Gempa berkekuatan 6.9 skala ritcher yang berlangsung selama empat menit menggoncang Armenia pada tahun 1988. Diperkirakan 25.000 orang meninggal dan 500.000 penduduk kehilangan rumah mereka.
Setelah goncangan itu berlalu, seorang pria berlari menuju tempat dimana sekolah anaknya berdiri, hanya untuk mendapati bahwa sekolah itu telah rata dengan tanah.
Di sekelilingnya banyak terlihat orangtua yang berjalan kebingungan, menangis tersungkur di tanah dan meneriaki nama anak-anak mereka. Namun pria ini langsung mengayuhkan kakinya ke bagian reruntuhan di mana kelas anaknya semula berada.
Ia teringat pada janjinya kepada anak yang dikasihinya. Bahwa ia akan selalu ada untuk sang anak. Kemudian ia mulai menyingkirkan bongkahan puing, satu demi satu. Ia tidak peduli ketika para orangtua yang lainnya mengatakan bahwa apa yang ia lakukan itu sia-sia.
Ia tidak mau percaya ketika mendengarkan mereka mengatakan bahwa anak-anak mereka telah meninggal. Bahkan peringatan dari pemadam kebakaran dan polisi tidak digubrisnya. Ia tetap menggali sampai 38 jam lamanya.
Sampai akhirnya ia mendengar suara anaknya. Saat ia memanggil nama anaknya, anak itu pun menyahut, “Ayah?! Benar kan! Aku sudah mengatakan kepada anak-anak lainnya, jika ayah masih hidup, tentu kau akan menyelamatkanku! Karena ayah sudah berjanji akan selalu ada untukku! Kau berhasil, ayah!”
Percayalah, ada keajaiban dimanapun dan kapanpun jika kita PERCAYA DENGAN PENUH IMAN!
Iman bukanlah perasaan, iman adalah KEYAKINAN bahwa kita sudah menerima apa yang kita harapkan.