Manusia adalah makhluk sosial, hidup selalu membutuhkan orang lain. Coba Anda amati, mulai dari lahir, seorang bayi membutuhkan orang lain, mulai dari ibu yang melahirkannya, dokter kandungan yang membantu kelahirannya, bahkan para perawat yang membantu persalinannya.
Pada tahap kehidupan selanjutnya, bayi tersebut bertumbuh menjadi seorang anak yang tidak terlepas dari peran lingkungan keluarga dan sekolah yang mendidik dan membesarkannya.
Setelah lulus kuliah, bekerja, dan mandiri secara karakter maupun finansial, seseorang pun tetap tidak dapat hidup seorang diri. Ia membutuhkan hubungan dengan orang lain di tempatnya bekerja, seperti dengan atasan, bawahan, maupun rekan sejawat.
Banyak orang mendefinisikan kesuksesan sebagai pencapaian seseorang secara finansial. Lebih kaya berarti lebih sukses. Apakah hal itu benar?
Dalam sebuah sesi seminar dikatakan bahwa ada 6 jenis kesuksesan yang dapat Anda bangun, yaitu kesuksesan materi, kesuksesan jasmani (kesehatan), kesuksesan jiwa, kesuksesan rohani (hubungan dengan Tuhan), kesuksesan dalam keluarga, dan kesuksesan sosial.
Tiga kesuksesan terakhir yang disebutkan berbicara tentang hubungan. Apa artinya? Artinya antara kesuksesan pribadi dan kesuksesan dengan orang lain haruslah seimbang.
Hal inilah yang sering dilupakan oleh orang-orang. Mereka lalai untuk membangun hubungan yang baik dengan Tuhan, keluarga, dan lingkungan sosial mereka dengan mengorbankan waktu membangun hubungan demi mengejar kesuksesan pribadi. Apakah Anda orangnya?
Gao Fenghan (1683-1748 SM) adalah seorang seniman terkenal pada Dinasti Qing, banyak lukisan pada Dinasti Qing adalah hasil karyanya. Pada suatu hari, ketika Gao Fenghan sedang dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang pengemis tua yang buta. Ia memegang sebuah mangkuk, mengemis di jalanan dengan sangat menyedihkan. Timbul rasa kasihan di hati Gao Fenghan. Ia kemudian membawa pengemis tersebut pulang ke rumahnya serta mengundang pengemis tersebut makan.
Setelah selesai makan, Gao Fenghan mencuci bersih mangkok makanan pengemis itu kemudian menulis sebaris kata di mangkok tersebut. “Langit kelabu gelap, jalan di depan samar-samar, langkah kaki tidak bebas berkelana di dunia, susah mendapatkan semangkok nasi cuma-cuma.” Lalu ia membubuhi tanda tangan dibawahnya.
Pengemis ini membawa mangkok itu kemanapun, kemudian semua orang berebutan mengundang dia makan untuk menikmati karya Gao Fenghan yang terkenal. Mulai saat itu setiap hari pengemis itu dapat makan dengan kenyang. Pada saat pengemis tersebut meninggal, berkat dari menjual mangkoknya, ia bisa mempunyai uang untuk mengurus pengebumiannya.
Setiap orang mempunyai bahasa yang berbeda supaya merasa dikasihi. Ada orang yang akan merasa dikasihi apabila kita mendengarkan mereka, ada orang yang merasa dikasihi apabila kita memberikan kata-kata pujian kepada mereka, ada orang yang merasa dikasihi kalau kita memberikan hadiah-hadiah kepada mereka, dan lain sebagainya.
Dalam kisah di atas, Gao Fenghan menggunakan bahasa kasih dengan memberikan karya tangannya yang menjadi jawaban hidup bagi pengemis tersebut. Mulai sekarang pelajari bahasa kasih orang-orang di sekeliling Anda serta jadilah jawaban bagi mereka, maka Anda akan memiliki hubungan yang bahagia.
Nicholas James Vujicic atau lebih dikenal dengan Nick Vujicic lahir dari keluarga Kristen Serbia di Melbourne, Australia pada 4 Desember 1982. Dia lahir tanpa tangan dan kaki, dengan hanya memiliki satu kaki dengan 2 buah jari yang menonjol pada paha kiri. Hal tersebut sangat janggal karena tidak ada masalah saat masa kehamilan serta tidak ada riwayat keluarga dengan kondisi cacat fisik.
Di saat ia sendiri, Nick selalu berdoa pada Tuhan untuk melakukan mukjizat, membuat lengan dan kakinya tumbuh seiring dengan pertumbuhan badannya. Namun, permintaannya tersebut tidak kunjung terjadi. Ia tetap tidak mempunyai lengan dan kaki.
Saat ia berusia 13 tahun, ia membaca sebuah artikel surat kabar tentang seorang pria cacat yang berhasil mencapai hal-hal besar serta membantu orang lain. Pria itu bahkan dapat bermain golf! Saat itu menjadi momen perubahan Nick, ia akhirnya menyadari mengapa Allah menciptakan bentuk tubuhnya seperti adanya sekarang, ya, untuk memberi harapan kepada orang lain.
Pada usia 19 tahun, Nick telah berkeliling dunia, berbagi cerita dengan jutaan orang, berbicara pada berbagai kelompok seperti siswa, guru, pemuda, pengusaha pria dan wanita, serta jemaat-jemaat gereja. Kisah hidupnya telah dikenal oleh seluruh kalangan di dunia, bahkan sampai saat ini ia masih rutin melakukan perjalanan internasional untuk berbicara di depan banyak orang serta memberitakan Injil kepada lebih dari tiga juta orang di 27 negara.
Nick Vujicic memiliki sebuah masalah besar, yaitu tidak memiliki lengan dan kaki. Namun demikian, ia melihat masalah yang dialaminya sebagai sebuah kesempatan untuk memberitakan Injil dan menyelamatkan jiwa. Setiap manusia di bumi, termasuk Anda dan saya pasti memiliki masalah, namun yang membedakannya adalah apakah Anda bisa memakai masalah yang Anda hadapi sebagai sebuah kesempatan selamatkan jiwa?
Bagaimana dengan anda?
Jika MASALAH yang ANDA hadapi, tidak lebih besar dari Nick Vujicic, maka BERSYUKURLAH!
Gusti mberkahi...
Di sebuah kaki gunung yang gundul dan tandus, hidup seorang bapak tua. Setiap pagi, Pak Tua ini selalu memikul sekarung penuh bibit pohon dan berjalan menuju kaki gunung. Dengan cangkul di tangannya, sepanjang hari kerja Pak Tua ini adalah menanam bibit-bibit pohon.
Suatu hari, serombongan murid SMP datang berpiknik. Mereka begitu heran melihat Pak Tua ini sedang bercocok tanam dengan penuh semangat.“Pak, bukankah tidak akan ada yang tumbuh?” tanya seorang anak keheranan. “Aku sudah hidup disini seumur hidupku, Nak. Di hari tuaku, aku ingin terus menaburkan benih kehidupan disini,” jawab Pak Tua sambil tersenyum.
Tahun demi tahun berganti. Anak-anak sekolah tersebut sudah lulus. Salah satu dari mereka kebetulan sedang berlibur di dekat kaki gunung yang pernah ia kunjungi beberapa tahun sebelumnya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pohon-pohon hijau memenuhi kaki gunung tersebut. Pak Tua itu telah lama meninggal, namun ia meninggalkan harta karun yang tak ternilai, pohon-pohon kehidupan.
Usaha yang dilakukan dengan penuh keyakinan tidaklah sia-sia.
Selamat mencoba! Gusti mberkahi.
Tim penyelamat segera menyusuri puing-puing reruntuhan untuk melihat apakah masih ada korban yang bertahan hidup. Di sebuah reruntuhan rumah, mereka melihat mayat wanita muda di sela-sela reruntuhan. Tubuh mayat tersebut condong ke depan dan ia berlutut seperti menyembah. Reruntuhan rumah telah menimpa punggung dan kepalanya.
Salah seorang dari tim penyelamat berusaha menjangkau tubuh wanita tersebut, berharap ia masih hidup. Namun, tubuhnya dingin dan kaku, menandakan wanita tersebut sudah meninggal. Akhirnya mereka pergi menyusuri puing-puing rumah yang lain.
Satu jam berlalu, entah mengapa ada dorongan di hati pemimpin tim penyelamat itu untuk kembali ke rumah hancur dimana ada mayat wanita tadi. Setelah sampai, ia kemudian berlutut dan mencoba memasukkan kepalanya melalui celah-celah sempit untuk melihat mayat wanita tersebut. Tiba-tiba, ia berteriak dengan gembira, “Bayi! Ada bayi!”
Seluruh tim bergegas menyingkirkan tumpukan benda di sekitar mayat wanita itu. Mereka akhirnya menemukan bayi berusia 3 bulan yang sedang tertidur pulas terbungkus selimut di bawah mayat ibunya.
Ada sebuah telepon genggam di dalam selimut yang memunculkan pesan teks pada layar,
“Jika kamu dapat bertahan hidup, kamu harus ingat bahwa aku mencintaimu, Nak.”
Apakah anda mengasihi ibumu sebesar ibu itu mengasihi anaknya?
“Berapa saya harus membayar untuk bantuanmu, Bryan?” tanya wanita tua tersebut kepada laki-laki yang sudah menolong memperbaiki mobilnya yang mogok.
“Saya tulus membantu Anda, Nyonya. Jika Anda ingin membalas jasa saya, lakukanlah pada orang yang membutuhkan pertolongan Anda,” ucap Bryan sambil tersenyum dan kemudian pamit pergi.
Seorang pramusaji terheran-heran karena menemukan uang sebesar 1000 dollar dengan secarik pesan, “Jangan pernah berhenti berbuat baik,” dari seorang wanita tua yang ia layani baru saja. Wanita tersebut menghilang bersama dengan uang dan secarik pesan tersebut.
Selesai bekerja, pramusaji itu pulang ke rumah dengan hati yang gembira. Ia tak habis pikir, bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suami sangat membutuhkan uang untuk kelahiran bayi mereka. Setelah mandi, ia masuk ke kamar dan melihat suaminya sudah tidur terlebih dulu. Dengan lembut ia mengecup kening suaminya, “Biaya kelahiran anak kita sudah Tuhan cukupkan, Bryan sayang.”
Di saat Anda tidak egois dan tidak hanya memikirkan kebutuhan dan kesenangan Anda sendiri, saat itu Anda akan dengan rela menabur kebaikan, keuangan, tenaga, pikiran, bahkan senyum, Anda.
Memang tampaknya Anda kehilangan sesuatu, namun justru saat itu akan menjadi saat dimana Tuhan menganugerahkan kepada Anda hal-hal besar yang melebihi apa yang Anda lihat, pikirkan, dan rancangkan.
Selamat Mencoba. Gusti Mberkahi.
Banyak perubahan yang harus kita lakukan bila kita ingin menjadi manusia yang berbeda. Perubahan yang datangnya dari kesadaran diri kita sendiri bahwa kita memang harus berubah. Perubahan ke arah positif yang bisa menjadikan hal itu kebiasaan untuk kita, dan akhirnya menjadi karakter positif bagi diri kita.
Lantas, apa saja harus kita ubah? Atau, adakah hal yang memang tak perlu kita ubah, namun sekadar dimodifikasi untuk mencapai hasil lebih baik? Beberapa perubahan berikut ini adalah beberapa kondisi yang mungkin perlu kita lakukan dan melanjutkannya dengan action menuju target yang kita inginkan.
1. Ubah persepsi diri tentang kita
Jika kita masih merasa selalu tidak mampu menjadi besar dan berhasil dengan apa yang kita lakukan, mulailah dengan membuang pikiran buruk itu sesegera mungkin dari otak kita. Setiap manusia diberi kelebihan juga kekurangan. Yang membedakan seorang yang berhasil dan tidak berhasil adalah mereka yang berhasil mampu mengoptimalkan seluruh kemampuan dan potensi mereka.
Jika kita saat ini belum mengenali diri kita sendiri, coba sisihkan waktu ntuk merenung. Bukan merenungi angan-angan kosong. Tapi sebuah perenungan panjang untuk memahami seperti apa diri kita sebenarnya. Seperti kata almarhum Steve Jobs tentang pencarian panggilan jiwa, “Teruslah mencari. Dan, jika belum kau temukan, tetaplah mencari.”
2. Ubah pemikiran tentang mimpi
Semua keberhasilan adalah hasil dari mimpi atau keinginan yang terpendam. Yang membedakan antara orang sukses dan tidak adalah bahwa orang sukses mampu membuat mimpi itu bukan sekadar mimpi. Mereka menjadikan mimpi itu sesuatu yang jelas, bisa dilakukan. Bukan lagi abstrak. Mereka juga yakin bahwa mimpi-mimpi itu harus dijadikan nyata dengan keyakinan, doa, dan kerja keras.
Jika kita merasa mimpi kita masih abstrak, coba ubah mimpi kita menjadi nyata. Membuat visualisasi mimpi itu sehingga terlihat jelas dan bisa kita gapai.
Boleh kita menggambar mobil, atau sebuah hotel bintang lima yang belum pernah kita datangi, atau tempat wisata ke luar negeri yang ingin kita kunjungi. Atau, bisa juga tumpukan uang yang ingin kita miliki. Letakkan gambar-gambar itu di dekat meja kerja kita. Sehingga, kita termotivasi untuk melakukan yang terbaik agar mimpi itu bisa menjadi kenyataan.
3. Ubah pemahaman tentang hambatan dan peluang
Setelah kita memahami seperti apa diri kita, kekurangan kelebihan, serta mimpi-mimpi kita, maka yang harus kita pahami selanjutnya adalah membuat perubahan tentang hambatan dan peluang yang ada di depan kita, yang mungkin saja akan kita lalui.
Jika hambatan yang belum kita jalani sudah memberatkan kita, coba ubah persepsi tentang hambatan. Hambatan bukan penghalang. Hambatan adalah peluang yang belum berhasil kita lalui. Jadi tentu saja untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar lagi, kita harus melalui hambatan tersebut.
Masuk dalam satu komunitas yang saling mendukung akan menjadi energi positif untuk kita. Atau, bila belum menemukan komunitas, baca buku-buku berdasarkan pengalaman sukses orang lain, sehingga kita tahu di mana perubahan yang harus kita lakukan.
4. Ubah persepsi negatif tentang orang yang tidak mendukung
Ketika kita fokus untuk meraih kesuksesan di jalan yang kita anggap benar dan pasti bisa kita lakukan, hambatan yang terberat yang akan mungkin kita dapatkan adalah bahwa orang-orang di samping kita—yakni orang-orang yang dekat dengan kita—bisa jadi tidak akan mendukung apa yang sedang kita lakukan.
Akan ada saatnya di suatu titik, kita merasa sendiri. Yang terbaik adalah mengubah persepsi kita sendiri. Orang terdekat itu bukan tidak mendukung langkah kita, tapi mereka tidak paham dengan apa yang sedang kita lakukan. Cara membuat mereka paham adalah dengan menunjukkan lewat bukti, bahwa semua mimpi yang tengah kita jalani bukan sekadar mimpi, tapi itu adalah kenyataan.
5. Ubah persepsi tentang putus asa
Perjalanan menuju suatu titik tujuan pasti melelahkan. Karena perjalanan itu bukan perjalanan yang sebentar, tapi perjalanan yang panjang. Perjalanan panjang ini juga harus kita tempuh dalam tempo berbulan-bulan, bahkan bisa dalam hitungan tahunan.
Jika kita lelah, itu biasa. Jika kita putus asa, juga lumrah terjadi. Namun, kita perlu mengubah pandangan kita bahwa perjalanan kita yang panjang adalah sia-sia. Sebaliknya, perjalanan kita yang sudah kita lakukan adalah sesuatu yang hebat yang sudah kita lakukan. Karena, kita sudah berani melangkah.
Kesuksesan hanya tinggal menunggu waktu, sama seperti seorang yang sedang menggali tanah untuk mencari mata air. Mata air itu tidak akan ditemukan dalam waktu semalam. Butuh waktu yang lama. Jika ia berhenti, maka mata air itu tetap tidak akan ditemukan. Tapi jika ia lanjutkan, mungkin satu cangkulan lagi mata air akan ditemukan dan akan mengucurkan air yang sangat deras seperti yang selama ini diharapkannya.
Jadi, mari intropeksi diri dan berubah ke arah yang lebih baik untuk menyongsong hari esok yang luar biasa. Sanggup?
Selamat Mencoba, Gusti Mberkahi..
Suatu kali di sebuah desa, ada seorang istri yang mengeluhkan perubahan sikap suaminya. Sang suami yang kembali dari perang membela kerajaan, kini berubah perangainya. Jika dulu penyabar dan sangat menyayangi istrinya, kini menjadi gampang marah, mudah tersinggung, dan bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar.
Awalnya, sang istri berusaha terus bersabar dengan kondisi tersebut. Ia yakin, suaminya suatu saat akan berubah kembali seperti semula. Namun, beberapa bulan berlalu, entah mengapa perangai suaminya tidak juga berubah. Sang istri nyaris putus asa, bahkan sudah berniat menyudahi pernikahan mereka. Beruntung, saat mengadukan masalahnya pada seorang sahabat dekat, ia mendapat informasi adanya seorang pertapa di gunung yang sangat sakti.
Demi kecintaan yang mendalam kepada suaminya, sang istri pun menempuh perjalanan cukup jauh untuk bertemu dengan sang pertapa.
“Wahai pertapa yang baik, aku punya masalah dengan suamiku yang berubah sifatnya setelah pergi menunaikan tugas membela kerajaan. Apakah Anda bisa membuatkan ramuan sakti, atau adakah cara lain untuk mengembalikan sifat kasih suamiku seperti dulu?”
Tampak sang pertapa berpikir sejenak. “Memang, ada banyak orang yang berubah sifat setelah usai berperang. Sebenarnya itu wajar, mengingat perang meninggalkan banyak korban dan kepedihan. Jangan khawatir, ada sebuah cara untuk itu. Hanya perlu satu syarat lagi, agar harapanmu bisa terkabulkan.”
“Apa itu?” tanya sang istri tak sabar. “Aku pasti akan segera memenuhinya.”
“Aku hanya butuh tiga lembar kumis harimau di hutan!” sebut sang pertapa yang membuat sang istri kaget.
“Bagaimana aku bisa mengambil kumis dari binatang buas itu?”
“Semua terserah padamu. Kamu yang butuh ramuan ini, lakukan perintahku ini. Jika tidak, ramuan ini tak akan bisa bekerja seperti yang kamu minta,” seru pertapa tegas.
Meski berat syarat yang diminta—karena begitu besar cintanya dan tak ingin keluarganya berantakan—si istri menurut. Maka, setelah tahu ke mana biasanya harimau bersarang di tengah hutan, dikumpulkan keberaniannya untuk mengamati sang harimau. Beberapa hari mengamati, si istri mendapat akal. Di sebuah pagi buta, sebelum harimau keluar dari sarangnya, ia menyiapkan nasi yang dilumuri kuah daging di depan sarang harimau. Pelan sekali ia melakukan itu. Tentu, dengan hati berdebar, ia tak ingin membuat harimau terbangun dan menerkamnya. Lantas, dari jauh, ia pun mengamati, apakah harimau itu mau makan makanan pemberiannya.
Ternyata, meski semula didiamkan, lama-lama makanan tersebut mulai dijilati harimau dengan lahap. Si istri senang, taktiknya berhasil. Maka, hari-hari berikutnya—meski tetap dengan ketakutan yang masih bersisa—ia terus memberikan mangkuk nasi dengan aroma kuah daging.
Beberapa bulan berlalu. Saat itu, keberaniannya mulai bertambah. Sang harimau pun seperti sudah akrab dengan kebiasaannya menyediakan mangkuk nasi aroma daging. Saat ia mendekati sarang harimau, derap kecil langkahnya mulai dikenali sang harimau. Sehingga, tak lama ia menaruh mangkuk, sang harimau segera datang memakan dengan lahap. Begitu seterusnya, hingga akhirnya, si istri mulai berani lebih dekat lagi dengan harimau yang terlihat lebih jinak.
Tak terasa, delapan bulan lamanya. Akhirnya si istri dan harimau kini benar-benar menjadi sahabat akrab. Si istri sering mengelus kepala harimau, dan sebaliknya, harimau kerap bermanja-manja dengan si istri. Saat itulah, si istri dengan kelembutannya memohon pada harimau untuk mau memberikan tiga helai kumisnya sebagai bagian dari ramuan untuk suaminya.
Tak lama kemudian, si istri datang kepada sang pertapa untuk memberikan tiga helai kumis harimau tersebut. Sang pertapa pun bertanya, apakah benar itu adalah kumis harimau hidup yang asli. “Ceritakan padaku bagaimana kamu bisa mendapatkan kumis itu?”
Si istri lantas berkisah, bagaimana selama delapan bulan terakhir, ia mencoba menaklukkan keganasan harimau. Dari awalnya sangat takut, pelan-pelan mencoba memberikan makanan, hingga akhirnya menjadikan harimau itu sebagai sahabat.
Sang pertapa lantas mengangguk-angguk senang. Namun tiba-tiba, tiga kumis harimau itu bukannya dibuat ramuan, tetapi malah dibuang ke perapian dan segera lenyap tak berbekas. Si istri terkejut sekali dengan tindakan sang pertapa. “Pak pertapa, mengapa melakukan itu…? Itu adalah kumis harimau yang aku dapat dengan perjuangan sangat berat…!” ratap si istri.
Tenang, sang pertapa menjawab. “Kamu tak perlu ramuanku lagi. Kamu lihat, harimau yang ganas saja bisa takluk dengan kesabaranmu. Lalu, bagaimana jika hal yang sama kamu perlakukan pada manusia, yakni suamimu? Aku yakin, emosi yang sering muncul dari suamimu pelan tapi pasti bisa kamu taklukkan seperti kamu menjinakkan harimau itu. Pulanglah, kembali pada suamimu, dan perlakukan dia dengan kesabaran dan kasih sayang.”
Kisah tersebut adalah cerita tentang kegigihan seseorang dalam mencoba memecahkan masalah yang dihadapi. Butuh kesabaran ekstra—bahkan sangat lama—untuk mengatasi kondisi-kondisi yang kadang memang kurang mengenakkan. Tapi, semua bisa dihadapi dengan kesabaran dan ketekunan. Masalah datang bukan untuk ditinggalkan, tapi diselesaikan. Halangan dan rintangan memang kerap mengunjungi hingga membuat kita terasa tersakiti, tapi sebenarnya itu adalah “ujian” untuk membuat kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Untuk meraih sesuatu memang butuh pengorbanan. Tak ada proses yang berjalan instan. Seperti kisah si istri penakluk harimau yang saya bagikan ini. Kesabaran tingkat tinggi yang ditunjukkan mampu menjadi solusi luar biasa—yang bahkan dianggap mustahil pada awalnya—untuk mengatasi persoalan apa saja.
Mari, sadari bahwa semua berproses. Kuatkan keyakinan, tambahkan kesabaran, mantapkan ketekunan. Niscaya, akan ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meraih kemenangan sejati.
Semoga Sukses, Gusti Mberkahi..
Banyak dari kita yang bermimpi menjadi seperti orang-orang hebat, sukses, dan terkenal di muka bumi ini. Banyak orang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya mereka lakukan untuk bisa meraih sukses luar biasa?
Perlu kita sadari, kekayaan dan kesuksesan mereka tidak turun dari langit begitu saja. Ada proses perjuangan yang sangat berat, kegagalan yang terus terjadi, persaingan sengit, hingga hal-hal remeh yang membuat mereka sukses luar biasa. Ada pula kebiasaan-kebiasaan positif yang kerap mereka lakukan, sehingga menjadi sebuah karakter sukses.
Untuk lebih meyakinkan, berikut juga kami paparkan, hal apa saja yang membuat orang-orang tersukses meraih impiannya, dari pendekatan paling mudah dan rasional yang juga BISA ANDA LAKUKAN! Cukup ambil satu saja, kebiasaan mana yang paling kita anggap bisa kita TIRU dan KEMBANGKAN, agar sukses luar biasa juga bisa kita wujudkan.
• Mereka berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan tidak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang negatif.
Jadi, apakah Anda hari ini sudah memulai untuk banyak berteman dengan mereka yang berpikiran positif dibanding yang negatif?
• Mereka rela berkorban di saat awal perjuangan.
Jadi, apakah Anda sudah siap kehilangan waktu bersenang-senang sesaat demi meraih tujuan jangka panjang?
• Mereka tidak menghabiskan waktu untuk mengeluh.
Jadi, bagaimana kondisi ekonomi dan politik hari ini? Seperti ungkapan bernada guyonan tapi sangat powerful, katakan aku rapopo.
• Mereka fokus dengan apa yang sedang, telah, dan akan mereka perjuangkan.
Banyak godaan yang sering membelokkan langkah kita, apakah Anda orang yang mudah tergoda atau tetap mampu pasang “kacamata kuda”?
• Mereka selalu mencoba membuat nilai lebih pada apa yang mereka tawarkan.
Jadi, apa kelebihan Anda yang tidak dimiliki orang lain? Dan, jika ternyata orang lain melakukan hal yang sama, apa yang bisa membedakan Anda dengan mereka?
• Mereka komitmen dengan impian yang ingin dicapai.
Komitmen seperti apa yang Anda pegang untuk meraih semua impian yang sudah dicanangkan?
• Mereka bekerja sangat keras melebihi apa yang orang lain lakukan.
Tentu bukan sekadar bekerja keras, tapi juga selalu bekerja cerdas.
• Mereka sangat percaya diri dengan apa yang dilakukan.
Anda pernah diremehkan? Siap-siap saja, bisa jadi itu malah pemicu Anda untuk berlari lebih kencang meraih hasil yang lebih baik dari yang Anda bayangkan sebelumnya.
• Mereka tidak takut membuat kesalahan.
Gagal itu hanya sebuah proses pembelajaran untuk jadi lebih baik.
• Mereka sadar sukses pasti melalui proses.
Ingin cepat kaya dengan cara A, B, atau C? Tak ada cara cepat! Yang ada adalah cara penuh lika-liku, namun di sanalah kita meletakkan fondasi lebih kuat untuk meraih hasil lebih maksimal.
• Mereka jarang melihat hasil, yang mereka pikirkan selalu lakukan yang terbaik hari ini.
Anda sudah tidak peduli dengan hasil saat ini namun lebih fokus pada apa usaha terbaik yang bisa dilakukan hari ini? Jangan takut masa depan dan jangan menyesal dengan masa lalu.
Sampai dimana usaha anda agar sukses?
Jangan setengah-setengah apalagi menyerah!
Mari kita Bersyukur, Berdoa dan Berusaha.
Yakinkan diri bahwa "KITA AKAN SUKSES"
Gusti Mberkahi..

Andrie Wongso FeedAug 29, 2014

Setiap orang pasti punya kebiasaan sendiri di akhir pekan, termasuk orang-orang sukses. Mereka tahu pasti bahwa akhir pekan adalah “senjata rahasia” untuk mempersiapkan diri meraih sukses. Berikut ini 7 kebiasaan yang dilakukan orang super sukses di akhir pekan:

Robert Iger: Bangun pagi
CEO Disney ini mengaku bangun pagi, setiap hari. Orang sukses tidak bersantai apalagi bermalas-malasan di tempat tidur sampai pukul 12 siang, bahkan di akhir pekan. Riset menunjukkan bahwa kemampuan otak  kita paling tajam 2-4 setelah kita bangun.

Timothy Ferris: Jangan multi-tasking
Penulis dan entrepreneur muda ini selalu fokus pada satu atau maksimal dua pekerjaan dalam satu hari, termasuk di akhir pekan. Menyiapkan segudang rencana sekaligus seperti merapikan rumah, mengajak anak jalan-jalan, mengunjungi orangtua, serta berbelanja kebutuhan mingguan biasanya akan berakhir kacau. Terlalu banyak rencana akan membuat Anda kehilangan fokus dan justru apa yang direncanakan tidak bisa tercapai.

Anna Wintour: Selalu berolahraga
Pemimpin redaksi Vogue Anna Wintour rutin bermain tenis selama satu jam setiap hari. Dan dia bukan satu-satunya orang super sukes yang melakukan hal itu. Richard Branson sering bermain kite surfing, sementara orang terkaya di India Mukesh Ambani adalah seorang pelari maraton. Orang sukses tahu bahwa olahraga tak hanya penting untuk menjaga kesehatan fisik, tapi juga pikiran mereka.

Warren Buffet: Menjalankan Hobi
Salah satu investor tersukses di abad ke-20 ini ternyata sering mengisi waktu luangnya untuk bermain ukulele. Orang sukses biasanya mempunyai hobi yang menarik. Tak harus hobi main golf, yang bermanfaat untuk membangun jaringan. Hobi pribadi seperti merajut yang dilakukan Meryl Streep atau melukis seperti George W. Bush juga bisa mengasah kreativitas untuk meraih kesuksesan.

Bill Gates: Waktunya merenung
Ada ucapan terkenal dari pendiri Microsoft ini, “Tidak masalah merayakan kesuksesan, tapi lebih penting lagi mengambil pelajaran dari kegagalan.” Melakukan perenungan penting kita lakukan setiap hari. Tapi akhir pekan adalah saat terbaik untuk merenungkan pelajaran yang kita dapat pada hari hari sebelumnya dan membuat perbaikan pada minggu berikutnya.

Richard Branson: Berbagi
Semua orang rasanya setuju dengan ungkapan berbagi tak akan membuat orang miskin. Hal itu pula yang dipegang oleh Richard Branson. Pengusaha gaek pemilik ratusan perusahaan ini rajin berbagi dalam berbagai program kemanusiaan mulai dari kesehatan, kemiskinan, konservasi, dan perubahan iklim. Faktanya, 73% orang kaya rutin menyisihkan waktu dan harta mereka untuk berbagi dengan sesama. Dan akhir pekan adalah waktu terbaik untuk menjadi relawan atau melakukan kegiatan sosial.

Jack Dorsey: Bersiap di akhir pekan
Pendiri Twitter ini menghabiskan waktu hingga 16 jam per hari mulai Senin sampai Jumat. “Sabtu aku libur. Mendaki gunung. Lalu Minggu adalah saat memikirkan strategi untuk persiapan sisa hari berikutnya.” Menurut penulis Laura Vanderkan, orang sukses umumnya tahu bahwa akhir pekan adalah waktunya menyegarkan pikiran sekaligus mengisi ulang “baterai” agar lebih produktif di pekan berikutnya.

Bagaimana dengan Anda?

Alkisah, di kesenyapan sebuah belantara, terdengar percakapan menarik antara Ibu Siput dengan anaknya. Siput kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu, mengapa sejak lahir, kita harus membawa cangkang yang begitu keras dan berat ini?"

Sang ibu menjawab, “Pertanyaan yang bagus. Anakku, kita ditakdirkan dengan badan yang tidak ada tulang untuk menyangga. Kita berjalan dengan cara merayap, itu pun tidak bisa merayap dengan cepat. Jadi kita memerlukan cangkang ini untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, hujan dan terik matahari dan juga marabahaya lainnya yang setiap saat mengintai kehidupan ini.”

Masih penasaran, siput kecil bertanya lagi: “Tetapi Bu, Kakak Ulat itu juga tidak mempunyai tulang, dan merayapnya juga tidak cepat… Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang keras dan berat ini?”

Dengan tersenyum sabar, sang Ibu menjawab lagi, “ Anakku, Kakak Ulat tentu berbeda dengan kita. Dia sebentar lagi akan berubah menjadi kupu-kupu, lalu bisa terbang ke alam bebas dan akan telindungi oleh langit.”

Tak mau menyerah, siput kecil bertanya lagi, “Adik cacing tanah juga tidak memiliki tulang dan tidak merayap dengan cepat. Mereka juga tidak bisa berubah menjadi kupu-kupu. Mengapa mereka tidak perlu membawa cangkang yang berat ini?”

Ibu Siput kembali menjawab, “ Adik cacing tanah kan punya kemampuan bisa menyusup dan masuk ke dalam tanah. Mereka dilindungi dari bahaya oleh tanah dan bumi ini.”

Siput kecil tiba-tiba menangis keras, “Huhuhu.... Ibu, kita sungguh hewan yang kasihan sekali. Langit tidak melindungi kita, tanah dan bumi juga tidak melindungi kita.”

Kali ini dengan tegas sang Ibu menjawab: “ Anakku, Tuhan Maha Adil. Itulah alasan mengapa kita mempunyai cangkang yang kuat ini! Kita tidak perlu bergantung pada langit maupun tanah, tapi kita harus bergantung pada diri sendiri. Jadi, mulai saat ini, terimalah keberadaan cangkangmu dengan perasaan gembira, karena itu adalah pelindung sejatimu yang telah diberikan Sang Pencipta kepada kaum kita.”

Setiap makhluk hidup telah diperlengkapi dengan kelebihan dan kemampuannya masing-masing. Apalagi manusia! Selain fisik, juga memiliki  akal budi dan moralitas yang membedakannya dengan makhluk lain di permukaan bumi ini. Karenanya, setiap manusia bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, bukan hidup dengan mengandalkan bantuan dari orang lain.

Mari, belajar dan bertumbuh menjadi manusia yang lentur, berdiri kokoh di kaki sendiri tetapi juga sekaligus peduli kepada sesama.

"Dengan sikap mental kemandirian kita akan berani menatap ke depan dan siap berjuang merubah nasib serta meraih kehidupan sukses yang gemilang. Amin."



Suatu hari seorang peserta training remaja, sebut saja namanya JJ, bertanya kepada saya, ”Bu Lisa, bagaimana caranya diet?”

Saya jawab, ”Mudah. Kurangi makan.”
“Wah, enggak bisa Bu.”
“Mengapa?”
“Ibu saya tiap hari masak. Dan masakan ibu saya semuanya sangat enak. Jadi saya tidak bisa mengurangi makan.”

“Oke. Kalau begitu, makan tiga kali sehari, tapi jangan ngemil.”
“Wah. Tidak bisa juga Bu.”
“Mengapa?”
“Pagi dan sore selalu tersedia makanan kecil buatan ibu saya. Dan semua makanan buatan ibu saya sangat enak. Jadi saya tidak bisa untuk tidak ngemil.”

“Kalau begitu tidak usah diet,” kata saya.
“Lho? Kan saya ingin diet Bu?”
“Saat ini, keinginanmu belum menjadi tujuan. Tunggu sampai keinginan itu semakin besar dan benar-benar menjadi tujuan kamu.”
“Kapan Bu?”
“Saya tidak tahu,” jawab saya sambil tertawa.

Kami pun berhenti membahas masalah itu.
Satu tahun kemudian, tanpa sengaja, saya bertemu dengan JJ di sebuah pesta pernikahan. Dia yang menyapa saya, “Bu Lisa.”
Saya menengok dan terkejut. Saya mengenali dia, tapi kini tubuhnya langsing. Jauh berbeda dengan setahun yang lalu.
“Hai. Saya sampai pangling. Kok sekarang langsing banget.”
“Iya Bu,” katanya sambil senyum-senyum.
“Diet ya?”
“Iya, Bu.”
“Tuh bisa.”
“Sekarang saya punya pacar, Bu.”

Dia pun memperkenalkan pria yang berdiri di sampingnya.
“Ooooooohh,“ saya tertawa dan menjabat tangannya.

“Dia ini Bu, tiap kali ke toko atau mal, senang menunjuk-nunjuk baju dan bilang mau membelikan saya baju itu. Tapi Bu, semua baju yang dia tunjuk adalah baju yang untuk orang yang langsing. Saya kan ingin dibelikan baju olehnya Bu, jadi saya diet,” dia menjelaskan sambil tertawa.

Saya bertanya, ”Ibu kamu masih suka masak?”
“Masih,” jawabnya malu-malu.
“Di rumah masih banyak makanan?”
“Masih.”
“Kok sekarang bisa diet?”
Dia hanya tertawa.
“Tuh kan. Dulu kamu tidak bisa diet, bukan karena salah ibu, bukan karena masakan ibu. Buktinya sekarang kamu bisa diet padahal ibu tetap masak.”
Dia mengangguk-angguk sambil tertawa.

Jangan-jangan kita seringkali bersikap demikian juga. Anda ingin mencapai sesuatu? Anda ingin menabung? Anda ingin penghasilan lebih besar? Anda ingin langsing? Anda ingin sukses? Anda ingin jadi juara? Tidak ada orang yang bisa menjadi juara/berhasil tanpa punya tujuan yang jelas, tekad yang besar, dan memperjuangkannya habis-habisan.

"Selamat Berjuang seperti para pahlawan yang mati-matian Memerdekakan Bangsa Indonesia"

Dirgahayu RI ke 69,
Tuhan Memberkati Kita Semua.


Tidak lagi terlena dan terpenjara dengan kemahsyuran sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Bangsa ini tidak hanya dibentuk oleh alam, namun juga oleh kehebatan sumber daya manusia yang belum teroptimalkan. Telah banyak fakta ditorehkan anak negeri akan prestasi dan kesuksesan persaingan di dunia internasional. Salah satunya tahun ini datang dari kakak beradik, Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23).

Melalui ajang bergengsi yang diadakan oleh General Electric (GE)--perusahaan internasional yang berpusat di Amerika, Arfian dan Arie berhasil merebut juara pertama dalam “3D Printing Challenge” tahun 2014. Hal yang tergolong mengejutkan, mengingat bahwa kompetisi ini diikuti oleh hampir seluruh insiyur terkemuka dengan berbagai latar belakang hebat di dunia pendidikan.

Pemuda asal Salatiga, Jawa Tengah ini, berhasil menaklukkan persaingan dari 700 karya yang berasal dari lebih 50 negara di dunia. Keduanya mempertunjukkan karya luar biasa dengan mendesain Jet Engine Bracket sebagai salah satu komponen mengangkat mesin pesawat terbang, dengan keunggulan memangkas berat komponennya 84 persen lebih ringan dari berat prototipe sebesar 2 kilogram, atau hanya sebesar 327 gram. Posisi kedua ditempati oleh seorang insiyur Swedia yang bergelar Ph.D (baca: setingkat S3), sedangkan di posisi ketiga adalah lulusan dari Oxford University, yang notabene satu universitas terbaik di dunia.

Arfian dan Arie "hanya" lulusan SMA serta SMK di Jawa Tengah. Keinginannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi harus terkubur karena biaya dan sulitnya persaingan masuk perguruan tinggi negeri yang lebih murah dari universitas swasta di Jawa Tengah. Sebelum menggeluti bidang Design Engineering, sehari-hari keduanya melakukan pekerjaan serabutan mulai menjadi tukang bengkel hingga berjualan susu keliling desa.

Sang kakak, Arfian yang pertama kali tertarik pada bidang yang senyatanya sukar jika tidak memiliki keahlian khusus. Komputer pertama yang mereka beli adalah hasil dari keringat dan tabungan berbulan-bulan bekerja. Keduanya belajar secara otodidak dan terus berlatih dengan giat. Di tahun 2009, barulah mereka beranikan diri untuk membangun suatu wirausaha di bidang jasa design engineering, dengan nama D’Tech.

Permintaan pertama jasa mereka datang dari pengusaha asal Jerman untuk membuat sebuah desain jarum dengan bayaran USD 10 per set. Tawaran tersebut datang dari usaha marketing mereka di dunia maya dan aktif dalam bidang 3D design engineering. Hasil yang memuaskan konsumennya, membuat kedua pemuda ini kebanjiran pesanan dari luar negeri.

Pengalaman inilah yang memberanikan mereka untuk mengikuti sebuah ajang kompetisi internasional yang semakin melambungkan nama mereka, membanggakan nama bangsa, serta membuka mata kita semua akan betapa besarnya potensi anak negeri ini.

Sumber : Andriewongso.com

Think big. Act small everyday. Berpikirlah besar dan bekerja setiap hari. Lakukan, selesaikan dan menangkan hal-hal kecil. Bahkan Bunda Teresa dari Kalkuta yang melayani para fakir miskin dan mereka yang sudah sekarat pernah berkata, “We can only do small things with great love.” Kita hanya bisa lakukan hal-hal kecil dengan kasih yang besar.
Karena setiap hal yang besar sesungguhnya terdiri dari kumpulan hal-hal kecil. Setiap hari kita bekerja dan menyelesaikan satu tugas kecil saja. Lakukan terus setiap hari. Dalam beberapa tahun, maka tugas-tugas kecil akan menumpuk menjadi besar dan banyak.
Misalnya ketika Anda memutuskan untuk menjadi seorang dokter, maka Anda perlu mengambil kuliah kedokteran di universitas. Ini berarti Anda perlu lulus setiap mata kuliah sebelum bisa lulus menjadi seorang Sarjana Kedokteran. Dan agar lulus setiap mata kuliah, Anda perlu belajar setiap hari dan lulus setiap ujian yang diberikan oleh dosen. Setiap helai buku teks perlu Anda baca. Setiap hal kecil dalam perjalanan Anda menjadi seorang dokter merupakan kerja keras setiap hari.
Juga ketika kita melakukan hal-hal kecil dengan kasih yang besar, maka hasilnya juga akan luar biasa. Kasih membuat kita fokus akan tugas yang perlu diselesaikan. Kasih juga membuat hati kita penuh dengan energi positif. Kasih juga membuat kita berpikiran positif.
Kita bisa menjalankan hal-hal besar karena pikiran kita yang berani untuk berpikir “besar.” Segala sesuatu dimulai dari pikiran. Termasuk ketika kita memutuskan untuk bekerja setiap hari, apa-apa saja yang perlu kita kerjakan, dan bagaimana mengerjakannya. Intinya adalah dengan memiliki kasih, maka hal-hal kecil yang dikerjakan dengan baik akan menghasilkan hal-hal besar.
Jangan ragu untuk berpikir besar. Lakukan hal-hal kecil setiap hari. Niscaya kebesaran akan menjadi milik Anda.

Dalam berbagai kesempatan, saya selalu menekankan pentingnya berbuat, bekerja, dan bertindak dengan baik, benar, jujur, dan halal. Sebab, bagi saya, inilah sumber kebahagiaan sebenarnya. Yakni, berbuat yang bermanfaat untuk diri sendiri, namun juga memberi keberkahan bagi orang lain. Dengan pola pikir yang semacam ini, apa pun yang kita dapat, apa pun yang kita capai, kita sudah menjadi “pemenang”. Kita sudah menjadi orang yang sukses dan menyukseskan. Sehingga, setiap karya, akan selalu penuh makna. Setiap kerja, akan selalu memberi ketenangan pikiran dan jiwa.

Bisa dibayangkan, jika kita semua mampu berkarya dengan pola pikir dan tindakan semacam itu, betapa harmonis dan indahnya kehidupan. Dan saya pun yakin, hal yang dihasilkan pun tak akan lekang dimakan zaman. Perhatikan karya-karya besar dari berbagai penemu, pekerja seni, hingga tokoh bangsa. Mereka yang bekerja dengan baik, benar, jujur, dan halal, meninggalkan nama harum yang terus dikenang sepanjang masa.

Saya teringat sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa: leres, laras, liris, lurus, laris. Secara arti harfiah, ini berarti benar, serasi, penuh perasaan, lurus, dan cepat laku. Dalam berbagai konteks kehidupan, serangkaian kata tersebut adalah “satu kesatuan” yang akan mengantarkan seseorang menjadi manusia seutuhnya.

Leres atau benar akan menjadikan seseorang mampu bertindak dan berbuat berdasarkan etika dan norma yang berlaku. Dengan cara tersebut, ia akan menjadi orang yang disegani dan dihormati, namun sekaligus mampu pula memanusiakan insan lainnya.

Laras atau serasi, akan membuat orang selalu berusaha menemukan titik keseimbangan dalam hidupnya. Ia akan menjadi orang yang menjaga harmonisasi dengan orang lain agar selalu menjadikan hidupnya penuh keberkahan.

Liris atau penuh perasaan akan membuat orang yang menjalaninya selalu memiliki multi sudut pandang. Dalam bersikap dan bertindak, ia akan memiliki empati yang tinggi sekaligus simpati yang membuat hidup diri dan sekelilingnya berjalan dengan penuh kebaikan.

Lurus adalah sikap taat pada apa yang menjadi nilai kebenaran. Jiwa, pikiran, sekaligus tindakan yang lurus akan membuat seseorang menjadi orang yang bermartabat serta dapat menjaga integritasnya.

Laris atau cepat laku adalah nilai “sebab akibat” yang timbul dari perbuatan baik, benar, jujur, dan halal yang dilakukannya. Semakin terpercaya, semakin mampu menjadi insan yang leres, laras, liris, dan lurus, biasanya orang ini akan menjadi “tumpuan” bagi banyak orang. Ia akan selalu diandalkan dalam berbagai segi kehidupan. Sehingga, hidupnya pun—secara otomatis—akan penuh keberkahan.

Inilah nilai-nilai adiluhung yang sudah sepantasnya menjadi “bekal” bagi kita semua untuk meraih kebahagiaan yang “sempurna”. Yakni, kebahagiaan yang bisa dirasakan oleh diri sendiri, dan sekaligus kebahagiaan yang mampu membuat banyak orang turut merasakan kegembiraan di dalamnya.

Pertanyaannya, nilai seperti apakah yang sedang kita junjung dan lihat belakangan ini? Memang, tak ada manusia yang 100% sempurna alias 100% hidupnya tanpa cela. Tapi, sebenarnya, justru dari ketidaksempurnaan tersebut, kalau kita mau terus “berkaca”, kita akan selalu mampu menjadi manusia pembelajar yang dapat membawa perubahan menuju kebaikan. Kalau bukan diri kita sendiri, siapa lagi yang harus memulainya? Mari, daripada mencela berbagai keburukan yang terjadi, lebih baik “menyalakan lilin terang” untuk memperbaiki diri. Sehingga, pelan tapi pasti, harapan perbaikan untuk kehidupan akan menjadi kenyataan. Dan ketika saatnya tiba, kebahagiaan akan jadi milik kita semua. 

Anda pernah mendengar kata "periode keemasan" atau masa-masa jaya? Kalimat itu sering muncul, bahkan sering menjadi mimpi, atau nostalgia. Ada masa keemasan bulutangkis, ada masa keemasan sepakbola, ada masa keemasan ini dan itu, bahkan sering disebut ada masa keemasan bangsa Indonesia, yang kerap merujuk ke berbagai masa, mulai zaman Majapahit, atau bahkan ada yang berspekulasi merujuk ke Atlantis sebagai masa lalu Indonesia.
Namun, apa itu "masa keemasan"? Kita akan melihat berbagai konteks. Dalam dunia seni rupa, pernah muncul masa keemasan, di mana perupa-perupa besar seperti Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Raphael dan banyak lagi, lahir dan besar di tempat yang sama. Dalam dunia tenis, pernah ada masa-masa dimana petenis-petenis Rusia: Yefgeny Kafelnikov, Marat Safin, Anna Kournikova dan petenis-petenis lain seangkatannya, menguasai peta tenis dunia.
Persamaan dari kasus-kasus zaman keemasan, adalah kekuatan karakter. Mereka memiliki mental juara, mental menjadi besar. Lalu, darimana mental ini terbentuk? Mental ini terbentuk melalui budaya, atau sistem kultural yang membentuk orang-orang dalam sistem tersebut. Sistem inilah yang hilang di bangsa kita. Sistem ini sebenarnya ada di setiap budaya lokal, namun seiring waktu terlupakan dan hanya dipandang sekedar heritage.
Membangun bangsa yang plural ini, membutuhkan fondasi yang kuat, yaitu karakter. Orang-orang yang berkarakter, tidak akan terjebak dalam naluri rendah yang menyebabkan intoleransi. Orang-orang yang berkarakter, tahu membentuk dirinya berdasarkan potensi dan keunikannya masing-masing, dan bukan berlindung di balik penyeragaman. Karena pada dasarnya, manusia diciptakan unik, bukan seragam. Manusia berkarakterlah, yang akan membebaskan dirinya dari jeratan hasrat untuk kepemilikan yang dilakukan dengan tindakan curang atau korupsi. Mereka tahu bahwa dengan kapasitas dirinya yang berkembang, maka segala bentuk materi akan mengikuti. Manusia berkarakter, adalah manusia yang sadar bahwa kebebasan dirinya menentukan perkembangan dirinya. Kebebasan, bukan perilaku seenak udel melainkan bebas memilih perilaku bermartabat yang membuat hidupnya berkembang. Bebas melepaskan diri dari godaan untuk membuat dirinya nista atau tak bernilai hanya semata memenuhi hasratnya. 
Jean Paul Sartre, filsuf eksistensialis, mengatakan bahwa manusia adalah kebebasan. Sartre menolak segala konsep determinisme. Pada awalnya manusia memang bukan siapa-siapa, tapi seiring perkembangan dirinya, manusia sendirilah yang menentukan ia akan menjadi manusia seperti apa.
Sistem kultural, adalah tempat yang menyemai kebebasan manusia dan memberinya tempat yang tepat untuk tumbuh. Inilah sistem yang dulu pernah digagas Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa. Pendidikan adalah wadah untuk menjadikan apa yang natur menjadi kultur, dan peran guru hanya sebagai "among", atau pengasuh. Segala yang dibutuhkan siswa sudah ada dalam dirinya, jadi guru bukan mencekoki siswa dengan pengetahuan dari luar. Siswa dibiarkan tumbuh dan menjadi. Itulah eksistensi, yang mentransformasi esensi menjadi kemenjadian.
Sartre menjelaskan bahwa eksistensi manusia ditentukan oleh perbuatan. Dengan kata lain, manusia menentukan dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki esensi, namun tanpa eksistensi, esensi itu tak pernah menjadi. Setiap orang memiliki talenta, namun tanpa eksistensi, maka talenta itu tak pernah menjadikannya seseorang. Di sinilah sebenarnya prinsip penting dari kebebasan, yaitu setiap orang mesti menggali esensinya dan mewujudkannya ke dalam eksistensi. Ini bukan persoalan mudah, karena di sekeliling bisa jadi banyak godaan yang akan membuat orang menjadi orang lain, atau menginginkan menjadi yang bukan esensi dirinya.
Dalam hemat saya, kita memerlukan sebuah revolusi dalam pendidikan. Dibutuhkan pendidikan yang mampu membentuk karakter kuat. Pendidikan yang membuat orang tahu dimana letak esensinya dan kebebasan dalam mewujudkannya. Kita membutuhkan pendidikan, yang mampu membangun dan membawa pada kegemilangan bangsa ini. Pendidikan yang mesti dimulai dari teladan yang diberikan oleh para tokoh dan pemimpin.
Saya, berharap banyak untuk itu. Bagaimana dengan Anda?


Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun, tetapi memiliki kemampuan berpikir layaknya anak berusia di bawah 10 tahun sederhana dan apa adanya. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan mendidik anaknya agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik.

Suatu hari, si anak yang sangat mencintai ibunya, berkata, "Ibu, aku sangat senang melihat ibu tertawa. Wajah ibu begitu cantik dan bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap hari?"

"Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa setiap hari," ujar sang ibu.

"Bagaimana caranya berbuat baik dan bagaimana harus setiap hari?" tanya si anak.

"Berbuat baik adalah bila kamu bekerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit, atau kesepian. Kamu bisa sekadar menemaninya atau membantu meringankan pekerjaan mereka. Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu. Pesan ibu, jangan menerima upah. Setelah selesai membantu, mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan angkanya. Kalau angkanya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari. Dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa," jawab sang ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya itu.

Beberapa waktu berlalu dan ibu dari si anak meninggal. Namun karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa, setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung  membantu orang-orang tua. Kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun menjawab, "Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan yang aku kumpulkan, aku susun sesuai dengan nomor urutnya. Maka setiap hari aku seakan bisa mendengar ibuku sedang melihat aku dan tertawa bahagia di atas sana."

Si pemuda yang berpikiran sederhana itu  pun telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk menjamin tekadnya, yakni setiap hari bisa membantu orang lain.

Suatu hari, seorang remaja putri berkendara dengan ayahnya. Di tengah perjalanan, mendadak turun hujan yang sangat lebat. Remaja putri itu bertanya pada si ayah. “Bagaimana ini, Ayah?”

Sang ayah menjawab, “Jalan saja terus.” Mobil-mobil yang lain mulai bergerak ke bahu jalan karena hujan turun semakin deras. “Aah, bagaimana ini? Apa kita perlu minggir juga?” tanya si remaja putri itu sekali lagi. “Tetap saja menyetir,” jawab sang ayah dengan tenang.

Dalam jarak beberapa meter berikutnya, dia memperhatikan sudah ada delapan belas pengendara yang juga meminggirkan kendaraannya. Dia pun berkata lagi pada sang ayah, “Yah, aku harus berhenti, pandanganku sudah tidak jelas. Cuacanya benar-benar buruk. Semua orang juga sudah berhenti di bahu jalan!”

Meski begitu, sang ayah tetap bersikukuh dengan jawabannya, “Jangan menyerah, jalan saja terus!” Mereka pun tetap berkendara meski kecepatannya rendah di tengah guyuran hujan deras, namun sesaat kemudian si remaja putri bisa melihat sedikit lebih jelas.

Setelah beberapa kilometer, mereka sudah berada di daerah yang kering lagi. Sinar matahari bersinar terang. Sang ayah berkata, “Sekarang, kita bisa berhenti dan keluar mobil sebentar.” Putrinya menjawab, “Tapi, kenapa sekarang?” Jawab sang ayah, “Saat kamu keluar nanti, lihatlah ke belakang, ke arah orang-orang yang tadi menyerah dan akhirnya malah masih terjebak dalam hujan yang lebat. Karena kamu tidak pernah menyerah, kamu bisa keluar dari hujan tadi.”

Seperti dalam kisah pengalaman remaja putri dan ayahnya di atas, kita bisa belajar untuk tidak cepat menyerah meski orang lain, yang paling kuat sekalipun, bersikap menyerah. Jika kita tetap melangkah dengan kepala tegak menghadapi badai sehebat apa pun dalam hidup ini, cepat atau lambat badai itu akan berakhir dan matahari akan menyinari wajah kita lagi.

Alkisah, siang yang terik di sebuah perempatan jalan raya sebuah kota besar. Putra yang sedang berkendara, melihat lampu diperempatan jalan berubah dari kuning ke merah. Bukannya melambatkan laju mobilnya, dia malah ’tancap’ gas. Ia tahu, lampu merah di persimpangan itu biasanya menyala cukup lama. Keengganannya menunggu membuatnya nekad menerobos lampu lalu lintas.

Pelanggaran yang dilakukan pun segera menuai reaksi dan terdengar suara peluit keras sekali.  “Priiiiiiitttt!” Seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Dengan hati mengumpat jengkel, Putra menepikan kendaraannya. Dari kaca spion, ia memperhatikan polisi yang mendatanginya. Wajahnya familiar.

“Ah, itu kan Andi, teman SMA-ku dulu!” Putera merasa lega, segera turun dari mobil dan menyambut Andi layaknya teman lama. “Hai, Andi. Apa kabar? Senang sekali bisa ketemu kamu lagi! Maaf nih, karena lagi buru-buru, aku terpaksa menerobos lampu merah.”

“Halo Putra,” sapa Andi. Namun, dengan wajah serius dan tanpa senyuman di wajahnya. “Aku mengerti. Tapi Put, jujur aja, kami sering memperhatikan kamu melanggar lampu merah di persimpangan ini.”

“Oh ya?” Putra memasang tampang kurang senang. “Kalau begitu, silakan tilang saja!” Dengan kasar, Putra menyerahkan SIM-nya kepada Andi dan masuk ke mobilnya sambil membanting pintu. Melalui sudut matanya, Putra memperhatikan Andi menulis. Hatinya jengkel, mengingat perlakuan teman lamanya yang dirasanya kurang simpatik itu.

Tak lama, Andi menghampiri mobil Putra dan Putra pun menurunkan kaca jendela sedikit, mengambil kertas yang diselipkan melalui celah sempit itu, dan melemparnya begitu saja ke atas dashboard mobil. Andi sempat tertegun melihat kelakuan teman lamanya itu.

Setelah tiba di tempat tujuan, sebelum turun dari mobil, Putra mengambil kertas dari Andi. Tiba-tiba, ia menyadari SIM-nya terselip di situ. Dan kertas yang dikiranya surat tilang ternyata adalah secarik surat untuknya.

Sambil terheran-heran, ia segera membaca isi surat Andi.

“Putra, mungkin kamu masih jengkel ya.  Aku mau berbagi cerita.  Dulu, aku punya seorang anak perempuan. Sayangnya, dia meninggal, tertabrak seorang pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Orang itu dipenjara selama beberapa bulan dan setelah masa tahanannya berakhir, ia bisa bertemu dan memeluk anak-anaknya lagi. Sedangkan, anakku satu-satunya sudah tiada. Mungkin kamu berpikir pelanggaran lalu lintas sebagai hal remeh. Namun bagiku, pelanggaran semacam ini adalah hal besar yang mempengaruhi seluruh kehidupanku. Aku harap kamu berhati-hati dalam berkendara. Semoga selamat sampai di tujuan. Salam, Andi.”

Putera terhenyak. Matanya berkaca-kaca, ada rasa sedih dan sesal di situ. Ia berjanji dalam hati akan meminta maaf kepada Andi dan sejak saat itu akan berhati-hati dalam berkendara.

Sering kali ketidak hati-hatian kita dalam bersikap bisa menyebabkan celaka bagi orang lain. Saat itu terjadi, yang tersisa hanyalah kesedihan dan penyesalan. Mari tingkatkan kewaspadaan kita dan lebih berhati-hati dalam bersikap, untuk menghargai kehidupan kita sendiri dan orang lain.

Seorang kurcaci duduk di depan pintu rumahnya. Ia terlihat murung dan lesu. Tak lama kamudian, lewatlah seorang peramal. Peramal itu kasihan melihat si kurcaci dan menegurnya, “Mengapa engkau terduduk lesu wahai kurcaci?” Si kurcaci menjawab dengan sedih, “Aku ini makhluk paling malang di seluruh Fairland. Sudah seminggu ini aku berjualan jamur, tak ada seorangpun yang mau membeli!”

Mendengar hal itu si Peramal membuka buku ramalannya, lalu terpekik dengan gembira, “Wah hentikanlah wajah murungmu itu nak! Besok adalah hari keberuntunganmu. Kau akan memperoleh untung besar!” Lalu si Peramal mengucapkan mantra untuk mengikat keberuntungan si Kurcaci. Mendengar hal ini si Kurcaci menjadi bersemangat. Ia mempersiapkan jamurnya dan membersihkan kiosnya dengan sangat teliti malam itu.

Esoknya di pasar Fairland, si Kurcaci dengan semangat menawarkan jamur – jamurnya. Melihat semangat dan senyum si Kurcaci, penduduk pun berdatangan dan memberli jamurnya. Si Kurcaci bahagia sekali! Sorenya ia pulang ke rumah dengan puas dan berujar, “Aku beruntung sekali hari ini. Berkat mantra dari si Peramal, hari keberuntunganku berjalan dengan baik.” Lalu ia menyiapkan lagi jamur – jamur untuk dijual besok. Sebelum tidur,terbersit pemikiran di benaknya, “Bagaimana jika keberuntunganku sudah habis ya? Kan hari keberuntunganku sudah berlalu….”

Esoknya, benarlah pemikiran si kurcaci. Jamurnya tak tersentuh sama sekali, kendati ia telah berteriak – teriak menawarkannya. Si Kurcaci yang sedih segera mencari sang Peramal. Ia bermaksud untuk meminta mantra pengikat keberuntungan. Berjalanlah ia hingga larut malam ke pondok si peramal.

Sesampainya di pondok Peramal, ia mengetuk pintu dan menemui si Peramal seraya menceritakan pengalamannya. Ia juga minta agar Peramal mau mengajarkan mantra pengikat keberuntungan. Mendengar hal ini si Peramal hanya tersenyum dan berkata, “Nak, sesungguhnya aku tak mempunyai sihir atau mantra seperti yang kau minta.” Si Kurcaci sangat terkejut! “Lalu apa yang kau lakukan hari itu hingga membuat hariku sangat beruntung?” tanya kurcaci.

“Aku tidak melakukan apapun. Engkaulah yang membuat harimu beruntung. Ketika aku mengatakan ramalan baik dan mengucapkan mantra, hatimu menjadi ringan dan terhibur. Senyummu menjadi indah dan suaramu enak didengar. Itulah yang membuat harimu cerah dan penuh keberuntungan. Lihatlah dirimu saat ini! Wajahmu cemberut, senyummu terpaksa, dan nada suaramu terdengar tajam. Keraguan menyelinap di hatimu dan mengacaukan semuanya. Tidak ada mantra ataupun sihir yang bisa mengubah harimu, Nak. Dirimulah satu – satunya yang menentukan baik atau buruknya hari itu.”

Penulis Rusia yang hebat, Leo Tolstoy, pada suatu hari berjalan jalan, dan merasa kasihan pada seorang pengemis. Maka dia berhenti, dan ingin memberi uang kepada si pengemis. Ketika dia merogoh kantongnya, baru disadarinya dia tidak membawa uang.

Maka dijabatnya tangan si pengemis sambil berkata: "Saudaraku jangan marah, maafkan aku, hari ini aku tidak membawa uang." Si pengemis tiba2 matanya berbinar binar, dengan syukur dan penuh kebahagiaan dia berkata: " Aku tidak mungkin marah, perkataanmu telah merupakan penghargaan yang terbesar yang aku pernah rasakan selama ini."

Leo Tolstoy memang tidak memberi uang, tapi dia telah mengembalikan harga diri sorang pengemis yang biasanya selalu di rendahkan masyarakat. Dan nilai kata2 satu kalimat Tolstoy telah memberikan nilai yang jauh lebih besar dari uang yang bisa diberikan kepada pengemis.

Setiap manusia, apapun latar belakangnya, mempunyai kesamaan yang mendasar. Semuanya ingin dipuji, ingin diakui, ingin dihargai, ingin didengarkan, dan ingin dihormati.

Tidak peduli dia adalah pengemis, ataupun pebisnis, ataupun pengusaha kaya, selalu mempunya ego dan keinginan yang sangat manusiawi ini. Dan rahasia sederhana ini pasti akan meningkatkan kemampuan anda dalam berhubungan dengan siapapun didalam network anda.

Kita harus belajar melihat siapapun sebagai manusia yang mempunyai kelebihan sendiri dendiri. Kita harus mampu menghargai orang lain, dari dalam hati kecil kita. Tulus menganggap orang lain setara, atau bahkan lebih dari kita. Dengan demikian maka segala urusan komunikasi akan selesai dengan sendirinya. Dan anda akan lebih mudah mencapai sukses anda.

Alkisah, suatu hari seorang gadis menemukan sebongkah batu kusam di pinggir jalan. Meski hanya batu biasa, si gadis memungutnya dan menyimpannya baik-baik. Bahkan, setiap hari ia menggosok batu itu dengan hati-hati. Batu yang bukan permata itu dan karena terus digosok dan digosok, lama-kelamaan berubah menjadi mengkilat dan bersinar.

Si gadis pun membawa batu itu ke tukang permata untuk diolah menjadi sebuah liontin yang indah. Ajaibnya, di tangan ahlinya batu biasa itu berubah hingga menyerupai batu permata. Begitu berkilau dan sangat indah. Si gadis sungguh gembira melihat batu biasanya bisa berubah begitu rupa. Ia pun memamerkannya pada siapa pun yang dijumpainya. Sudah diduga, semua orang yang melihat mengira batu itu adalah permata yang mahal harganya. Si gadis semakin percaya diri dan selalu memakai liontinnya ke mana pun ia pergi.

Hingga suatu hari liontin batu itu terlepas dari ikatannya. Si gadis baru menyadari lama setelah itu, jadi dia sungguh tak tahu liontinnya hilang di mana. Hal ini membuatnya sangat sedih. Dia pun jadi kehilangan selera makan dan tidak bersemangat. Sampai suatu hari ada seorang kakek yang melihatnya sedang termenung. Bertanyalah si kakek tentang kesedihannya. Si gadis pun menceritakan semuanya.

Setelah si gadis selesai bercerita, berkatalah si kakek, “Anakku, sadarilah semua hal yang telah kamu lalui itu adalah proses menuju keberhasilanmu. Dulu kamu menemukan batu kusam di jalanan. Lalu, kamu mengambil dan menjaganya baik-baik. Selalu menggosoknya hingga akhirnya menjadi mengkilat. Dan di tangan tukang permata, batu itu menjadi lebih indah lagi, mirip permata. Ketahuilah, semua itu hanyalah proses. Dulu kamu tekun menjalani setiap tahapan mengubah batu kusam menjadi sebuah benda yang terlihat berharga. Batu itu sebenarnya hanyalah batu. Keuletanmu menjaganya itulah yang membuatnya lebih bernilai. Lalu, mengapa kamu jadi bersedih hanya karena kehilangan batu itu? Lihat di sekitarmu, masih banyak batu-batu kusam yang dapat kau jadikan batu yang berkilat indah. Ciptakan lebih banyak karya indah yang akan menceriakan hari-harimu dan membuat wajahmu berseri-seri. Itu jauh lebih penting daripada meratapi sebuah batu kusam yang hilang.”

Seketika si gadis diliputi kecerahan dan keceriaan. Dia sudah menyadari kebodohannya. Si gadis pun dengan gembira siap berusaha dan memproses lagi batu kusam menjadi permata.

Kesuksesan sejati itu selalu diraih melalui proses perjuangan yang panjang dan berliku. Saat kesuksesan sudah di tangan kita, bisa saja kita mengalami kemunduran, kegagalan, dan kebangkrutan. Tidak usah takut, hidup ini selalu berubah. Jika kita gagal, kita frustrasi; dan saat kita sukses, kita lupa diri. Inilah baru bencana yang sebenarnya. Selama kita bersedia berjuang dari awal lagi dan tekun menjalani langkah demi langkahnya, keberhasilan demi keberhasilan akan kembali pada kita. Dan kebahagiaan akan kembali kita rasakan.

Suatu hari, seorang murid diajak berkeliling oleh gurunya. Di sepanjang perjalanan, sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada muridnya, yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan berbagai ilmu yang didapatnya.

Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.

Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi.

“Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang, kita melompat ke ujung bukit di sana,” pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di seberang. “Ayo, lompat!”

Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi itu cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu, gurunya berujar, “Ayo, jangan takut! Itu jaraknya sama dengan sungai yang kita lewati tadi.”

Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak punya pilihan lain. Apalagi, gurunya mengatakan, jaraknya tak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang tadi dengan mudah dilompatinya. Namun, saat berlari hendak melompat, tiba-tiba ia berhenti. Ia ragu-ragu, karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat melompati sungai.

Karena itu, si murid mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecepatan larinya berhasil membuat ia berhasil melompat jauh hingga sampai ke seberang dengan selamat.

Sembari mengelus kepala si murid dengan penuh kasih, sang guru memberi wejengan lain. “Muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi? Meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda. Maka, kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu.

Begitu juga dengan kehidupan ini. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur sedikit lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, kegagalan, kesulitan, bahkan jatuh.. jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi.”

"MUNDUR UNTUK MELOMPAT JAUH"

Jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai kehidupan yang sering terjadi. Bahkan, saat mundur itulah, masa paling suram itulah, jika kita tahan, terus maju, ulet, makin kerja keras maka pintu sukses akan terbuka lebar.

Mari, jadikan setiap momen kesulitan, ujian, dan cobaan sebagai masa belajar dan evaluasi untuk memperbaiki keadaan. Jangan sesali dan jangan pernah mengeluh. Sebab, bisa jadi, ujian terberat itu justru membuka banyak peluang di masa depan.

SUKSES SELALU, GUSTI MBERKAHI!
 
Dalam sebuah kapal ada 4 ekor hewan yang menemani seorang nahkoda. Hewan itu ialah ayam, gajah, harimau dan tikus.
Suatu hari keempat hewan itu berkumpul dan menceritakan kehebatan masing-masing. 
Kata Ayam : "Aku selalu memberi telur kepada nahkoda kita. Berkat aku, dia dapat makan enak dan bergizi." 
Gajahpun tak mau kalah "Aku kuat, aku selalu membantu nahkoda kita untuk mengangkat barang-barang berat." 
Harimau menimbrung "Kalau aku terkenal sakti dan selalu dapat memenangkan setiap pertempuran, aku selalu melindungi nahkoda kita dari serangan bajak laut dan orang-orang jahat".
Hanya tikus yang terdiam. Ketiga hewan lainnya memandang dia katanya : "Tikus apa fungsimu di sini, hanya engkau yang tak mempunyai fungsi di sini.hahahaha".
Mereka mengejek tikus itu.
Suatu hari kapal itu terantuk pada tonjolan karang dan bocor. Keempat hewan itu dan nahkodanya panik. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan karena lokasi kebocoran berada di tempat tersembunyi sehingga tidk bisa ditemukan. 
Tikus berpikir sejenak kemudian berkata : "Teman-teman mungkin inilah saatnya aku dapat berguna bagi kalian."
Lalu tikus itu mulai bergerak. Dengan tubuh mungil dan lonjong itu dia begitu mudah masuk ke sela-sela kayu untuk menemukan sumber kebocoran itu. Akhirnya kapal itu dapat diselamatkan. 
Nahkoda itu berkata : "Untung ada kamu tikus, kalau tidak kita bisa celaka". Ketiga temannya pun tertunduk malu karena mereka telah mengejek tikus itu. 
Demikianlah TUHAN memberikan kepada kita semua talenta masing masing. Tidak ada orang bodoh yang ada hanya orang yang tidak sadar akan bakat yang diberikan TUHAN kepada kita. 
Janganlah mengejek dan saling merendahkan tetapi hendaklah saling melengkapi untuk hidup yang lebih baik . 
Tuhan Memberkati.

Ada satu cerita tentang orang Singapura yang bernama Adam Khoo. Pada umur 26 tahun dia mempunyai empat bisnis yang beromzet US$ 20juta.

Ketika umur 12 tahun Adam dicap sebagai orang yang malas, bodoh, agak terbelakang dan tidak ada harapan. Saat duduk di kelas 3 dia dikeluarkan dari sekolah, dan pindah ke sekolah yang lain. Ketika mau masuk SMP, dia ditolak 6 sekolah, dan akhirnya masuk sekolah yang terjelek. Di sekolah yang begitu banyak orang bodohnya dan tidak diterima di sekolah yang baik itu, Adam Khoo termasuk yang paling bodoh. Di antara 160 murid seangkatan, Adam Khoo menduduki peringkat 10 terbawah.

Pada umur 13 tahun, Adam Khoo dikirim ke Super-Teen Program yang diajari oleh Ernest Wong, yang menggunakan teknologi Accelerated Learning, Neuro Linguistic Programming (NLP) dan Whole Brain Learning.

Sejak saat itu keyakinan Adam Khoo berubah. Ia yakin bahwa dia bisa. Ditunjukkan oleh Ernest Wong bahwa semua orang bisa menjadi genius dan menjadi pemimpin walaupun awalnya goblok sekalipun.

Dikatakan oleh Ernest Wong , “Satu-satunya hal yang bisa menghalangi kita adalah keyakinan yang salah serta sikap yang negative.”

Dia akhirnya memiliki keyakinan bahwa kalau ada orang yang bisa mendapatkan nilai A, dia juga bisa. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Adam Khoo berani menentukan target-nya, yaitu mendapatkan nilai A semua. Dia menentukan goal jangka pendeknya, yaitu masuk Vitoria Junior College (SMA terbaik di Singapura), tujuan jangka panjangnya masuk National University of Singapore dan menjadi murid terbaik disana.

Ketika kembali ke sekolah, Adam Khoo langsung take action dengan menempel kata-kata motivasional yang dia gambar sendiri dan belajar menggunakan cara belajar yang benar (yang selama ini tidak diajarkan di sekolah manapun), menggunakan teknik membaca cepat, cara mencatat menggunakan kedua belah otak, dan menggunakan teknik super memori, dan ketika Adam Khoo ditanyai oleh gurunya, dia bisa menjawab dengan tepat.

Ketika teman-teman dan gurunya bertanya apa yang akan dia raih, dijawab oleh Adam Khoo bahwa dia akan menjadi ranking No.1 di sekolahnya, masuk Victoria Junior College dan National University of Singapore. menduduki ranking 18. dan ketika lulus SMP, dia menduduki ranking 1 dengan Nilai Ebtanas Murni A semua untuk 6 mata pelajaran yang diuji.

Dia kemudian diterima di Victoria Junior College dan mendapatkan nilai A bulat untuk tiga mata pelajaran favoritnya. Akhirnya dia diterima di National University of Singapore (NUS) dan karena di universitas itu dia setiap tahun menjadi juara, akhirnya Adam Khoo dimasukkan ke NUS Talent Development Program. Program ini diberikan khusus kepada TOP 10 mahasiswa yang dianggap jenius.

Dalam kisah di atas Adam Khoo memiliki visi besar bahwa jika orang lain bisa maka dia juga bisa dan akhirnya sukses.

Jadi kita harus punya visi, kita harus tahu kemana kita akan pergi.

Apakah saat ini yang mendorong hidup saudara?

Semua orang hidup dengan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Ada yang dipicu oleh uang, ambisi berkuasa, kesenangan, reputasi, dll.

Apa yang anda alami sekarang baru setitik saja dibandingkan apa yang Tuhan ingin kerjakan dalam hidup anda.

" Keep Moving Forward to Achieve Your Dreams"




Seorang penulis, Paul Tough, menyebutkan bahwa satu-satunya faktor personal yang menyebabkan seseorang itu bisa sukses adalah mendengarkan kata hatinya. Hal ini hampir terjadi pada semua bidang.

Anak-anak  yang  sekolah dengan menuruti kata hatinya akan memiliki nilai lebih bagus baik di sekolah maupun di universitas (college). Penelitian lain menyebutkan, mereka yang hidup atau berkarier di bidang yang mengikuti kata hatinya umurnya lebih panjang. Bukan semata-mata karena mereka tidak atau lebih sedikit merokok dan minum minuman keras, katanya. Mereka juga lebih sedikit yang terkena stroke, sedikit yang mengalami tekanan darah tinggi, dan di masa tuanya sedikit yang terkena Alzheimer.

Masih ada hasil penelitian lain yang menyimpulkan bahwa mereka yang  mengikuti kata hati mendapatkan penghasilan atau gaji lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health itu juga menyebutkan bahwa mereka yang mengikuti kata hati lebih puas dengan pendapatan dan pekerjaannya.

Masalahnya bagaimana seseorang mengetahui bahwa dirinya bekerja mengikuti kata hati? Orang yang mengikuti kata hati akan sangat terorganisasi hidupnya, bertanggung jawab, dan memiliki rencana jauh ke depan. Mereka juga bekerja keras saat menghadapi suatu tantangan dan mampu mengendalikan kata hatinya.

“Seorang pekerja yang menuruti kata hati akan melakukan pekerjaan lebih baik dalam rangkaian pekerjaan yang diberikan padanya dibanding para pekerja pada umumnya,” ujar Brent Robert, psikolog dari University of Illinois. Saat memulai pekerjaan, kata Robert, mereka akan menyusunnya (merencanakan sebaik-baiknya) terlebih dulu, bekerja berdasarkan rencana itu, gigih, tak menoleh ke belakang. Jika rencana besarnya gagal dicapai berdasarkan cara yang dilakukannya, ia tidak memilih untuk berhenti, tetapi mencari cara lain agar mampu mencapai tujuan itu. “Sehingga orang yang bekerja dengan kata hati selalu berhasil mencapai tujuannya,” katanya.

Nah, apakah Anda bekerja dengan kata hati atau terpaksa?

Sumber : Andriewongso.com