Siapa sangka, teknologi telekomunikasi terbaru saat ini 4G LTE, ditemukan oleh anak muda asli Indonesia, Khoirul Anwar.

Apalagi, jika mengetahui latar belakang kehidupan Anwar. Sebagai anak desa yang terlahir di daerah Kediri, Jawa Timur, ia tiap hari mendapat tugas jadi tukang arit, atau menyabit rumput sebagai makanan ternak. Namun, suatu kali, ayahnya meninggal. Ibunya pun harus pontang-panting menghidupi keluarga mereka. Melihat kondisi itu, Anwar yang saat itu barusan lulus SD memohon pada ibunya agar bisa tetap bersekolah. Sebab, ia sangat suka belajar, apalagi ilmu-ilmu sains, khususnya Faraday dan Einstein.
Ibunya mengabulkan permintaan Anwar dan bahkan memintanya belajar lebih rajin agar bisa sekolah hingga tingkat paling tinggi. Anwar tak menyiakan kesempatan itu. Ia belajar sungguh-sungguh hingga hampir selalu jadi juara kelas. Ia pun berhasil masuk ke sekolah-sekolah favorit, hingga mengantarkannya mendapat jadi lulusan terbaik di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia lantas meneruskan sekolah ke Jepang di NAIST. Selama 1,5 tahun, ia berhasil menyelesaikan magisternya, dan kemudian dilanjutkan ke studi doktoral.
Saat berusaha menyelesaikan studi doktoral inilah, Anwar melakukan sejumlah penelitian tentang teknologi komunikasi, salah satunya yang kemudian dikenal saat ini sebagai teknologi 4G LTE (Fourth Generation Long Term Evolution).
Awalnya, ia punya masalah pada power Wi-Fi. Dia resah. Saban mengakses internet, power Wi-Fi kerap tak stabil. Kadang bekerja kuat, sekejap kemudian melemah. Banyak juga orang mengeluh soal ini.
Tak mau terus mengeluh, Anwar memutar otak. Ia ingin memberi solusi. Maka dia mencoba menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan. FFT merupakan algoritma yang kerap digunakan untuk mengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya (power) sehingga bisa stabil.
Pemikiran ini sempat dianggap remeh dan bahkan ditertawakan kalangan ilmuwan di Australia dan Jepang. Banyak ilmuwan beranggapan, jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi Anwar tetap yakin, pemikiran ini bisa menjadi solusi atas keluhan banyak orang itu.
Anwar kemudian terbang ke Amerika Serikat untuk memaparkan ide yang sama ke para ilmuwan di sana. Di sana, Anwar mendapat sambutan luar biasa. Ide yang dulu dianggap sampah itu bahkan mendapat paten. Namanya Transmitter and Receiver. Bahasa kerennya, 4G LTE.
Lebih “gila” lagi, tahun 2008, pemikiran Anwar ini dijadikan standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Swiss. Dunia pun segera mengadaptasi temuan tersebut.
Dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit. Kini dinikmati umat manusia di muka Bumi bisa menikmati Wi-Fi lebih stabil.
Inilah bukti, anak asli Indonesia, bisa menciptakan karya-karya yang mendunia. Luar biasa!

Alkisah, ada seorang anak yang sangat menyenangi bunga. Ia ingin rumahnya ditumbuhi oleh bunga-bunga indah. Karena itu, saat akan berulang tahun, ia pun meminta hadiah kepada orangtuanya.

“Papa, mama. Aku ingin sekali punya tanaman bunga yang indah seperti di taman kota, seperti waktu Papa ajak aku jalan-jalan tempo hari,” pinta si bocah.
Keesokan harinya, tepat di hari ulang tahunnya, permintaan itu dikabulkan. Sebuah pot bunga berisi tumbuhan segar diberikan sebagai hadiah.
“Terima kasih Pa, Ma.. Tapi, ini kok nggak ada bunganya?” tanya si bocah polos.
“Bunga yang kamu inginkan itu memang hanya tumbuh saat musimnya datang,” jawab kedua orangtua itu sabar. “Yang penting, rawat tanaman ini baik-baik, sirami, dan pelihara sungguh-sungguh.”
Si bocah pun mematuhi kata-kata orangtuanya. Setiap hari, disiraminya tanaman bunga yang diletakkan di pinggir jendela kamarnya itu. Hari demi hari berlalu. Tak terasa, sudah dua minggu lebih tanaman itu ada di kamar si bocah. Tanaman itu terlihat makin segar karena rajin disiram oleh si bocah. Tapi, yang ditunggu-tunggu si bocah tak kunjung tiba. Tanaman itu baru memunculkan satu dua kuncup calon bunga. Maka, si bocah pun bertanya kepada kedua orangtuanya.
“Papa Mama, mengapa aku sudah rajin menyiram dan merawat, yang muncul hanya kuncup ini? Mana bunganya?”
“Nak, sabar. Kuncup itu akan jadi bunga indah yang kamu inginkan. Terus rawat. Maka kuncup itu akan mekar pada waktunya…” nasihat kedua orangtuanya sabar.
Si bocah mengangguk. Namun, dalam hatinya ia sedikit kecewa. Sudah cukup lama ia menanam dan merawat, tapi yang ia dapat hanya kuncup bunga.
Tak terasa, seminggu kemudian, kuncup itu pun terlihat hendak mekar. Warna kuning merekah sudah terlihat dari dalam kuncup itu. Si bocah kegirangan. Dikiranya, bunga itu segera akan mekar. Maka, ia pun segera meraih kuncup bunga yang hendak merekah itu. Ia merasa, bunga itu harus dibantu untuk bisa keluar dan menghiasi kamarnya.
Tanpa ia sadar, tindakannya itu justru merontokkan bunga yang hendak mekar. Bunga yang memang sedang menunggu saat tepat untuk merekah itu justru layu saat dibantu tangan bocah untuk mekar. Bocah itu pun menangis. Ia menyesali perbuatannya yang hendak membantu mekarnya bunga, malah mematikan bunga itu.
Kisah tadi adalah sebuah pelajaran kehidupan, bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Kita bisa saja mempercepat proses untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi, jika memang belum saatnya untuk “matang”, hampir bisa dipastikan, apa yang didapat, tak memiliki fondasi yang kuat. Akibatnya, sukses yang diperoleh pun akan mudah tumbang, mudah goyah, dan mudah pula ditiup badai kehidupan. 
Karena itu, sadari sepenuhnya, bahwa semua butuh diperjuangkan dengan proses yang tak bisa instan. Justru, dengan melewati berbagai halangan, tantangan, dan kesulitan, akan mendewasakan.
Mari, jangan pernah menyerah saat proses hidup terasa menyulitkan. Sebab, di sanalah kita akan digembleng menjadi insan dengan “akar” kuat yang saatnya matang kelak, akan jadi pribadi hebat penuh manfaat.

Pada hari pernikahanku, aku ingat, pada saat itu mobil pengantin berhenti di depan apartemen kami. Teman-teman memaksaku menggendong istriku keluar dari mobil. Lalu aku menggendongnya masuk ke dalam apartemen.  Dia tersipu malu.  Saat itu, aku adalah seorang pengantin pria yang bahagia.

Itu adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari berikutnya berjalan biasa saja. Kami memiliki seorang anak. Aku menjadi seorang manager yang berusaha menghasilkan uang lebih. Ketika memperoleh kenaikan jabatan dan tanggung jawab di kantor meningkat, kasih sayang antara aku dan istriku sepertinya mulai menurun.
Istriku seorang karyawan. Setiap pagi kami pergi bersama dan pulang hampir di waktu yang bersamaan. Anak kami bersekolah di sekolah terkemuka. Kehidupan pernikahan kami terlihat bahagia, namun kehidupan yang tenang sepertinya lebih mudah terpengaruh oleh perubahan yang tak terduga.
Lalu seorang wanita bernama Jane datang ke dalam kehidupanku.
Hari itu hari yang cerah. Aku berdiri di balkon apartemen yang luas. Jane memelukku dari belakang. Sekali lagi, hatiku seperti terbenam dalam cintanya. Apartemen itu, aku belikan untuknya. Aku tahu, aku telah mengkhianati istriku.
Aku menurunkan tangan Jane dan berkata, “Kamu perlu memilih beberapa furnitur, ok? Ada yang perlu aku lakukan di perusahaan.” Dia terlihat tidak senang, karena aku telah berjanji akan menemaninya melihat-lihat furnitur untuk apartemen barunya.
Sesaat, pikiran untuk bercerai menjadi semakin jelas walaupun sebelumnya tampak mustahil. Bagaimanapun juga, akan sulit untuk mengatakannya pada istriku. Tidak peduli selembut apapun aku mengatakannya, dia akan sangat terluka. Sejujurnya, dia adalah seorang istri yang baik. Pernah suatu hari aku bertanya pada istriku dengan nada bercanda, “Kalau misalnya kita bercerai, apa yang akan kamu lakukan?”
Dia menatapku beberapa saat tanpa berkata apapun. Kelihatannya dia seseorang yang percaya bahwa perceraian tidak akan datang padanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya kalau dia tahu bahwa aku serius tentang ini.
Esoknya, ketika istriku datang ke kantor, Jane langsung keluar. Hampir semua pegawai melihat istriku dengan pandangan simpatik dan coba menyembunyikan apa yang sedang terjadi ketika berbicara dengannya. Istriku seperti mendapat sedikit petunjuk. Dia tersenyum lembut kepada bawahan-bawahanku. Tapi aku lihat ada perasaan luka di matanya.
Ketika pulang malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku genggam tangannya dan berkata, “Ada yang ingin aku bicarakan.” Dia duduk dan makan dalam diam. Lagi-lagi, aku lihat perasaan luka dari matanya.
Aku tidak bisa membuka mulutku. Tapi aku tetap harus mengatakan ini. Aku ingin bercerai. Aku mulai pembicaraan dengan tenang. Dia sepertinya tidak terganggu dengan kata-kataku, sebaliknya malah bertanya lembut, “Kenapa?”
Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini membuatnya marah. Dia melempar berteriak padaku, “Kamu bukan seorang pria!”
Malam itu, kami tidak saling bicara. Dia menangis. Aku tahu, dia ingin mencari tahu apa yg sedang terjadi di dalam pernikahan kami. Tapi aku sulit memberikan jawaban yang memuaskan, bahwa hatiku telah memilih wanita lain, Jane. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!
Dengan perasaan bersalah, aku kemudian membuat perjanjian cerai yang menyatakan bahwa istriku bisa memiliki rumah kami, mobil kami serta 30 persen dari harta kekayaan pribadiku. Dia melirik surat itu dan merobek-robeknya. Lalu ia menangis di depanku.
Dua hari kemudian, dia menyerahkan syarat perceraian. Dia tidak menginginkan apapun dariku, hanya menginginkan perhatian selama sebulan sebelum perceraian. Dia minta dalam satu bulan itu, kami berdua harus berusaha hidup sebiasa mungkin. Alasannya sederhana, anak tunggal kami sedang menghadapi ujian sekolah dalam sebulan itu dan dia tidak mau mengacaukan pikiran buah hati kami dengan kabar perceraian orangtuanya.
Aku setuju saja dengan permintaannya. Namun dia minta satu hal lagi. Dia minta selama 1 bulan setiap hari, aku menggendongnya keluar dari kamar ke pintu depan setiap pagi, seperti hari pernikahan kami dulu. Aku pikir.. dia sudah mulai gila. Aku terima saja permintaannya yang aneh itu, karena ingin membuat hari-hari terakhir kami lebih mudah diterima olehnya.
Aku beritahu Jane tentang syarat perceraian istriku. Dia tertawa keras dan berpikir hal itu berlebihan.
Aku dan istriku sudah lama tidak melakukan kontak fisik sejak keinginan untuk bercerai mulai terpikirkan olehku. Jadi, ketika aku menggendong di hari pertama, kami berdua tampak canggung. Namun anak kami bertepuk tangan di belakang kami. Katanya, “Wahhh... papa gendong mama!” Entah kenapa, kata-katanya membuat aku merasa terluka.
Aku menggendong istriku dari kamar ke ruang tamu, lalu ke pintu depan. Aku berjalan sejauh 10 meter dengan mendekap erat wanita yang aku nikahi. Dia menutup mata dan berbisik, “Jangan bilang anak kita ya, mengenai rencana perceraian ini.” Aku mengangguk, merasa sedih. Aku menurunkan di depan pintu. Dia pergi menunggu bus untuk bekerja. Aku sendiri naik mobil ke kantor.
Hari kedua, kami berdua lebih mudah melakukannya. Dia bersandar di dadaku. Aku bisa mencium wangi dari pakaiannya. Aku tersadar, sudah lama aku tidak sungguh-sungguh memperhatikan istriku. Aku sadar dia sudah tidak muda lagi. Ada garis halus di wajahnya, rambutnya ada yang memutih. Pernikahan kami telah membuatnya susah. Sesaat aku terheran-heran dan berpikir, apa yang telah aku lakukan padanya?
Hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa kedekatanku dengannya seperti kembali lagi. Wanita ini adalah seorang yang telah memberikan 10 tahun kehidupannya padaku!
Hari kelima dan keenam, aku sadar rasa kedekatan kami semakin bertumbuh. Aku tidak mengatakan ini pada Jane. Seiring berjalannya waktu, semakin mudah menggendongnya. Mungkin karena rajin olahraga membuatku semakin kuat.
Suatu pagi, aku melihat istriku sedang memilih pakaian yang  dia ingin kenakan. Dia coba beberapa helai pakaian, tetapi tidak menemukan yang pas. Dia menghela nafas, “Pakaianku semua jadi kebesaran.”
Tiba-tiba aku tersadar bahwa dia menjadi jauh lebih kurus. Inilah alasan aku bisa menggendongnya dengan mudah. Aku terpukul. Dia telah memendam rasa sakit dan kepahitan luar biasa di hatinya. Tanpa sadar, aku menyentuh dan membelai rambutnya.
Anak kami datang melongok ke dalam kamar dan berkata, “Pa, sudah waktunya menggendong mama keluar.” Bagi anak kami, melihat ayahnya menggendong ibunya keluar menjadi suatu hal yang indah dan penting dalam hidupnya. Istriku melambai pada putra kamim, kemudian memeluknya erat. Kemudian aku kembali menggendong istriku, dari kamar ke ruang tamu, ke pintu depan. Tangannya memeluk leherku dengan lembut. Aku menggendongnya dengan erat, seperti ketika di hari pernikahan kami.
Berat badannya yang semakin ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir dalam bulan itu, ketika aku menggendongnya, sulit bagiku untuk bergerak dan berkata-kata.
Aku kemudian pergi menemui Jane dan berkata padanya, “Maaf, Jane, aku tidak mau menceraikan istriku.”
Dia menatapku dengan  heran, menyentuh keningku. “Kamu demam?” tanyanya. Aku menyingkirkan tangannya. “Maaf Jane, aku bilang aku tidak akan bercerai.” Kehidupan pernikahanku selama ini terasa membosankan mungkin karena aku dan istriku tidak melihat dan menilai segala detail kehidupan kami,  bukan karena kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku sadar, sejak aku menggendongnya di hari pernikahan kami, aku harus terus menggendongnya sampai maut memisahkan kami.
Jane menamparku keras sekali dan membanting pintu sambil menangis. Aku pergi dari apartemennya dan berangkat bekerja.
Petang harinya, ketika menyetir pulang ke rumah, aku mampir ke toko bunga untuk memesan satu buket bunga yang indah untuk istriku. Penjualnya bertanya, apa yang ingin aku tulis di kartu. Aku tersenyum dan menulis, “Aku akan menggendongmu setiap pagi, sampai maut memisahkan kita.”
Aku sampai di rumah dengan buket bunga di tanganku dan senyum di wajahku. Aku berlari ke kamar lantai atas dan melihat istriku terbaring tenang di tempat tidur. Dia sudah meninggal.
Istriku ternyata telah melawan kanker selama berbulan-bulan dan aku terlalu sibuk dengan Jane sampai tidak memperhatikan perubahan yang terjadi padanya. Dia tahu dia akan segera meninggal. Dia hanya ingin menyelamatkanku dari reaksi negatif anak tunggal kami, seandainya kami jadi bercerai. Setidaknya, di mata putraku, aku adalah ayah serta suami yang penuh cinta kasih.
Pesan untuk para pembaca. Hal-hal kecil di dalam kehidupanmu adalah yang paling penting, khususnya dalam suatu hubungan. Bukan rumah besar, mobil, atau uang di bank. Semua itu memang sangat menunjang kehidupan kita, tapi tidak bisa memberikan kebahagiaan itu sendiri.
Jadi, carilah waktu untuk menjadi teman bagi pasanganmu dan lakukan hal-hal kecil bersama untuk membangun kedekatan itu. Milikilah pernikahan yang sungguh-sungguh dan bahagia!
(catatan dari blog teman)
Pada suatu hari, seorang petani yang bekerja di tanah pertanian, baru saja selesai membersihkan kandang kuda.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa sebuah arloji saku pemberian istrinya hilang dari sakunya, segera ia masuk kembali ke dalam kandang kuda untuk mencari arloji tersebut. Tetapi ia tidak menemukan arloji itu meskipun ia telah mencarinya ke seluruh kandang.
Pada saat ia keluar kandang, terlihatlah segerombolan anak-anak sedang bermain, maka ia mencoba menawarkan sayembara, barangsiapa dapat menemukan arlojinya akan diberi imbalan.
Tak pelak anak-anak itu bak segerombolan lebah menyerbu ke kandang kuda, namun tak seorang pun dapat menemukan arloji tersebut. Hal ini membuat petani itu patah semangatnya.
Pada saat itu, tiba-tiba ada seorang anak yang berseru, “Bolehkah saya sekali lagi masuk untuk mencarinya?”
Dengan sedikit ragu-ragu petani itu mengizinkan. Tidak lama kemudian anak itu keluar dengan membawa arlojinya.
Si petani dengan penuh keheranan menanyakan hal itu kepadanya mengapa bisa cepat menemukan arlojinya.
Dengan enteng anak itu menjawab, “Setelah saya masuk, saya hanya duduk diam dan mendengar, lalu saat itulah saya bisa mendengar suara detak-detak arloji itu dan kemudian saya menemukannya!”
Duduk diam dan mendengar, itulah yang perlu terus-menerus kita kembangkan di dalam hidup kita supaya kita bisa menerima petunjuk serta tuntunan Tuhan dalam hidup kita. Banyak kali kita terlalu sibuk dan dipenuhi dengan pemikiran kita sendiri, sehingga kita sulit sekali untuk bisa duduk diam dan mendengar suara Tuhan.
Hari ini, sediakan waktu terbaik Anda untuk duduk diam dan mendengar. Letakkanlah pikiran dan keinginan diri Anda sendiri supaya Anda bisa menerima petunjuk dan mendengarkan suara Tuhan.
Ketika hidup Anda terpimpin oleh petunjuk dan tuntunan Tuhan, maka Tuhan akan membawa hidup Anda masuk ke padang rumput yang hijau dan ke air yang tenang, sehingga Anda akan menemukan sebuah kehidupan yang penuh anugerah dan damai sejahtera.
Kenali lima hal yang bisa membunuh semangat dan motivasi Anda:

1. Mudah puas
Menginginkan hidup yang "lebih baik" adalah suatu permulaan yang baik, tetapi jika hanya berakhir di situ-situ saja, maka motivasi tidaklah dibutuhkan. Anda harus mempunyai hasil yang jelas yang ingin dicapai, supaya terus bergerak maju. Buat target yang sangat spesifik dan jelas yang "hidup" dalam pikiran Anda, sebuah tujuan/mimpi yang dapat Anda lihat, sentuh, dan rasakan. Ingatlah, bahwa pencapaian Anda hari ini harus membawa Anda kepada pencapaian selanjutnya.

2. Mudah kompromi
Bergerak dari tempat Anda berada menuju ke tempat yang Anda inginkan membutuhkan keberanian dalam menghadapi perubahan, risiko, dan rasa tidak nyaman. Ketika hal-hal demikian muncul, kebanyakan orang akan mulai membuat alasan-alasan untuk menghindari tantangan-tantangan yang mungkin timbul. Ketika alasan untuk mundur masuk dalam kepala Anda, motivasi untuk tetap bergerak maju akan hilang. Untuk menghindari jebakan ini, perhatikan alasan-alasan menghambat apa yang sering muncul dan paksa diri Anda untuk membuktikan bahwa alasan-alasan Anda tersebut salah!

3. Mudah jatuh
Ini adalah tantangan yang paling sering terjadi dan sangat penting untuk diperhatikan. Sebuah batu kecil sekalipun cukup untuk membuat seseorang yang sedang mengendarai sepeda berubah arah, dan mungkin sampai terjatuh. Demikian juga kehidupan Anda. Latih dan biasakan pikiran Anda bukan hanya tahu, tapi juga percaya bahwa setiap ‘batu’ yang ada di sepanjang jalan Anda adalah sebuah pengalaman belajar yang menarik, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk sukses.

4. Mudah lupa
Seharusnya seseorang melakukan sesuatu karena sebuah alasan. Jangan lakukan sesuatu jika Anda tidak tahu mengapa Anda mau/harus melakukannya. Apapun yang Anda lakukan haruslah dilakukan karena sebuah alasan. Ketika Anda tidak mempunyai cukup alasan untuk melakukan sesuatu, maka Anda juga tidak akan memiliki cukup motivasi. Jangan pernah lupa alasan mengapa Anda harus mencapai tujuan Anda. Renungkan alasan tersebut terus-menerus.

5. Mudah menyerah
Hidup itu seperti berada dalam "medan perang", apabila Anda tidak mau berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang Anda inginkan, maka Anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Di dalam peperangan tidak boleh ada kata mundur/menyerah. Berjuanglah untuk hidup Anda atau bahkan untuk orang-orang yang Anda kasihi. Keberhasilan Anda akan menjadi berkat bagi orang lain. Ingat, ketika motivasi dalam diri Anda lenyap, maka sebenarnya Anda sudah "mati", walaupun hidup secara raga.
Alkisah, suatu sore di sebuah kantor, setiap akhir bulan, hampir semua karyawan berkumpul untuk merayakan ulang tahun bersama dan sekaligus kocokan arisan. Dan ini adalah arisan periode pertama setelah berakhir periode lalu, sekaligus pimpinan perusahaan berulang tahun sehingga semua orang bersemangat datang merayakan dan berharap mendapatkan arisan yang pertama.
Saat memasuki function room, di dekat pintu masuk di atas meja, disediakan kaleng dan setiap orang wajib memasukkan kertas gulungan kecil bertuliskan nama. Nanti di akhir acara, secara acak akan diambil 1 gulungan dan nama yang tertera yang beruntung mendapatkan uang arisan.
Di sudut ruangan, terlihat wajah sendu ibu pembantu umum di kantor itu. Sikapnya khusuk dalam doa. “Tuhan, tolong hambaMu ini, semoga namaku yang keluar. Sehingga anakku yang sedang sakit bisa mendapatkan biaya untuk operasi dan sembuh seperti sediakala," pintanya sepenuh hati.
Di akhir acara, saat namanya dibacakan dari gulungan kertas kecil, tak terasa linangan air mata si ibu ikut mengiringinya.
“Terima kasih Tuhan, Engkau Maha Baik, telah mendengarkan doa hamba,” dalam hatinya mengucap doa syukur. Semua orang di ruangan itu ikut bersorak gembira. Terasa ada kelegaan menggantung di situ.
Setelah pertemuan usai, si ibu melanjutkan tugas membereskan ruangan bekas pakai itu. Ketika matanya melihat kaleng berisi gulungan nama, sebelum dimusnahkan, iseng dibukanya gulungan nama yang tersisa di dalam kaleng. Dan alangkah terkejutnya dia karena semua gulungan bertuliskan namanya! Seketika pecahlah tangisnya. Perasaan haru biru menyertai. Karena semua orang di kantor ini tidak menulis nama mereka, tetapi menulis namanya, untuk memastikan bahwa gulungan kertas mana pun yang diambil, namanya yang bakal keluar. Dia tidak menyangka, walaupun hanya pembantu di kantor itu, tetapi semua teman menyayangi dengan memastikan dialah yang mendapatkan arisan untuk biaya pengobatan.  
Secara spontan, tanpa kesepakatan sebelumnya, mereka rela memberikan haknya untuk dimanfaatkan oleh teman yang sedang dalam kesulitan. Karena sesungguhnya pada dasarnya, setiap orang sebagai makhluk yang berTuhan, memiliki bibit kebaikan di dalam dirinya. Dan secara bersamaan, saat kita memikirkan orang lain, Tuhan pasti akan memikirkan keadaan kita.
55640f230423bdc8098b4567.jpeg (600×400)

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada sebagian orang yang dapat meraih kesuksesan yang diidam-idamkan banyak orang, dan di sisi lain lebih banyak orang yang tidak berhasil meraihnya?
Saat ini begitu banyak diadakan pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar luar biasa yang mampu mengubah diri Anda menjadi yang terbaik untuk meraih apapun yang Anda inginkan. Anda mempunyai peluang yang cukup besar untuk menjalani hidup yang dinikmati oleh orang-orang yang telah sukses. Tetapi kenyataannya, hanya sedikit sekali kategori orang yang sukses. Malah sebaliknya, lebih dari 90% orang yang hidup biasa-biasa saja atau di bawah rata-rata.
Tanyalah orang-orang yang ada di sekeliling Anda apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Pertanyaan ini mungkin kedengarannya bodoh. Saya yakin semuanya pasti menjawab ‘YA’ dengan meyakinkan. Tapi lihatlah kenyataan sebenarnya, lebih banyak orang yang tidak sukses daripada yang sukses.
Permasalahannya terletak pada diri Anda sendiri. Berguna tidaknya ilmu yang Anda pelajari dari buku-buku ataupun seminar-seminar, tergantung diri Anda sendiri. Dengan kata lain, Andalah yang menciptakan kesuksesan sekaligus kegagalan Anda.

Dalam usaha meraih kesuksesan, sikap seseorang dapat terbagi 3 tipe.

1. Orang yang bersikap “saya mau sukses”.Orang dengan tipe seperti ini sulit untuk meraih sukses karena semua orang juga pasti mau sukses. Mereka hanya mau saja, atau hanya sekadar ingin, tetapi mereka tidak ingin membayar harga yang pantas untuk itu. Mereka sebenarnya tidak benar-benar mau. Orang-orang yang memiliki sikap mental yang lemah seperti ini hanya akan menjadi seorang pemimpi belaka tanpa pernah berusaha sedikitpun untuk mewujudkannya. Mereka hanya bersikap pasif dan reaktif, hanya menunggu setiap kesempatan baik datang, bukannya bersikap aktif mencari dan menciptakan peluang itu sendiri.

2. Orang yang bersikap “saya memilih untuk sukses”. Orang-orang yang memiliki sikap mental seperti ini jauh lebih bisa diandalkan daripada orang yang hanya mau sukses. Mereka membuat suatu keputusan yang kuat untuk meraih sukses. Karena mereka memilih untuk sukses, maka mereka tidak mau memilih apapun yang dapat menghalangi mereka dalam meraihnya. Mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas kesuksesan mereka sendiri.

3. Orang yang punya prinsip “saya berkomitmen untuk menjadi sukses”. Orang-orang ini tidak akan pernah menyerah apalagi mundur sebelum kesuksesan berhasil mereka raih. Mereka berkomitmen penuh 100% untuk melakukan apapun untuk meraih apa yang paling mereka impikan. Mereka tidak pernah memiliki alasan untuk berhenti dan menyerah tidak pernah ada dalam kamus hidup mereka. Mereka membakar jalan di belakang mereka sehingga tidak ada jalan lain lagi selain maju. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, uang maupun pikiran mereka untuk membayar harga sebuah kesuksesan. Mereka layaknya sebuah kereta api yang meluncur dengan kecepatan penuh sehingga tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menahan dan menghentikan mereka. Komitmen membuat mereka menjadi tak terbendung.
Ini yang membedakan antara orang yang sukses dengan yang gagal. Orang yang memiliki komitmen yang kuat bukan hanya mau sukses, tetapi juga mereka benar-benar mau sukses. Mereka berani menyatakan bahwa mereka akan meraih kesuksesan yang mereka impikan.
Sekarang tanyakan diri Anda, apakah Anda mau sukses atau benar-benar berkomitmen untuk sukses? Setiap orang ingin sukses, tetapi hanya sedikit sekali yang berusaha mewujudkannya. Semua tergantung Anda sendiri. Jika Anda telah mempelajari semua resep sukses, tetapi Anda tidak pernah berkomitmen kepada diri Anda sendiri, kemungkinan besar Anda tidak akan pernah meraih kesuksesan.
Perjalanan meraih kesuksesan penuh dengan jalan yang rusak, berlubang, berkerikil tajam, batuan besar serta jurang yang akan dengan mudah menghentikan Anda jika Anda tidak pernah mau berkomitmen. Hanya dengan komitmenlah Anda akan terus maju melewati rintangan demi rintangan untuk sampai ke tempat tujuan yang telah Anda impikan selama ini.