Hai, bagaimana kabarmu? Apakah kamu sudah melakukan apa yang kamu niatkan? Apakah ini tahun yang baik untukmu? Aku berharap kamu membaca surat ini dengan hati yang gembira, dan merasa bangga dengan apa yang sudah kamu lakukan sejauh ini. Mengenalmu, aku kuatir kamu belum berhasil menyelesaikan semua yang kamu sudah kamu rencanakan. Jika kamu berhasil, banyak selamat! Aku sangat bangga dengan dirimu. Jika belum, tetaplah bertahan. Jangan kecewa dengan dirimu sendiri. Ingatlah bahwa benih-benih tanaman pun perlu waktu untuk bisa bertunas. Dan sekalipun kita belum melihat mereka bertunas, bukan berarti benih-benih itu tidak ada di sana. Saatnya akan tiba, dan Allah bekerja di balik layar. Percayalah kepada-Nya dan sabarlah dengan dirimu sendiri. Oh ya, jangan lupa menuliskan tujuan-tujuan yang ingin kamu capai tahun depan dan sebuah surat untukku, oke?

Salam hangat,
Jick

Itulah surat yang aku tulis tahun lalu, menulis sebuah surat kepada diri kita sendiri adalah sebuah cara praktis yang dapat menolong kita mendengarkan suara hati kita.

Saat aku membaca tulisanku sendiri, aku menyadari bahwa itu adalah kali pertama aku mendengarkan diriku sendiri dengan begitu jelas.

Seringkali, kita tidak terlalu menaruh perhatian terhadap suara hati kita. Kita lebih banyak mendengarkan nasihat orang lain yang terkadang membingungkan kita, membuat kita tidak yakin dengan pikiran dan perasaan kita sendiri.

Menulis sebuah surat kepada diriku sendiri memungkinkan aku merefleksikan hidupku sepanjang tahun yang telah berlalu, dan mengajukan beberapa pertanyaan penting untuk diriku sendiri.

Bertanya akan membuat kita mau tidak mau berusaha menjawab, sama seperti kita mau tidak mau harus menentukan tujuan sebelum bisa menentukan jalan mana yang harus kita tempuh.

Menuliskan tujuan-tujuan kita dalam sebuah surat akan mengingatkan kita mengapa kita membuat keputusan untuk memilih jalan tertentu.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa kamu ajukan kepada dirimu sendiri:

Apakah kamu sedang menjalani hidup sesuai apa yang kamu harapkan?

Berapa banyak hubungan yang telah kamu bangun dan masih terus kamu pelihara?

Bagaimana kamu menghargai hubungan-hubungan yang kamu miliki?

Apa yang akan kamu lakukan dalam lima tahun ke depan?

Hal-hal apa saja yang telah kamu syukuri dan hal-hal apa saja yang akan kamu syukuri?

Apa kalimat pertama yang ingin kamu katakan kepada dirimu di masa depan (tahun 2017) ?

Pelajaran-pelajaran apa saja yang telah kamu dapatkan di sepanjang tahun 2015 yang ingin kamu ingatkan kepada dirimu sendiri di tahun 2017?

Apakah kamu siap menulis sebuah surat kepada dirimu sendiri? Selain menulis surat biasa, kamu juga bisa menuliskannya secara online.

Mari menjadikan tahun 2016 kali ini (juga tahun-tahun berikutnya tentunya) istimewa dengan mengirimkan surat istimewa ini.

Surat yang akan menolong diri kita di masa depan mendengarkan apa yang perlu kita dengar dan menjalani hidup kita dengan tujuan-tujuan yang makin jelas.

Selamat mancoba, semoga impianmu segera tercapai.

Gusti mberkahi.
(Dikutip dari tulisan Jick Siriwan)

Asada Mao adalah atlet ice skating yang sangat berbakat dan merupakan kebanggan dari bangsa Jepang. Asada Mao telah menjuarai berbagai kejuaran, termasuk Olimpiade. Namun tanpa disangka pada tahun 2015 Asada Mao atlet berbakat itu dikalahkan oleh seorang atlet muda yang belum memiliki pengalaman sebanyak dirinya. Hal ini membuat banyak orang tercengang bahkan terheran-heran.
Satoko Miyahara, atlet muda yang berhasil mengalahkannya, sebenarnya adalah atlet yang tidak terlalu berbakat. Namun semangatnya yang luarbiasa itulah yang membuatnya menjadi pemenang. Satoko terus berjuang untuk memperbesar kapasitasnya, ia berlatih dengan sangat keras dan disiplin.
Kalau untuk pemain berbakat, pelatihnya memerintahkan mengulang gerakan sebanyak 25x, maka kepada Satoko pelatih memerintahkan mengulang gerakan sebanyak 50x.
Namun Satoko tidak mengulangnya sebanyak 50x, melainkan 100x! Ia sungguh-sungguh berjuang dengan keras, konsisten dan sangat disiplin.
Itulah yang akhirnya bisa membuat dia menang dan mengalahkan seorang pemain berbakat yang sudah berpengalaman! Satoko tidak kecil hati, minder, atau pesimis saat harus menghadapi lawannya yang senior, sebaliknya ia terus berjuang meningkatkan kapasitas kemampuannya sampai ia berhasil meraih kemenangan.
Kalau Anda saat ini merasa tidak berbakat, tidak memiliki apa-apa yang bisa dibanggakan, atau merasa tidak bisa apa-apa, jangan berkecil hati, sebab kemenangan Anda tidak ditentukan oleh apa yang Anda miliki atau tidak miliki, tetapi oleh perjuangan, kerja keras, dan komitmen Anda untuk bergerak maju dan meraih kemenangan.
Gusti mberkahi.
Alkisah di sebuah negeri, ada dua orang pemuda yang sedang mengikuti perlombaan memanah. Sang pemenang akan diangkat menjadi panglima kerajaan. Syaratnya, dengan hanya tiga buah anak panah, mereka diharuskan berhasil memanah kijang di hutan. Siapa yang berhasil mencapai target lebih awal, dialah yang akan diangkat menjadi panglima.

Maka, hari itu juga, kedua pemuda itu pun berangkat ke tepi hutan. Namun rupanya, cuaca kurang bersahabat. Saat itu kabut tebal menyelimuti hutan. Kedua pemuda itu menemui kendala yang tidak mereka duga.
Pemuda pertama, setelah menimbang-nimbang, memilih untuk menunggu kabut menghilang. Ia berpikir, cuaca semacam itu pasti akan segera berlalu. Maka, ia memilih untuk mendirikan tenda sementara di tepi hutan, sembari tetap waspada, siapa tahu ada kijang yang tersesat ke tepi hutan. Pemuda ini memilih menunggu datangnya waktu terbaik.
Pemuda kedua berpikiran lain. Justru dengan kabut yang tebal, ia berpikir pastilah kijang-kijang tak bakal menduga bakal datangnya bahaya. Dan memang, di tengah kabut tebal, biasanya binatang-binatang lebih memilih berdiam diri. Maka, dengan kenekadannya, ia pun masuk ke dalam hutan yang gelap. Ia memilih mengambil risiko untuk tetap masuk berburu ke dalam hutan karena melihat pesaingnya lebih memilih menunggu.  Dengan instingnya, ia mencoba mengadu keberuntungan.
Karena anak panah yang diperbolehkan hanya tiga, ia pun mengatur siasat. Panah pertama dilesatkan ke dalam hutan yang dianggap berpotensi ada kijang, untuk mengganggu mereka dari sarangnya. Panah pertama terbuang sia-sia. Panah kedua lalu dilesatkan dengan lebih hati-hati. Terdengar suara keributan kijang-kijang yang sepertinya terusik oleh panah itu. Tapi, panahnya tinggal satu. Pilihannya adalah melesatkan panah terakhir ke arah suara itu, atau kesempatan segera menghilang.
Panah terakhir pun akhirnya dilesatkannya. Tak ada suara. Ia pun sepertinya telah kehilangan kesempatan untuk menjadi panglima.
Akan tetapi tiba-tiba muncullah seekor kijang yang terluka kakinya, ke hadapannya. Dengan mudah, ia pun berhasil menangkap kijang itu. Rupanya, meski panahnya meleset, sekumpulan kijang itu panik berlarian tak tentu arah, dan salah satunya terjatuh sehingga kakinya pincang. Kijang itulah yang kemudian berhasil ditangkap si pemuda.
Dari kisah ilustrasi di atas, misalnya, kita bisa belajar bahwa untuk meraih sesuatu, memang acapkali kenekadan—dengan risiko terukur tentunya—perlu dikedepankan. Kita memang tak pernah tahu dan bisa menebak bagaimana dan apa yang terjadi di masa mendatang. Tapi, kalau bisnis tak berani menempuh risiko, banyak peluang akan terlewatkan.
Tentu, butuh kebijaksanaan dalam persiapan menghadapi risiko. Namun, dengan keberanian dan tekad meraih kesuksesan, risiko justru akan jadi bagian penting untuk pembelajaran dan memajukan perusahaan.
Terus berjuang, berupaya, dan bekerja dengan maksimal dan penuh keberanian.
Gusti mberkahi.
Sumber : Koran SINDO, edisi Senin 11/1/2016
il_fullxfull-389358908_hzuu.jpg (1500×1000)

Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur, tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya. Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun.
"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" Sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.
Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, "Selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?"
"Eh, selamat pagi, Paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini."
Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu.."
"Wah ide paman hebat sekali!" Segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja," katanya dalam hati dengan gembira.
Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun.
Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulahnya sambil berkata " Anakku, musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun-daun yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk dibersihkan,
Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok.
Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang, setuju?" Sang kepala asrama memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti.
"Setuju, Paman. Terima kasih atas pelajarannya," segera anak itu berlari menghampiri sapunya.
Kalau kita bekerja dengan suasana hati yang tidak gembira , maka semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa berat dan mudah timbul perasaaan bosan.
Pepatah bijak mengatakan, selesaikan pekerjaaan hari ini dengan baik, besok masih ada pekerjaan baru yang harus diselesaikan. 
Kalau kita telah mampu menikmati setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan dan setiap besok menjadi harapan yang menggairahkan.
Sehingga kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa "bekerja adalah ibadah."
Gusti mberkahi.

"Sebagai istri, saya tentu ingin disayang suami. Belajar masak, rajin bersih-bersih rumah, berlaku lembut penuh cinta kepada suami, dan berusaha hemat dalam penggunaan uang belanja biar disebut istri cerdas dan yang tersayang."

Setiap kali belanja kemana pun, saya pasti ngotot berusaha menawar dagangan dengan harga semurah mungkin. Diskon seribu dua ribu saya kejar, padahal energi yang dikeluarkan untuk tawar-menawar panjang bisa lebih dari itu. Tapi demi disayang suami, saya tetep ngotot. Tak jarang suami yang mengantar geleng-geleng kepala. Saya sih cuek saja, istri pelitnya ini selalu beralasan sama, "Kan biar hemat.."
Suatu sore setelah lelah keliling pasar, di perjalanan menuju parkiran mobil, seorang pedagang tanaman bunga yang berusia sepuh menawarkan dagangannya, “Bu, beli dagangan bapak, bibit bunga mawar 5 pot, cuma 25.000 per pot."
Tadinya saya cuek, tapi saya tiba-tiba teringat pekarangan mungil di rumah yang kosong. "Wah murah nih," pikir saya. "Cuma 25.000/pot, tapi ah pasti bisa ditawar!"
“Ah mahal banget Pak, masa 25.000, sudah 10.000 per pot,” dengan gaya cuek saya menawar sadis.
“Jangan Bu, ini bibit bagus. Bapak jual sudah murah. Kalau 15.000 saja gimana Bu, sudah sore, Bapak mau pulang.”
Saya ragu sejenak. Ya memang murah sih. Di toko bunga, bibit bunga mawar seperti ini paling tidak 45.000 harga 1 pot nya. Tapi bukan saya dong kalau tidak berjuang.
Saya pun berkata, “Sudalah Pak, 10.000 ribu saja satu. Kalau tidak dikasih, ya tidak apa-apa,” saya pura-pura beranjak hendak pergi.
Pedagang sepuh itu ragu sejenak, kemudian menghela nafas. “Ya sudah Bu, tidak apa-apa 10.000, tapi tolong ambil semuanya ya, Bapak mau pulang, sudah sore.”
Saya pun bersorak dalam hati, "Yeees…menang!"
“Oke pak, jadi 50.000 ribu ya untuk lima pot. Bawain sekalian ya Pak ke mobil saya, tuh yang di ujung parkiran.”
Saya pun melenggang pergi menyusul suami yang sudah duluan. Si bapak pedagang mengikuti di belakang. Sesampainya di parkiran, si bapak membantu menaruh pot-pot tadi ke dalam mobil. Setelah saya membayar 50.000 lalu, si bapak tadi segera pergi. Lalu terjadilah percakapan berikut dengan suami saya.
"Bagus kan Sayang, aku dapat 5 pot bibit bunga mawar dengan harga murah.”
“Oohh.. berapa kamu bayar?” tanya suami saya.
“50 ribu.”
“Hah…!!! Itu semua 5 pot?” Dia terkejut. 
“Iya dong… Hebat kan, aku nawarnya?" Tadi bapak itu nawarinnya 25.000 untuk satu pot,” kata saya sambil tersenyum lebar dan bangga.
Kali ini, suami saya marah. "Gila kamu, sadis amat! Pokoknya aku enggak mau tahu. Kamu susul si bapak sekarang. Kamu bayar dia 125.000 ditambah upah bawain pot-pot bunga ke mobil 25.000. Nih uangnya 150.000. Kamu kejar!” Suami membentak keras. 
Saya bertanya kebingungan. “Tapi…kenapa..?”
Suami saya makin keras suaranya, “Cepat susul sana, tunggu apa lagi?”
Tidak ingin dibentak lagi, saya langsung turun dari mobil dan berlari mengejar si bapak tua. Saya lihat dia hendak naik angkot di pinggir jalan.
"Pak, tunggu Pak!"
"Eh Bu, ada apa?" Si Bapak terkejut melihat kedatangan saya.
“Pak, ini uang 150.000 dari suami saya. Katanya buat Bapak. Bapak terima ya."
“Lho, Ibu kan tadi sudah bayar 50.000, benar kok uangnya,” kata si bapak keheranan.
"Kata suami saya, harga bunga bapak pantasnya dihargain segini,” kata saya sambil menyerahkan uang 150.000 ke tangannya.
Bapak itu tercenung, kemudian menjawab sambil terisak, "Terima kasih Bu... Mungkin ini jawaban doa Bapak. Sedari pagi, seharian dagangan Bapak enggak ada yang beli, yang noleh pun enggak ada. Anak istri bapak lagi sakit di rumah, enggak ada uang buat berobat. Pas Ibu nawar, Bapak pikir enggak apa-apa harga segitu asal ada uang buat beli makan secukupnya. Ini Bapak mau buru-buru pulang, kasihan mereka nunggu. Makasih ya Bu, suami ibu orang baik. Ibu juga baik, jadi istri nurut sama suami. Sudah ya Bu, Bapak pamit mau pulang…"  Dan si bapak pun berlalu.
Saya tanpa bisa berkata apa pun, berjalan kembali ke mobil. Sepanjang perjalanan, saya menangis dalam renungan dan kesadaran baru. Benar kata suami, tidak pantas menghargai jerih payah orang dengan harga semurah mungkin, hanya karena kita ingin sangat berhemat.
Berapa banyak usaha si bapak sampai bibit itu siap dijual? Tidak terpikirkan oleh saya. Sejak itu, saya berubah dan tak pernah lagi menawar kepada pedagang kecil manapun.
Percaya saja, bahwa rejeki sudah diatur oleh Tuhan.
Gusti mberkahi. (Sumber perenungan seseorang)
tawon-elang-copy.jpg (400×317)

Di pagi yang cerah, di antara rindangnya pepohonan, tampak seekor burung elang sedang bermalas-malasan beristirahat di dahan sebatang pohon. Selama beberapa hari burung elang berulang kali hinggap di dahan pohon yang sama karena tertarik mengamati kegiatan segerombolan tawon (lebah) yang terlihat sibuk bekerja bersama-sama membuat sarang yang berjuntai di dahan sebatang pohon.

Tampak seekor tawon sebentar terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, mengisap sari madu, dan terbang kembali ke dahan memberikan sari madu ke sarangnya, dan begitu seterusnya. Burung elang dengan tidak sabar menegur seekor tawon yang sedang terbang di dekatnya, "Hai tawon kecil, kamu sibuk terbang dari satu bunga ke tempat sarangmu, memangnya apa yang sedang kamu kerjakan?"
Tawon pun menjawab: "Aku dan kawan-kawan sedang membuat sarang."
"Untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu? Umur tawon kan sangat pendek. Sudahlah..., tidak perlu susah-susah bekerja! Santai-santai saja dan nikmati kehidupanmu yang singkat itu." Demikian burung elang menasihati si tawon.
"Umurku memang tidak sepanjang umurmu burung elang. Tapi justru karena pendeknya waktu yang aku punya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku harus bekerja giat dan lebih rajin agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami," jawab tawon.
"Untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat, toh kamu akan segera mati," elang menanggapi dengan cepat. "Maka, kamu pun tidak bisa menikmati sarang yang telah dibuat dengan susah payah."
"Hahaha, tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali caramu berpikir. Justru umur kami yang singkat inilah yang harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek tetapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah dilakukan seumur hidup kami. Itulah arti keberadaan kami," pungkas tawon kecil sambil terbang berlalu.
Mendengar ucapan tawon kecil, si burung elang terdiam. Ia tidak mampu berkata-kata lagi dan bersombong diri. Ternyata di balik penampilan makhluk yang kecil dan berumur pendek, kehidupan mereka pun memiliki arti tersendiri.
Jika di setiap penggal waktu yang kita punya, kita punya dedikasi untuk melakukan yang terbaik serta mampu bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri (apalagi juga bermanfaat bagi orang lain) niscaya tiap hari yang kita jalani adalah hari yang penuh gairah, gembira, optimis, produktif, dan dinamis!
Gusti mberkahi.
pemimpin.jpg (280×158)

Berikut ini adalah beberapa tanda bahwa Anda seorang pemimpin yang baik (tapi Anda mungkin tidak menyadarinya):
1. Mudah didekati
Jika Anda mendapati bahwa seringkali teman atau rekan kerja meminta nasihat atau pendapat Anda, itu artinya mereka menghargai dan menilai Anda adalah orang yang tepat untuk memberikan nasihat. Mudah didekati adalah salah satu kualitas penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
2. Tetap tersenyum, meski dalam kesulitan
Menjaga profesionalitas adalah tetap berusaha untuk mendengarkan dengan baik dan berpikir dengan tenang dalam berbagai kondisi. Tetap tersenyum dan tidak terbawa emosi saat situasi sulit dan penuh tekanan!
3. Berpikiran terbuka
Berpikiran terbuka adalah salah satu keahlian utama menjadi pemimpin yang baik. Karena pemimpin yang baik tahu kelebihan dan bisa menerima kekurangannya. Jika Anda bisa menerima sebuah saran dan kritik yang membangun, maka Anda adalah seorang pemimpin.
4. Berterus terang
Tegas dan tidak bertele-tele dalam menyampaikan segala sesuatu. Tidak berusaha mempermanis sebuah pembicaraan tapi langsung pada intinya. Itu adalah contoh salah satu sifat pemimpin sejati.
5. Bertanggung jawab, meskipun terpaksa
Ada waktu di mana Anda merasa malas untuk beraktivitas. Di saat orang lain memilih untuk bersantai, Anda tetap memaksakan diri untuk bangkit dan melakukan pekerjaan (karena ada orang lain yang bergantung pada Anda). Ada masanya seorang pemimpin harus tetap maju dan bertanggung jawab di saat tidak ada orang lain yang ingin melakukannya.
6. Memperlakukan orang lain sama tanpa didasari oleh perasaan pribadi/mood
Baik itu di rumah, sekolah maupun di kantor, seburuk apa pun yang terjadi pada hari itu, Anda memperlakukan orang di sekitar Anda dengan perlakuan yang sama. Seorang pemimpin yang baik bisa memilah antara urusan pribadi dan urusan profesional.
7. Percaya diri tapi tidak takut untuk meminta bantuan atau dukungan
Pemimpin yang baik sekalipun, tidaklah sempurna. Mereka yakin dengan pilihan dan keputusan yang dibuat tetapi mereka tidak takut untuk meminta saran ataupun bantuan ketika diperlukan. Jika Anda merasa terjebak dalam suatu keadaan dan kemudian meminta bantuan atau saran dari orang lain, itu adalah hal yang baik.
8. Memiliki banyak energi positif
Seorang pemimpin yang baik bisa tetap bersikap optimis dan menyebarkan energi yang positif dalam situasi seburuk apapun. Hal ini penting karena ketika anggota lain di tim mulai patah semangat dan pesimis, mereka membutuhkan rasa optimis dari pemimpin untuk mengobarkan kembali semangat mereka. Jika Anda selalu bisa melihat segi positif dari setiap kejadian seburuk apapun dan mampu menularkan energi positif Anda, maka bisa dikatakan Anda memang berpotensi untuk menjadi pemimpin.
9. Menolong tanpa pamrih
Apakah Anda pernah membantu menyelesaikan tugas orang lain hanya karena tugas tersebut memang harus diselesaikan dan bukan karena anda diperintah untuk membantu?  Pemimpin yang baik selalu menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dari siapapun.
10. Peduli dengan tulus
Jika Anda lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan sendiri, meluangkan waktu untuk orang lain karena Anda benar-benar peduli akan perasaab/keberadaan orang lain, maka Anda memang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin.
Punya beberapa poin di atas? Besar kemungkinan bahwa Anda bisa menjadi seorang pemimpin.
Hanya perlu sedikit keberanian untuk lebih percaya diri dan berinisiatif mewujudkannya.
Tidak ada yang bisa menghentikan Anda untuk menjadi sosok yang anda inginkan, kecuali diri Anda sendiri.
Gusti mberkahi.
positif-negatif.jpg (960×960)
Alkisah di lereng barat sebuah pegunungan, tumbuh sebatang pohon Sequoia yang sangat tinggi dan besar. Tingginya yang menjulang ke langit, membuat Sequoia termasuk pohon terbesar dan tertinggi di dunia. Umurnya pun tergolong sangat panjang. Meski menghadapi berbagai amukan ganas alam semesta—banjir, badai dan kekeringan—tapi pohon itu masih tetap tegak dan kokoh berdiri.
Namun beberapa tahun yang lalu, seekor kumbang kecil mulai membenamkan diri ke dalam kulit pohon Sequoia untuk bertelur. Mula-mula peristiwa ini tampak sangat kecil dan tak berarti, namun dengan segera, jumlah kumbang tersebut menjadi berlipat ganda. Mula-mula beratus-ratus, kemudian beribu-ribu, dan akhirnya berjuta-juta. Semula mereka hanya menggerogoti kulit kayu, tapi kemudian makin dalam dan semakin dalam lagi sehingga berhasil menembus batangnya, bahkan akhirnya kumbang-kumbang itu berhasil memakan inti batang pohon raksasa tersebut.
Pada suatu hari, hujan turun dengan sangat deras disertai angin kencang. Dan ketika halilintar menyambarnya, pohon Sequoia raksasa yang hebat itu pun roboh. Ia tumbang lebih karena pengaruh yang melemahkan dirinya, yakni dari kumbang-kumbang kecil yang begitu banyak jumlahnya, yang telah menggerogotinya secara perlahan-lahan.
Secara perlahan tapi pasti, suatu kebiasaan buruk akan menggerogoti manusia, sampai pada suatu saat—sebagaimana Sequoia—ia pun pasti roboh.
Mari, tetap konsisten berpikir dan bertindak positif (optimis, rajin, disiplin, jujur, dll).
Jika muncul sedikit saja sikap negatif, segera basmi!
Semoga bisa membuat kualitas hidup kita semakin baik pula.
Gusti mberkahi.
2199 (480×280)

Alkisah, di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.
Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.
Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"
Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.
"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".
"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.
"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."
"Apa itu?" tanya baginda penasaran.
"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".
Kata-Bijak-Keluarga-Teladan-Rasul.jpg (700×595)

Dikisahkan disebuah kota yang ramai, hiduplah sepasang suami istri bersama anak-anaknya yang masih kecil. Mereka hidup bahagia dengan melewati hari-hari dengan sederhana. Dengan bekal sebagai seorang pedagang manisan, sang suami giat mencari uang demi anak dan istri tercinta.
Tak terasa waktu demi waktu telah berlalu, dan anak-anaknya pun telah kian dewasa. Si sulung yang telah menamatkan pendidikan tingginya, telah berhasil mendapatkan kerjaan yang layak. Dengan giat setiap hari dia bekerja, dan dia pun berhasil mendapatkan posisi yang baik di perusahaan, karena ketekunannya.
Tanpa disadari, waktu dan kehidupan si sulung lama kelamaan hanya dicurahkannya pada kantor dan temen-temen sekerjanya. Dia pun mulai kehilangan waktu untuk sekadar berbicara dan berbagi dengan keluarganya. Setiap pukul 6 pagi, dengan cepat dia berangkat kerja. Saat tengah malam, barulah dia menginjakkan kakinya di depan pintu rumahnya, hanya sekadar untuk beristirahat. Demikian seterusnya.
Orang tua dan adik-adiknya hanya bisa mendukungnya tanpa pernah mengeluh sedikit pun, walaupun terkadang mereka juga merindukan untuk dapat berkumpul bersama si sulung barang sejenak, sekedar untuk berbagi cerita.
Pada suatu pagi sang ayah yang telah lama menderita penyakit gula, mendadak pingsan dan kritis keadaannya. Sang istri yang begitu panik segera melarikannya ke rumah sakit untuk dirawat. Anak-anaknya yang lain pun segera menjenguk ayahnya yang kritis di rumah sakit, hanya si sulung yang tidak tampak. Adik-adiknya berusaha menghubunginya sang kakak di kantornya, namun sang kakak hanya mengatakan akan segera menjenguk setelah pekerjaannya selesai di kantor.
Semakin malam masa kritis sang ayah pun tidak membaik, dan akhirnya sang ayah pun meninggal dunia. Sang istri dan anak-anaknya pun bersedih, namun si sulung pun tidak tampak di antara mereka. Dan tak lama dari waktu sang ayah meninggal, barulah si sulung menjenguk ayahnya. Namun dia telah terlambat, karena sang ayah telah meninggalkannya untuk selamanya.
Hanya penyesalan yang menyelimuti perasaan si sulung, karena kesibukannya dalam pekerjaan mengalahkan arti sebuah keluarga dalam hatinya.
Pepatah Tiongkok lama mengatakan "keluarga adalah mutiara". Begitu berharganya nilai sebuah keluarga sehingga dia disamakan dengan mutiara. Karena dari sebuah keluargalah kita lahir, tumbuh dan dewasa. Sehingga begitu dalam makna keluarga yang harus kita patrikan di dalam hati kita kelak dan selamanya.
Kadangkala kita dengan alasan kerja mengabaikan keluarga kita, suami, istri, orang tua ataupun anak-anak kita. Namun kita lupa bahwa sesungguh kebahagiaan sejati bukan hanya diukur dari materi namun dari kehangatan sejati yang kita peroleh dari saling berbagi dalam kebersamaan sebuah keluarga.
Kita boleh bersosialisasi dengan orang diluar keluarga kita, namun alangkah bijaknya jika kita juga bisa meluangkan waktu, untuk kebersamaan yang berkualitas, untuk orang-orang terkasih.
Pada kondisi apapun juga Keluarga Tetap No. 1, Semangat Berkumpul Dengan Keluarga. Gusti mberkahi.

Burung-makan-jangkrik.gif (400×225)

Alkisah, seekor jangkrik muda keluar dari liang rumahnya di tengah hutan. Ia mendengar nyanyian yang merdu. Maka ia pun segera mencari sumber suara tersebut. Lalu dilihatnya seekor burung sedang berkicau di atas dahan pohon.

Jangkrik muda pun bertanya, “Hai, engkau siapa? Mengapa bisa menyanyi demikian merdu?”
Si burung menjawab, “Hai juga. Aku Nuri. Aku tidak tahu mengapa bisa menyanyi merdu. Tapi yang pasti, sejak kecil aku memang sudah seperti ini.”
Saat itu, dari kejauhan terdengar kembali suara nyanyian lain yang jauh lebih merdu. Jangkrik muda pun melompat-lompat menuju suara nyanyian. Tak lama, ia bertemu dengan seekor burung yang juga sedang berkicau di dahan pohon lain.
Jangkrik muda pun bertanya, “Hai, siapa namamu? Nyanyianmu lebih merdu dari si Nuri.”
“Aku Kutilang. Sejak kecil aku memang sudah banyak mengenal lagu dan belajar menyanyikannya dengan suara kicauanku.”
Namun, mendadak terdengar irama seperti seruling yang mengalun teratur. Jangkrik muda pun dengan antusias menuju ke arah suara tersebut. Sampai di situ, dia bertemu seekor jangkrik dewasa yang sedang mengerik. Katanya heran, ”Rupamu sama seperti aku! Tapi mengapa suaraku tidak bisa sepertimu?”
Jangkrik dewasa menjawab, “Kita memang sama-sama jangkrik, jadi kamu pun bisa seperti aku. Kalau mau, aku ajari.”
Jangkrik kecil pun dengan semangat mulai belajar menyanyi. Tetapi, setelah dicoba terus-menerus, suaranya tidak bisa keluar dengan nyaring. Setelah beberapa hari, jangkrik kecil mendatangi jangkrik dewasa sambil mengeluh. “Aku sudah berusaha mati-matian, tapi tetap saja belum bisa menyanyikan lagu yang indah. Aku bosan!”
Dengan sabar, jangkrik dewasa pun menjawab, “Aku sudah berlatih setiap hari terus menerus selama berbulan-bulan. Kamu baru belajar beberapa hari, mana mungkin suaramu bisa sama sepertiku? Jika kamu ingin bernyanyi lebih nyaring dari suaraku, jangan berhenti mencoba dan berlatih. Setelah pita suaramu terlatih dengan baik, maka suatu hari nanti nyanyianmu pasti akan lebih nyaring dariku.”
Mendengar jawaban tersebut, jangkrik kecil pun tersadar. Maka, saat hari sudah gelap, si jangkrik pun kembali berlatih. Bahkan, saat manusia sudah terlelap di alam mimpi, jangkrik muda makin giat berlatih menyanyi. Dan akhirnya, suatu hari terdengarlah nyanyian nyaring si jangkrik muda, kriiik-kriiik-kriiik.
Terkadang Rumput Tetangga Lebih Hijau dari Rumput Kita, dan Kita Merasa Iri dan Ingin Memilikinya.
Kita Tidak Tahu Bagaimana Mereka Mencapai Kesuksesannya, yang Kita Mau Hanya Ingin Mencapai Sukses Seperti Mereka Dengan Instant.
Bisa Karena Terbiasa adalah Kuncinya, Semangat Mencoba. Gusti mberkahi.
strong.jpg (346×346)

Pada suatu pagi sebuah gedung sekolah di sebuah desa terbakar. Seorang anak laki-laki pingsan dan ditarik keluar dari bangunan yang terbakar itu. Ia mengalami luka bakar yang parah pada seluruh bagian bawah tubuhnya. Dan, ia segera dibawa ke rumah sakit daerah yang terdekat.
Dari tempat tidurnya, dalam keadaan setengah sadar, si anak laki-laki yang tebakar secara mengerikan itu, secara sayup-sayup mendengar pembicaraan antara dokter dan ibunya.
Dokter memberitahukan bahwa sang anak pasti akan mati, tetapi hal tersebut merupakan hal terbaik. Karena bila ia hidup, luka bakarnya telah menghancurkan bagian bawah tubuhnya.
Anak pemberani itu tidak ingin mati. Ia bertekad untuk tetap bertahan hidup. Entah dengan cara bagaimana, ia terus dapat bertahan hidup. Hal itu membuat dokter sangat heran.
Ketika bahaya maut itu berlalu, ia sekali lagi mendengar dokter dan ibunya berbicara dengan pelan, bahwa ia pasti akan lumpuh seumur hidup dan tidak akan dapat memanfaatkan semua anggota tubuh bagian bawahnya.
Tetapi, anak ini mengeraskan tekadnya bahwa ia tidak akan lumpuh, meskipun ketika ia mencoba, ia tidak dapat bergerak. Setiap hari ibunya memijat kakinya yang kecil itu, namun kakinya tetap tidak bisa merasakan dan tidak dapat digerakkan. Namun, niatnya untuk berjalan masih tetap sekuat dahulu.
Pada suatu hari ibunya mendorong kursi rodanya keluar menuju halaman agar ia dapat menghirup udara segar. Hari itu, ia mencoba lagi dengan keras untuk berjalan. Ia menyeret dirinya sendiri melintasi rerumputan, menarik kedua kakinya di belakang tubuhnya. Ia mulai melakukan hal ini setiap hari. Tidak ada hal lain yang diinginkannya kecuali menghidupkan kedua kakinya.
Akhirnya, melalui pijatan setiap hari, tekad baja, dan keteguhan hatinya, ia mampu berdiri, kemudian mulai berjalan tertatih-tatih, berjalan sendiri, dan kemudian berlari.
Di universitas, ia membentuk sebuah tim lari. Selanjutnya di Madison Square Garden, pemuda yang secara medis diduga tidak akan pernah dapat berjalan lagi, pemuda yang teguh hatinya ini, Dr. Glenn Cunningham, memecahkan rekor dunia lari untuk jarak 1.500 meter!
Tekad yang kuat dan hati yang teguh adalah kunci mengalami kemenangan. Rintangan, halangan dan tantangan sebesar apapun akan bisa diatasi oleh orang-orang yang tidak bimbang hatinya. Hari ini, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, jangan mudah menyerah terhadap tantangan yang ada.
"Karena Tekad yang Kuat dan Tanpa Menyerah Menjadikan Dr. Glenn Cunningham Bisa Karena Terbiasa."
Gusti mberkahi.
Kesetiaan-tips-madjongkedotcom.jpg (604×444)

Nama Li Ka-shing tentunya tidak asing lagi bagi Anda yang menjadi pelaku di dunia bisnis. Ia adalah salah satu orang terkaya di dunia dan merupakan orang terkaya di Asia versi Forbes di tahun 2014. Kita sekarang tidak akan membahas mengenai kisah sukses Li Ka-shing, melainkan sopir pribadinya yang selalu mengantar Li Ka-shing kemanapun ia pergi.
Pada saat sopir pribadi Li Ka-shing sudah mencapai masa pensiun, Li Ka-shing hendak memberinya hadiah sebesar dua juta dolar Hong Kong. Jika dirupiahkan, nilai pemberian itu mencapai lebih dari tiga miliar rupiah.
Hal yang mengejutkan terjadi; sopir Li Ka-shing menolak pemberian tersebut karena ia sudah memiliki tabungan sebesar sepuluh kali lipat dari yang akan diberikan oleh Li Ka-shing.
Darimana sopir ini bisa mendapatkan uang hingga senilai lebih dari dua puluh juta dolar Hong Kong padahal gaji tahunannya hanya beberapa ribu dolar Hong Kong saja?
Ternyata, si sopir ini ini selalu memperhatikan apa yang Li Ka-shing bicarakan di kursi belakang mobilnya. Saham apapun yang Li Ka-shing beli, sopir ini pun membelinya sekalipun dengan nilai yang jauh lebih kecil. Ia tahu bahwa keputusan yang diambil oleh tuannya itu adalah keputusan bisnis yang tepat.
Keuntungan demi keuntungan pun mengalir dari nilai-nilai yang kecil hingga pada akhirnya terkumpul keuntungan yang nilainya sangat besar.
Jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil yang sedang kita alami sekarang. Karena itu semua adalah modal untuk kita dapat mengerjakan hal-hal besar dikemudian hari.
Gusti mberkahi.