanya kepada saya, ”Bu Lisa, bagaimana caranya diet?”

Saya jawab, ”Mudah. Kurangi makan.”
“Wah, enggak bisa Bu.”
“Mengapa?”
“Ibu saya tiap hari masak. Dan masakan ibu saya semuanya sangat enak. Jadi saya tidak bisa mengurangi makan.”

“Oke. Kalau begitu, makan tiga kali sehari, tapi jangan ngemil.”
“Wah. Tidak bisa juga Bu.”
“Mengapa?”
“Pagi dan sore selalu tersedia makanan kecil buatan ibu saya. Dan semua makanan buatan ibu saya sangat enak. Jadi saya tidak bisa untuk tidak ngemil.”

“Kalau begitu tidak usah diet,” kata saya.
“Lho? Kan saya ingin diet Bu?”
“Saat ini, keinginanmu belum menjadi tujuan. Tunggu sampai keinginan itu semakin besar dan benar-benar menjadi tujuan kamu.”
“Kapan Bu?”
“Saya tidak tahu,” jawab saya sambil tertawa.

Kami pun berhenti membahas masalah itu.
Satu tahun kemudian, tanpa sengaja, saya bertemu dengan JJ di sebuah pesta pernikahan. Dia yang menyapa saya, “Bu Lisa.”
Saya menengok dan terkejut. Saya mengenali dia, tapi kini tubuhnya langsing. Jauh berbeda dengan setahun yang lalu.
“Hai. Saya sampai pangling. Kok sekarang langsing banget.”
“Iya Bu,” katanya sambil senyum-senyum.
“Diet ya?”
“Iya, Bu.”
“Tuh bisa.”
“Sekarang saya punya pacar, Bu.”

Dia pun memperkenalkan pria yang berdiri di sampingnya.
“Ooooooohh,“ saya tertawa dan menjabat tangannya.

“Dia ini Bu, tiap kali ke toko atau mal, senang menunjuk-nunjuk baju dan bilang mau membelikan saya baju itu. Tapi Bu, semua baju yang dia tunjuk adalah baju yang untuk orang yang langsing. Saya kan ingin dibelikan baju olehnya Bu, jadi saya diet,” dia menjelaskan sambil tertawa.

Saya bertanya, ”Ibu kamu masih suka masak?”
“Masih,” jawabnya malu-malu.
“Di rumah masih banyak makanan?”
“Masih.”
“Kok sekarang bisa diet?”
Dia hanya tertawa.
“Tuh kan. Dulu kamu tidak bisa diet, bukan karena salah ibu, bukan karena masakan ibu. Buktinya sekarang kamu bisa diet padahal ibu tetap masak.”
Dia mengangguk-angguk sambil tertawa.

Jangan-jangan kita seringkali bersikap demikian juga. Anda ingin mencapai sesuatu? Anda ingin menabung? Anda ingin penghasilan lebih besar? Anda ingin langsing? Anda ingin sukses? Anda ingin jadi juara? Tidak ada orang yang bisa menjadi juara/berhasil tanpa punya tujuan yang jelas, tekad yang besar, dan memperjuangkannya habis-habisan.

"Selamat Berjuang seperti para pahlawan yang mati-matian Memerdekakan Bangsa Indonesia"

Dirgahayu RI ke 74,
Tuhan Memberkati Kita Semua.

Di Taiwan ada seorang Konglomerat & Pengusaha kaya. Hebatnya, kekayaan itu menurut banyak pihak di peroleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yg dilakukannya mampu menginspirasi banyak org.
Suatu ketika karna penasaran, ada seorang Pemuda mau belajar menimba pengalaman dari sang Pengusaha.
“Terimakasih Bapak mau menerima saya. Terus terang saya sangat mau menimba pengalaman dari Bapak, sehingga bisa sukses juga” ujar si pemuda
Mendengar permintaan itu, sang Pengusaha tersenyum sejenak, lalu ia pun meminta Pemuda tadi menengadahkan tangannya.
Si pemuda pun terheran-heran. Lantas si Pengusaha menjelaskan maksudnya, “Biar aku lihat garis tanganmu. Simaklah baik-baik apa pendapatku” jawab Pengusaha
Setelah menengadahkan kedua tangannya, si Pengusaha pun berkata, “Liatlah telapak tanganmu ini, di sini ada beberapa garis utama yg menentukan nasib, Ada garis kehidupan, Ada garis rezeki, & Ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah... Di mana semua garis tadi?” tanya si Pengusaha
“Di dalam telapak tangan yg saya genggam” Jawab si pemuda yg penasaran
“Nah, apa artinya itu? Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir & keadaanmu kelak, smua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Anda liat bukan? Bahwa smua garis tadi ada di tanganmu. Begitulah rahasia suksesku selama ini. Aku berjuang & berusaha dgn berbagai cara untuk menentukan nasibku sendiri” jawab si Pengusaha
“Tapi coba liat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yg tak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yg berada di luar kendalimu, karna di sanalah letak kekuatan dari TUHAN. Kita tak akan mampu melakukan & itulah bagianNYA TUHAN" lanjut si Pengusaha
PESAN MORAL, Genggam & lakukan bagianmu dgn kerja keras, lalu bawalah kpd TUHAN bagian yg tak mampu Anda lakukan!!
Sukses itu adalah saat kita berjalan bersama TUHAN!!
DO U'R BEST & LET GOD DO THE REST !!!!

Di tepi Danau Como yang sangat indah di Italia, terdapat sebuah vila tua yang bagus sekali. Diperkirakan usianya telah dua ratus atau tiga ratus tahun. Selama bertahun-tahun, tanah di sekitarnya dirawat dengan baik sekali oleh seorang tukang kebun tua yang dapat dipercayai.

Pada suatu hari, beberapa orang wisatawan yang datang ke sana memberikan pujian kepada tukang kebun itu karena pekerjaannya yang sangat baik itu.

“Pemilik kebun ini tentunya seringkali datang kemari untuk mengawasi pekerjaanmu,” kata salah seorang dari wisatawan itu.

“Oh, tidak, Tuan,” jawab si tukang kebun. “Dia baru datang kemari sekali saja, yaitu lima belas tahun yang lalu. Sejak itu saya tidak berjumpa dengan dia lagi.”

“Kalau demikian, bagaimana engkau bisa menerima perintah-perintah dari pemilik kebun ini?” tanya wisatawan lainnya.
“Perintah-perintah itu diberikan dari seorang wakilnya yang tinggal di Milan,” jawab orang tua itu.

“Tentunya dia sering datang kemari.”
“Tidak, tidak terlalu sering. Barangkali sekali dalam satu tahun.”

“Hal ini benar-benar amat mengagumkan,” kata wisatawan itu.

“Tidak ada seorangpun yang mengawasi engkau bekerja, tetapi sekalipun demikian engkau merawat taman di sini dengan baik sekali, seolah-olah engkau berharap bahwa pemiliknya akan datang kembali ke sini hari ini!”

Apakah kalian siap bekerja seperti itu stiap hari?

Anthony Burgess, 40 tahun menderita tumor otak, Dokter mengatakan bahwa sisa hidupnya hny tinggal paling lama 1 tahun lagi.

Biaya pengobatan telah membuatnya jatuh miskin. Satu satu hal yg paling dia risaukan adalah saat dia meninggal, dia tidak punya apa² utk istrinya, Lynne, yg segera akan menjadi janda.

Burgess berpikir, apa yg harus aku lakukan dia tidak mau hanya menunggu saja, hingga ajal menjemputnya. Burgess tidak pernah menjadi novelis sebelumnya, tetapi dia tahu ada potensi dalam dirinya untuk menjadi seorang penulis. Sehingga dia mengharapkan royalty penjualan bukunya dpt menopang kehidupan istrinya kelak.

Lalu diapun mulai menulis tetapi dia tidak tahu bagaimana bukunya akan terpublikasikan.

"Itu adalah bulan Januari 1960," katanya, "Menurut perkiraan, saya hanya memiliki musim dingin, musim semi dan musim panas untuk hidup, dan pada musim gugur ajal akan datang menjemputku.”

Untuk mengejar sisa waktu hidupnya, Burgess menulis penuh semangat, dia menyelesaikan 5½ novel dalam tahun itu. Tetapi tahun itu berlalu, Burgess tdk meninggal. Kanker otaknya telah lenyap sama sekali. Dan itu tdk membuatnya berhenti menulis juga dan dia terus menulis hingga mewariskan 70 judul novel sebelum meninggal, Bukan karena kanker.

Dia mungkin tidak pernah pernah menulis kalau bukan adanya ancaman kanker otak tersebut.

Banyak dari kita seperti Anthony Burgess, Banyak Kehebatan yg terpendam dalam diri kita, apakah selalu menunggu sampai saat kritis baru dimunculkan.

Tanyakan pada diri kita, apa yg akan dilakukan saat menghadapi ajal seperti Anthony Burgess...

"Jika saya hanya mempunyai sisa satu tahun untuk hidup, apa yg akan saya lakukan? "

Lakukan yg Terbaik Mulai Sekarang dan JANGAN TUNDA LAGI !

Alkisah,
hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua orang anak laki-laki (sebut saja si-Sulung dan si-Bungsu). Pada suatu hari, sang Ayah mendadak sakit keras dan diprediksi sudah mendekati ajalnya. Menyadari akan hal ini, sang Ayah pun segera memanggil kedua anak laki-lakinya si-Sulung dan si-Bungsu.

Sesudah mereka berdua bersimpuh didekat Ayah berbaring, sang Ayah pun menyatakan permintaannya kepada mereka : “Kalian berdua harus berjanji kepada Ayah……, bahwa setelah Ayah meninggal dunia nanti, kalian berdua harus menepati 2 pesan terakhir Ayah”. Sambil terisak tangis dan suasana hati yang tidak karuan, Sulung dan Bungsu pun hanya dapat manggut-manggut melihat kondisi Ayahnya yang semakin kritis.

Begini kira-kira kedua pesan Ayahnya itu: “PERTAMA, kalian harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH MENAGIH PIUTANG kepada siapapun”. Tidak ada tindakan lain dari Sulung maupun Bungsu dalam menanggapi pesan PERTAMA Ayahnya itu selain mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala meski perasaan bingung menghinggapi kedua Anak tersebut.

“KEDUA, kalian berdua harus berjanji kepada Ayah, bahwa setelah Ayah meninggal nanti, kalian berdua TIDAK BOLEH TERKENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG”. Semakin bingung-lah mereka terhadap permintaan Ayahnya. Tetapi sekali lagi keadaan lah yang memaksa mereka berdua untuk mengatakan IYA KAMI BERJANJI dan menganggukkan kepala.

Akhirnya, sesuai dengan rencana sang Ayah pun meninggal dunia dengan tenang karena telah menyatakan pesannya kepada kedua Anaknya. Prosesi pemakaman pun berlangsung dan kehidupan harus terus berjalan, karena baik Sulung maupun Bungsu memiliki Wirausaha yang harus dijalankan sebagai sandaran hidup.

Hari berganti hari, Minggu berganti minggu, Bulan dan Tahun. Tidak terasa 5 tahun telah berlalu sejak kematian sang Ayah. Disinilah mulai tampak perbedaan yang sangat mencolok antara Sulung dan Bungsu. Sang Ibu sebagai orang di “Tengah” pun tanggap akan hal ini. Perbedaan yang paling nyata adalah soal EKONOMI /KEUANGAN. Sang Ibu merasa iba kepada nasib si-Bungsu yang ekonominya sangat amburadul dan boleh dikatakan mulai Gulung Tikar. Sebaliknya, sang Ibu pun bangga kepada nasib si-Sulung yang boleh dibilang sangat sukses dalam bidang ekonomi.

Tergelitik rasa penasaran, iba dan bangga yang bercampur jadi satu, sang Ibu pun mengunjungi si-Bungsu untuk menanyakan perihal nasibnya:

“Wahai Bungsu, mengapa nasib mu sedemikian malangnya anakku ???”.

Si Bungsu pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah. PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN. Sedangkan teman, kolega, client, dll tidak berniat untuk mengembalikan hutang mereka jika tidak ditagih, sehingga lama-kelamaan habislah modal saya Ibu. KEDUA, Ayah melarang saya untuk KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, itulah sebabnya pergi dan pulang dari Toko, saya selalu menggunakan jasa Taxi, karena saya hanya memiliki sepeda motor, sehingga modal saya lama-kelamaan habis Ibu”.

Melihat malangnya nasih Bungsu, sang Ibu pun menghibur dengan mengatakan : “ENGKAU MEMANG ANAK YANG BERBAKTI, KARENA ENGKAU MENJAGA JANJIMU KEPADA AYAH”.

Kemudian berkunjunglah sang Ibu ke kediaman Sulung. Kali ini suasana berubah 180 derajat. Si Sulung adalah orang yang kaya raya dan sangat makmur ekonominya. Penasaran, sang Ibu pun menanyakan perihal nasibnya :

“Wahai Sulung, mengapa nasibmu sedemikian beruntung anakku ???”.

Si Sulung pun menjawab: “Ini karena saya menuruti 2 pesan wasiat Ayah”.

Sang Ibu pun keheranan akan jawaban Sulung dan menanyakan dengan rasa penasaran yang tinggi,

“kok bisa begitu ???”.

Sulung pun menjawab : “PERTAMA, SAYA DILARANG MENAGIH PIUTANG KEPADA SIAPAPUN, oleh karena itu SAYA TIDAK PERNAH MEMBERIKAN HUTANG KEPADA SIAPAPUN, sehingga modal saya tetap. KEDUA, SAYA DILARANG KENA SINAR MATAHARI SECARA LANGSUNG, karena saya hanya memiliki sepeda motor, maka saya berangkat ke Toko pagi-pagi benar sebelum matahari terbit, dan pulang dari Toko malam benar setelah matahari terbenam, sehingga SEMUA CUSTOMER SAYA TAHU BAHWA TOKO SAYA BUKA PALING PAGI & TUTUP PALING MALAM, sehingga Toko saya diserbu banyak pelanggan”.

Sang Ibu pun keheranan penuh kekaguman akan jawaban dari si-Sulung.

Selama ini anda selalu memerankan karakter Sulung / Bungsu ??? Semoga bermanfaat untuk menghadapi persoalan hidup apapun.
Anda hanya tinggal memilih ……
Sulung atau Bungsu ..

Sukses buat kita semua. Amin

Anthony Burgess, 40 tahun menderita tumor otak, Dokter mengatakan bahwa sisa hidupnya hny tinggal paling lama 1 tahun lagi.

Biaya pengobatan telah membuatnya jatuh miskin. Satu satu hal yg paling dia risaukan adalah saat dia meninggal, dia tidak punya apa² utk istrinya, Lynne, yg segera akan menjadi janda.

Burgess berpikir, apa yg harus aku lakukan dia tidak mau hanya menunggu saja, hingga ajal menjemputnya. Burgess tidak pernah menjadi novelis sebelumnya, tetapi dia tahu ada potensi dalam dirinya untuk menjadi seorang penulis. Sehingga dia mengharapkan royalty penjualan bukunya dpt menopang kehidupan istrinya kelak.

Lalu diapun mulai menulis tetapi dia tidak tahu bagaimana bukunya akan terpublikasikan.

"Itu adalah bulan Januari 1960," katanya, "Menurut perkiraan, saya hanya memiliki musim dingin, musim semi dan musim panas untuk hidup, dan pada musim gugur ajal akan datang menjemputku.”

Untuk mengejar sisa waktu hidupnya, Burgess menulis penuh semangat, dia menyelesaikan 5½ novel dalam tahun itu. Tetapi tahun itu berlalu, Burgess tdk meninggal. Kanker otaknya telah lenyap sama sekali. Dan itu tdk membuatnya berhenti menulis juga dan dia terus menulis hingga mewariskan 70 judul novel sebelum meninggal, Bukan karena kanker.

Dia mungkin tidak pernah pernah menulis kalau bukan adanya ancaman kanker otak tersebut.

Banyak dari kita seperti Anthony Burgess, Banyak Kehebatan yg terpendam dalam diri kita, apakah selalu menunggu sampai saat kritis baru dimunculkan.

Tanyakan pada diri kita, apa yg akan dilakukan saat menghadapi ajal seperti Anthony Burgess...

"Jika saya hanya mempunyai sisa satu tahun untuk hidup, apa yg akan saya lakukan? "

Lakukan yg Terbaik Mulai Sekarang dan JANGAN TUNDA LAGI !

Alkisah,

Ada seorang anak berumur belasan tahun bernama Clark yg pada suatu malam akan menonton sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, Clark dan ayahnya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yg terdiri dari bapak, ibu dan 8 orang anaknya.

Keluarga tadi terlihat bahagia malam itu dapat menonton sirkus. Dari pembicaraan yg terdengar oleh Clark dan ayahnya, Clark tahu bahwa bapak ke-8 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya menonton sirkus malam itu. Namun, ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah bapak 8 anak tadi nampak pucat pasi. Ternyata uang 40 dollar yg telah dikumpulkannya dengan susah payah, tidak cukup untuk membayar tiket untuk 2 orang dewasa dan 8 anak yg total harganya 60 dollar.

Pasangan suami istri itupun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak2 mereka bahwa malam itu mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Sementara anak2nya tampak begitu gembira dan sudah tidak sabar untuk segera masuk ke sirkus.

Tiba2 ayah Clark menyapa bapak 8 anak tadi dan berkata: “Maaf pak, uang ini tadi jatuh dari saku bapak”, sambil menjulurkan lembaran 20 dollar dan mengedipkan sebelah matanya.

Bapak 8 anak tadi takjub dengan apa yg dilakukan ayah Clark. Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang tadi dan mengucapkan terima kasih kepada ayah Clark, dan menyatakan betapa 20 dollar tadi sangat berarti bagi keluarganya. Tiket seharga 60 dollar pun terbayar dan dengan riang gembira keluarga besar itu pun segera masuk ke dalam sirkus.

Setelah rombongan tadi masuk, Clark dan ayahnya segera bergegas pulang. Ya, mereka batal nonton sirkus, karena uang ayah Clark sudah diberikan kepada bapak 8 anak tadi. Malam itu, Clark merasa sangat bahagia. Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tapi telah menyaksikan dua orang ayah hebat.

Kebahagiaan tidak hanya diperoleh ketika menerima pemberian orang lain tapi juga pada saat kita mampu memberi. Ayah Clark telah memberi contoh yg baik kepada anaknya untuk menolong orang lain dengan cara yg sangat halus dan tidak menurunkan harga diri orang yg ditolong.

Dunia ini terus berputar, adakalanya kita menolong dan adakalanya kita juga memerlukan pertolongan dari orang lain. Pertolongan tidak selalu dalam bentuk uang tetapi bisa dalam bentuk-bentuk yg lain yg mungkin saat ini tak terpikirkan oleh kita. Selama kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menolong sesama marilah kita menolong dengan ikhlas dan tidak berharap mendapat imbalan dari pertolongan yg telah kita berikan.

Tuhan memberkati kita selalu.

Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet. Pada suatu hari, tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian bawahnya tertanam di tanah. Di dasar toples itu ada kacang yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet. Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana oleh seorang pemburu.

Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu. Monyet ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun tetap saja gagal.

Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu: “Lepaskanlah kepalanmu atas kacang-kacang itu! Engkau akan bebas dengan mudah!” Namun monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap saja ia bersikeras menggenggam kacang itu. Beberapa saat kemudian, sang pemburu datang dari kejauhan.

Sang monyet tua kembali meneriakkan nasihatnya: “Lepaskanlah kepalanmu sekarang juga agar engkau bebas!” Monyet muda itu ketakutan, namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu. Akhirnya, ia tertangkap oleh sang pemburu.

=================================================

Demikianlah, kadang kita juga sering mencengkeram dan tidak rela melepaskan hal-hal yang sepatutnya kita lepaskan: kemarahan, kebencian, iri hati, ketamakan, dan sebagainya.

Apabila kita tetap tak bersedia melepas, tatkala kematian datang “menangkap” kita, semuanya akan terlambat sudah. Bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lampau, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah dunia akan menjadi lebih indah jika kita bisa melepaskan “kepalan” kita dan membagi kebahagiaan dengan orang lain? Be Happy!

SELAMAT MALAM TUHAN MEMBERKATI

Bai Fang Li adalah seorang kakek tua yang hidup di Tianjin, Cina. Ia bukanlah orang yang berkelimpahan harta. Li adalah kakek yang miskin secara materi, tetapi punya hati yang luar biasa kaya.

Kemiskinan tidak membuatnya punya alasan untuk tidak memberi. Ia terpanggil untuk memberi sumbangan kepada sekolah-sekolah dan universitas di kotanya untuk menolong lebih dari 300 anak miskin agar mampu memperoleh pendidikan demi masa depan mereka.

Selama 20 tahun ia menggenjot becaknya demi memperoleh uang agar bisa menambah jumlah sumbangannya. Ia memilih hidup secukupnya agar bisa semakin banyak memberi. Makan siangnya hanyalah dua buah kue kismis dan air tawar, sedang malamnya ia hanya makan sepotong daging atau sebutir telur. Baju yang ia kenakan diambil dari tempat sampah, jika mendapat beberapa helai pakaian itu sudah merupakan suatu kemewahan.

Li menarik becak tanpa henti, 365 hari setahun tanpa peduli kondisi cuaca baik ketika salju turun atau panas terik menyengat, dia terus mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi hingga jam 8 malam. “Tidak apa-apa saya menderita, tetapi biarlah anak-anak yang miskin itu dapat bersekolah,” katanya.

Ketika usianya menginjak 90 tahun, ia tahu ia tidak mampu lagi mengayuh becaknya. Tabungan terakhirnya berjumlah 500 yuan atau sekitar Rp 650.000 dan semuanya ia sumbangkan ke sekolah Yao Hua.

Dia berkata, “Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin terakhir yang dapat saya sumbangkan..”

Dan semua guru disana pun menangis. Tiga tahun kemudian, Bai Fang Li wafat dan dikatakan meninggal dalam kemiskinan.

Tetapi lihatlah dibalik kemiskinannya itu ia telah menyumbang 350.000 yuan secara total atau sekitar Rp 455 juta rupiah selama hidupnya. Ia membaktikan hidupnya secara penuh demi membantu anak-anak miskin yang tidak sanggup sekolah.

Begitu besar kasih Bai Fang Li kepada anak-anak yang miskin itu sehingga ia dapat melakukan hal yang sedemikian rupa.

#live4others
@wesnapwecare
=== Kisah Inspiratif ===
(Sediakan waktu 5menit untuk mendalaminya)


Kisah nyata cinta kasih tentang seorang nenek yang ingin memberi makan pada cucunya ini membuat semua terharu dan terus meneteskan air mata.

Di suatu siang hari terlihat seorang nenek berulang kali menekan tombol sebuah rice cooker, tetapi rice cooker itu tetap tidak mau menyala. Lalu nenek ini berjalan tergopoh-gopoh dari dapur ke kamarnya. Di dalam kamar nenek langsung merapikan rambutnya yang sudah memutih dan mengganti baju.

Setelah semua kancing bajunya terkancing, si nenek kembali membukanya lagi. Ternyata kancing bajunya tidak terkancing sesuai urutan, sehingga terkadang sisi baju yang sebelah kiri menjadi lebih tinggi dari yang kanan. Atau kancing yang sebelah kanan melampaui 2 urutan dari yang sebelah kiri. Nenek bahkan harus mengulanginya beberapa kali sampai berkeringat, baru akhirnya semua bisa terkancing rapi sesuai urutannya. Setelah itu nenek berjalan keluar dari kamar.

Saat nenek melintasi ruang tamu, cucu perempuannya yang berumur 16 tahun sedang menonton TV. Terheran melihat neneknya berpakaian rapi, lalu bertanya, “Nenek mau kemana, bukannya tadi nenek sedang masak didapur?” Nenek kemudian menjelaskan kalau ia tadinya memang mau memasak, tapi entah kenapa rice cookernya tidak mau menyala, dan sekarang nenek mau keluar sebentar membeli makanan.

Dengan wajah cemberut, cucunya meminta agar nenek cepat pulang karena ia sudah mulai lapar. “Iya, nenek akan cepat pulang. Kamu tunggu nenek sebentar yah...” Kata neneknya dengan tersenyum, supaya wajah cucunya tidak merengut lagi. Nenek pun berjalan keluar rumah, menunggu bus yang lewat, lalu naik bus ke pusat penjualan makanan.

Beberapa saat setelah nenek keluar rumah, cucunya berjalan ke dapur mencari cemilan untuk sekedar mengganjal perut. Tak sengaja dia melihat steker rice cooker yang belum dicolok. Cucunya pun tersenyum geli melihat sikap pelupa neneknya seperti orang yang sudah pikun saja.

Sesampai di pusat penjualan makanan, nenek membeli nasi ayam kesukaan cucunya. Setelah selesai membayar dan hendak pulang, langkah nenek tiba-tiba terhenti persis di pintu keluar. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, bola matanya membesar, raut mukanya berubah tampak kebingungan. Semua bangunan dan jalanan yang ada di depannya terlihat berbeda dan asing.

Nenek terdiam membisu sejenak. Dan akhirnya menyadari kalau ia lupa arah jalan pulang ke rumah.

Lantas dengan sigap, nenek melambaikan tangannya sambil berjalan menghampiri seorang pemuda yang melintas di depannya. Meminta bantuan kepada pemuda itu agar mau membawanya pulang. “Nak, Nak, tolong antarkan nenek pulang...” Kata nenek.

“Maaf, Nek. Saya sedang terburu-buru.” Tolak pemuda tadi.

Kemudian nenek menghampiri seorang wanita paruh baya. Sama dengan pemuda tadi, wanita ini juga tidak bisa mengantarkan nenek pulang karena akan menjemput anak-anaknya.

Nenek tidak berhenti. Kali ini dengan gesit ia berjalan ke arah seorang bapak-bapak untuk meminta tolong. “Pak, Pak, tolong antarkan saya pulang. Cucu saya sedang menunggu saya pulang membawa makanan. Dia pasti sudah lapar sekarang.” Kata nenek dengan wajah terlihat sedih.

“Rumah Nenek dimana, yuk saya antar.” Jawab bapak ini.

“Emm... mm... saya.., saya tidak ingat dimana.” Kata nenek dengan terbata-bata. “Tapi tolong antarkan saya pulang, Pak. Pokoknya antarkan saja saya pulang.” Nenek memohon. Bapak ini juga tidak bisa menolong karena nenek sudah pikun dan sama sekali tidak ingat dimana rumahnya. Mata nenek tampak berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh membasahi pipi.

Berulang kali nenek terus meminta tolong kepada setiap orang yang ditemuinya untuk diantarkan pulang. Ada yang menolak dan ada juga yang bersedia... tapi siapa pun yang mau menolong tetap saja tidak bisa mengantarkan nenek. Wajah nenek tampak sangat sedih. Tanpa di sadari air mata nenek mengalir di pipinya. Teringat cucunya menahan lapar, sedang menunggunya pulang membawa makanan.

Nenek tetap terus berjalan sambil meminta tolong, dan sesekali mencoba mencari jalan pulang sendiri. Tanpa berhenti untuk beristirahat. Rambut putihnya yang tadinya tersisir rapi dan diikat ke belakang, sekarang mulai berantakan dan tidak karuan.

Kedua tangannya terus mendekap nasi ayam yang dibelinya tadi siang agar tetap hangat. Seluruh wajah dan bajunya telah basah oleh keringat. Langkahnya juga sudah mulai melambat karena kakinya terasa sakit dan kelelahan.

Hingga hari mulai gelap, nenek masih saja terus berjalan, berusaha bisa sampai ke rumah meskipun dari wajahnya terlihat jelas sekali kalau nenek sudah sangat kelelahan...

Pada waktu yang bersamaan, dirumah nenek, sepasang suami istri baru pulang. Mereka adalah orang tua dari cucu nenek. Si ibu melihat anaknya yang sedang ngemil sambil menonton TV. Lalu bertanya, “Kok kamu ngemil, apa nenek belum selesai masak?” Putrinya menjelaskan, kalau nenek tidak jadi masak hari ini dan sudah sejak tadi siang pergi ke pusat penjualan makanan tapi masih belum pulang sampai sekarang.

“Apa! Nenek belum pulang dari tadi siang?!” Kata ayahnya dengan wajah terkejut bercampur khawatir. Belum sempat anaknya berkata apapun, kedua suami istri ini langsung pergi lagi bermaksud mencari nenek ! Anaknya kaget melihat kedua orang tuanya tiba-tiba menjadi panik dan langsung pergi lagi.

Setelah beberapa saat dia baru sadar, kalau nenek bukan pelupa, tapi sudah pikun, dan nenek pasti sedang tersesat sekarang. Segera, dia pun mengikuti kedua orang tuanya pergi mencari nenek.

Ketiganya berkeliling di tengah keramaian kota, berusaha menemukan nenek. Dan kemudian, kedua suami istri ini mendengar bunyi klakson mobil bersahut-sahutan. Keduanya segera berlari ke arah bunyi klakson tersebut.

Sesampainya disana mereka melihat nenek berdiri terbengong di tengah jalan menghalangi laju mobil-mobil. Lalu keduanya menarik tangan nenek dan menuntunnya ke tepi jalan. “Apa yang Ibu lakukan di tengah jalan seperti ini. Ibu membuat kita jadi tontonan semua orang...” Bentak putranya.

“Pak, Pak, tolong antarkan saya pulang, cucu saya sekarang pasti sudah sangat lapar. Kasihan cucu saya, dia belum makan dari siang. Tolong Pak...”

Karena di bentak, nenek semakin linglung dan tidak ingat dengan putra maupun menantunya sendiri. “Bu! Saya ini anakmu sendiri!” Teriak putranya lagi.

Kemudian sang nenek berpaling ke arah menantunya, “Nyonya, tolong antarkan saya pulang, cucu saya sedang menunggu saya pulang bawa makanan.” Nenek memelas sambil menangis.

Mendengar nenek memelas seperti itu ditambah dengan melihat kondisi tubuh nenek yang sedemikian sangat lelahnya. Hati keduanya terasa sangat pilu sekali. Tak kuasa menahan air mata, menantunya menjadi ikut menangis. Menangis dengan teramat sedih. Menyadari betapa besarnya cinta dan kasih sayang nenek kepada cucunya, yang tak lain adalah putri mereka sendiri.

Tiba-tiba... dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara cucunya memanggil, “Nenek, Nenek...” Nenek menoleh ke belakang, mencari asal suara cucunya. Ternyata benar, cucunya berada tidak jauh dari sana.

Dibalik keremangan lampu jalan, cucunya berlari ke arah nenek. Senang melihat cucunya berada disana, nenek pun berjalan ke arah cucunya dengan tertatih-tatih. Walaupun terlihat nenek tersenyum sangat senang, namun masih tampak sangat jelas kecapekan dibalik senyumannya itu.

Cucunya langsung memeluk nenek. “Nenek maafkan saya, Nenek tidak apa-apa?” Kata cucunya dengan meneteskan air mata. “Iya, Nenek tidak apa-apa. Ini nenek sudah belikan nasi ayam kesukaan kamu, ayo makan. Kamu pasti sudah lapar sekali. Kasihan cucu nenek harus kelaparan sampai malam.” Kata nenek sambil membuka bungkus nasi lalu di suapkan ke mulut cucunya. Cucunya terus menangis. “Nenek maafkan saya, maafkan saya, nek.” Cucunya terus berulang-ulang meminta maaf sambil menangis...

“Tolong maafkan nenek yah, kamu jadi harus kelaparan menunggu nenek terlalu lama.” Mendengar nenek berkata demikian, dan melihat kondisi nenek yang begitu kesakitan juga kelelahan. Air mata cucunya semakin deras mengalir. Putra dan menantu nenek yang melihat kejadian ini, juga menitikkan air mata. Lalu keduanya berjalan mendekati nenek dan memeluk nenek dari belakang. “Ibu, kami semua sangat mencintaimu.”

Sahabat yang terkasih,

Kisah ini disampaikan kepada kita untuk membuka hati dan mata kita akan betapa besarnya cinta kasih orang tua dalam mengurus serta membesarkan anak-anaknya. Ketika orang tua kita sudah renta dan tidak lagi mampu mengurus dirinya sendiri, sebagai anak, sudah sepatutnya kita juga mengasihi, merawat dan memperhatikan mereka sama persis dengan yang telah mereka lakukan kepada kita.

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, maukah Anda berbaik hati untuk ikut serta bersama saya dalam meneruskan pesan kisah cinta kasih ini dengan “Tag/Share & Broadcast” kepada semua teman-teman dan anggota keluarga?

Karena dengan kita berbuat demikian serta menganjurkan orang lain turut melakukan suatu maha karya kebajikan untuk lebih peduli kepada orang tua dan akan membawa berkah rahmat terbesar dalam hidup kita di dunia ini.